2.24

2.2K 318 15
                                    

Di kamar, Jennie tidur menyamping memeluk istrinya yang sedang menonton acara televisi malam. Perasannya di hatinya sangat senang sampai ingin meledak jika bisa. Jennie mendongak dengan senyuman tertahan, menatap rahang tegas lalu beralih ke mata teduh milik Jisoo.

"Chu?"

Jisoo merespon, bergumam seraya menunduk, mengusap rambut lembut Jennie. Yang direspon diam, menggelengkan kepalanya dan tersenyum malu. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jisoo yang wangi dengan aroma sabun. Yup, setelah acara makan malam yang menurut Jennie sangat romantis, mereka berdua mereka mandi bersama berendam di dalam bathtub dengan posisi saling memeluk satu sama lain. Mengungkapkan cinta dengan caranya masing masing, yaitu membuat satu sama lain puas dan terpenuhi.

Jisoo selalu melakukannya dengan lembut. Itu hal yang paling Jennie sukai, ia merasa dirinya seperti barang yang mudah hancur. Walaupun terkadang dirinya ingin merasakan permainan yang sedikit lebih kasar? Ah.. Jennie masih memikirkannya. Dan untuk malam ini, Jennie membiarkan Minji tidur dengan Rina.

Jisoo mengambil ponselnya, tepat di jam 12 malam, 16 Januari. Jisoo memposting foto untuk ucapan birthday istrinya. Begitupun dengan kedua adiknya yang berbalapan memposting foto di instagram.

Jisoo melirik Jennie yang terlihat sudah memejamkan matanya. Mungkin kelelahan, Pikir Jisoo. Ia menaruh ponselnya, mengambil remote dan mematikan televisi. Jisoo membiarkan tangan kirinya menjadi bantal untuk Jennie dan menyusul untuk bermimpi.

Morning.

Setengah 6, Jennie sudah bangun dan menuju dapur untuk mengambil air putih. Begitupun dengan Rina yang memang terbiasa bangun pagi untuk membersihkan rumah.

Jennie melihat gadis yang sedang mencuci piring tersebut, sepagi ini?? Heol, Jennie sempat berpikir dirinya bermimpi atau apa, tetapi saat melihat jam dinding ia sadar ini nyata.

"Rina?" Ucap Jennie sedikit mengejutkan gadis itu.

"Ah, unnie.. Sudah bangun?"

"Hm.. Kenapa pagi sekali mencuci piring?" Tanya Jennie mengambil air di kulkas.

"Aku sudah terbiasa melakukannya di panti.. Apa unnie terbangun karena mendengar suara piring? Mianhae.."

"Aniya.. Unnie hanya ingin mengatakan jangan melakukannya, cukup jaga Minji saja, arra? Unnie tidak ingin kau melakukan tugas rumah seperti seorang pembantu.."

"Nde unnie, aku pun sudah selesai."

"Hm, unnie akan kembali ke kamar..."

Setelah Jennie menghilang dari pandangannya. Karina menghela nafasnya lega. Tak seseram yang ia pikirkan ternyata. Bahkan majikannya terdengar sangat peduli tadi. Diam diam karina tersenyum senang, benar kata Jisoo unnie, nyonya-nya itu memang memiliki wajah yang agak galak saja, padahal hatinya lembut seperti kulit Minji.

Ah, berbicara tentang Minji, Rina memilih untuk mengisi susu di botol dot. Lalu membawanya masuk kedalam kamarnya, jaga jaga jika Minji terbangun dan menangis nanti.

Saat kembali ke kamar, Jennie mematikan ponselnya yang terus berbunyi. Ia kembali tidur memeluk Jisoo. Entahlah, Jennie ingin terus memeluk tubuh istrinya dan tak mau melepaskannya sedetik pun.

Walaupun sudah memejamkan matanya, Jennie tetap tidak bisa tidur. Karena dadanya terasa agak nyeri karena sudah tidak pumping selama beberapa hari. Saat di pumping nanti pun pasti akan sangat sakit.

Biasanya, ia menyusui Minji jika waktu pagi seperti ini. Ingin membangunkan Jisoo dan meminta tolong pun tak enak. Tapi daripada ditahan dan menimbulkan penyakit, Jennie memilih untuk membangunkan istrinya.

