Shiho merasa senang karena ternyata ia tidak sendirian di Shikoku. Takaaki juga senang karena akhirnya setelah lima tahun, ia memiliki teman selain Yamato dan Uehara yang sangat menyenangkan untuk diajak berbincang-bincang. Takaaki mengagumi Shiho, dalam usia semuda itu namun sangat jenius. Begitu pun Shiho yang mengagumi pengetahuan Takaaki yang luas serta tindak-tanduknya yang sangat tenang namun tajam. Dalam sekejap mereka menjadi akrab. Di akhir minggu, Takaaki menepati janjinya dengan membawa Shiho mengunjungi Istana Matsuyama. Selama mengelilingi kompleks istana, Morofushi Takaaki menceritakan Sejarah Pembangunan istana tersebut oleh Kato Yoshiaki pada saat zaman momoyama.
"Wah... Morofushi-San benar-benar mengetahui sejarah dengan baik..." puji Shiho.
Takaaki tersenyum, "kebetulan saja hobi... maaf kalau terdengar membosankan..."
Shiho menggeleng, "sama sekali tidak, Morofushi-San sungguh memiliki skill story telling yang bagus. Aku dengar para mahasiswa hukum mengidolakanmu."
"Kebetulan, aku juga mendengar hal yang sama, para mahasiswa sains menyukai dosen barunya," balas Takaaki.
Mereka terkekeh bersama.
Menjelang jam makan siang, mereka memutuskan untuk makan mi ramen di kedai terdekat sebelum lanjut keliling kompleks istana.
"Tapi aku cukup kagum, Miyano-San meski masih muda namun menyukai sejarah dan museum. Kebanyakan orang akan menganggap hal itu membosankan," ujar Takaaki.
"Kenapa? Morofushi-San mengira aku penggila drama Korea?"
Takaaki nyengir, "sempat berpikir begitu."
Shiho ikut nyengir, "aku menyukai hal yang realistis daripada angan-angan yang tidak masuk akal."
Pembicaraan mereka terhenti saat mi ramen disajikan. Mereka menikmatinya hingga selesai sebelum lanjut berbincang-bincang sambil memutari kompleks istana yang belum terlihat.
"Jadi, minggu depan Miyano-San ingin melihat apa lagi?" tanya Takaaki.
"Morofushi-San mau mengantarku lagi?"
"Tentu saja."
"Aku tidak mau merepotkan."
"Santai saja, sejak keluar dari kepolisian, waktu luangku lebih banyak. Aku lebih bisa menikmati hidup tenang."
"Hmm..." Shiho berpikir sejenak, "mungkin berikutnya aku ingin mengunjungi Museum Otsuka."
"Aku pernah ke sana, aku bisa mengantarmu."
"Arigatou."
"Dengan senang hati."
"Jadi, selain mengajar, biasanya apa yang Morofushi-San lakukan setiap akhir pekan? Membaca buku? Jalan-jalan?"
"Ya. Awal tiba di Shikoku, selain mengajar, aku menghabiskan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat baru. Aku juga membaca banyak buku tapi belakangan ini, aku mulai menulis sebuah naskah."
"Naskah? Morofushi-San ingin menerbitkan buku?"
Takaaki mengangguk, "ya, aku ingin menerbitkan buku mengenai pengalamanku sendiri saat menjadi ahli strategi selama di kepolisian."
"Eh, itu bagus sekali."
"Masalahnya, ternyata menulis tidak semudah story telling. Ada emosi yang terlibat saat pengetikkan naskah. Aku sungguh sulit untuk menilai naskahku sendiri apakah objektif atau tidak."
"Perlu bantuan? Aku bisa menjadi beta reader atau mungkin editor untuk naskah Morofushi-San."
"Eh? Kau sungguh mau melakukannya?"
"Tentu saja. Morofushi-San sangat baik membawaku jalan-jalan di Shikoku. Tentu aku juga harus melakukan sesuatu untuk membantu Morofushi-San."
Takaaki tampak cerah, "arigatou Miyano-San. Memang bantuanmu itu sungguh kuharapkan. Selama ini aku sudah mencari seseorang untuk membantu, namun belum menemukan yang tepat."
Shiho ikut tersenyum cerah, "dengan senang hati Morofushi-San."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love To Give
FanfictionA little bit intermezzo of Shinichi-Shiho-Takaaki KOMEN TIDAK PANTAS = BLOCK