"Chu~"

Jisoo masih tak bergeming, bibir hati tipisnya sedikit terbuka seperti bayi dengan mata terpejam. Sedikit jahil, Jennie menekan hidung Jisoo sehingga membuat wanita itu terbangun karena tidak bisa bernapas.

"Yak Kim Jennie.. kamu ingin membunuhku ya.." Jennie tertawa pelan, mengecup bibir manis itu yang terlihat menggoda.

"Aku ingin meminta tolong."

"Ada apa? Jam berapa sekarang?"

"Setengah enam pagi. Ah ya, aku ingin meminta tolong keluarkan asiku, payudaraku terasa sangat nyeri chu.. Sepertinya agak bengkak."

"Ingin aku ambilkan pompa asi?"

Jennie mengangguk, Jisoo turun dari kasur, mengambilnya di dalam lemari dan memberikannya pada Jennie yang sudah membuka kancing piyamanya. Jisoo melihat dengan mata yang setengah terbuka, rambut acak-acakkan dan pipi yang lumayan berisi.

Jennie menempelkan alat pumping di dada kanannya. Mata kucingnya menatap Jisoo. "Bisa tolong bantu yang kiri, Chu?"

"Pakai apa?" Tanya Jisoo parau.

"Terserah.." Gengsi. Jennie terlalu malu untuk meminta Jisoo menggunakan mulutnya.

"Tak apa jika aku minum?" Tanya Jisoo mendekat.

"Gwaenchana,"

Baru beberapa menit Jennie memasangkan pompa di dada kanannya, air susu di botol itu sudah terisi hampir penuh. Jennie bersyukur asinya keluar dengan deras. Begitupun Jisoo yang membantu menyedot asi dari dada kirinya keluar.

Jisoo bangun dari pangkuan Jennie dengan air susu yang mengucur dari sudut bibirnya. Ia tersedak dan Jennie menatapnya khawatir, menepuk-nepuk pelan punggung Jisoo.

"Baby.. Gwaenchanayo?"

"Hm.." Jisoo menganggukkan kepalanya.

"Wae?"

"Aku tadi belum pingin nelan, tapi udah ada asi yang masuk tanpa sepertujuan aku. Uhuk-"

"Jadi gimana? Mau udah?"

"Belum!-" Ucap Jisoo sedikit berteriak. "Bentar lagi.." Tubuh wanita itu kembali tiduran di atas pahanya, menatap dada Jennie yang semakin mendekat ke arah bibirnya.

"Gomawo telah menolongku mama... I love you" Tangan Jennie mengambil tisu dan mengusap sudut bibir istrinya.

"Sexy deh alis kamu, Ji... Tebal. Katanya orang yang punya alis tebal libidonya tinggi, tapi kok kayanya ga ngaruh di kamu ya? Atau aku yang kurang menarik di matamu?"

"Hidung, terus bibir kamu juga, bangir dan imut. Bikin aku makin jatuh cinta.. Apalagi turun ke wajah anak kita, Minji.. Mirip banget dia sama kamu, padahal aku yang mengandung selama 9 bulan, ngelahirin, kasih susu"

Selama Jennie berbicara, mata Jisoo kembali berat dan melanjutkan acara tidurnya. Sebenarnya Jennie sadar lawan bicaranya telah tidur, namun ia meneruskan ceritanya.

"Aku mau deh kalo di kasih anak lagi sama tuhan, Chu. kayanya lucu.. Tapi aku takut ga bisa membagi waktu sama kamu dan Minji nanti.. Dia masih terlalu kecil untuk dikasih adik. Apalagi kamu, sekarang aja aku ngerasa kaya lagi ngasuh dua anak, empat sama Lisa dan Rosie.."

"Kamu janji kan ga akan ninggalin aku apapun yang akan terjadi, Ji?" Jennie mengusap pipi Jisoo, hisapan di dadanya pun semakin memelan. Jennie melepasnya perlahan, menutup mulut Jisoo dan membiarkannya tertidur di atas pahanya. Sedangkan ia mengambil ponsel untuk melihat postingan tentang ulang tahunnya.

TBC
Janji dong suy?.. Janjilah masa enggak!


Mama Chu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang