"Kudo-San! Kudo-San!" salah satu detektif di Kudo Agency, seorang pria muda, buru-buru menghampiri ruangan Shinichi.
"Ada apa Toru-San?" tanya Shinichi.
"Ini! Aku dapat kiriman foto dari sepupuku! Lihat!" Toru menunjukkan foto di handphonenya.
Di foto itu terdapat sepupu Toru, seorang remaja pria bersama teman-temannya yang baru saja diterima di Universitas Shikoku. Di latar belakang foto itu, terlihat seorang wanita berambut pendek merah tampak sedang berbincang-bincang dengan mahasiswi lain.
Shinichi mengerjap, "ini..."
"Ini Miyano-San kan?"
Meski dihalangi keramaian dan hanya terlihat dari pundak ke atas, namun Shinichi yakin wanita itu adalah Shiho. Dia yang paling mencolok di antara yang lainnya.
"Tidak salah lagi! Ini Shiho!" Shinichi berseru, dadanya berdebar kencang. Setelah dua tahun, akhirnya ia menemukan petunjuk paling jelas mengenai keberadaan Shiho.
"Aku sudah menanyakannya pada sepupuku, dia mengambil jurusan ekonomi bisnis di Universitas Shikoku dan masih mahasiswa baru, belum familiar dengan kampus. Tapi sepertinya Miyano-San adalah dosen di fakultas sains."
"Dapatkan alamat tempat tinggal Shiho, aku akan segera terbang ke Shikoku," pinta Shinichi seraya beranjak berdiri dari kursi kerjanya.
"Haik!"
***
Tidak sulit ternyata mendapatkan alamat Shiho di Shikoku. Para mahasiswa fakultas sains memberitahu dengan mudah karena mereka suka mampir berkunjung ke rumah dosennya untuk bimbingan. Tanpa buang waktu lagi, Shinichi terbang ke Shikoku seorang diri. Sepanjang perjalanan ia selalu cemas akan apa yang ingin ia katakan pada Shiho. Tapi, ia sudah tidak tahan lagi ingin memeluk wanita itu erat-erat. Dirinya disengat oleh kerinduan.
Terdapat jalan setapak menuju rumah Shiho, di mana sepanjang jalan berjejer tanaman lili yang rapi dan subur. Shinichi yakin Shiho yang menanam dan merawatnya karena tak mungkin tanaman ini tumbuh sendiri. Jantungnya berdebar semakin kencang, sebentar lagi, beberapa meter di hadapannya, ia akan bertemu dengan wanita yang dicintainya.
Di ujung jalan setapak terdapat sepasang pohon maple yang daun-daunnya berwarna merah, seindah merahnya rambut Shiho. Kemudian di balik sepasang pohon tersebut, berdiri rumah kayu yang cantik. Tidak tingkat namun bentuknya lebar dan luas. Rumah tersebut berpagar kayu setinggi dada orang dewasa dan di halaman rumah masih terdapat beberapa pot tanaman. Shinichi berhenti sejenak untuk mengamati dan menegarkan diri.
Ia melihatnya. Ia melihat Shiho yang mengenakan kemeja putih terusan, lengan pendek, sedang menyirami bunga mawar putih dengan semprotan. Ia melakukan kegiatannya sembari bersenandung ringan. Wajahnya tampak cerah dihiasi oleh senyuman. Pipinya merona pink dan entah kenapa Shinichi merasa dia agak sedikit chubby. Namun hal itu membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Shinichi lega karena Shiho tampak sehat sekali.
"Shi..." baru saja Shinichi ingin memanggil, tapi terdengar suara lain dari dalam rumah.
"Shiho..." panggil suara lembut seorang pria.
Shinichi bergeming, ia merasa suara tersebut sangat familiar.
"Uhm?" Shiho menoleh ke dalam rumah.
Dan Shinichi nyaris tidak dapat memercayai matanya ketika melihat Morofushi Takaaki yang keluar dari dalam rumah dan menghampiri Shiho.
"Istirahat dulu, kau sudah seharian menyiram bunga," pinta Takaaki seraya menghapus peluh di dahi dan leher Shiho dengan handuk kering ukuran kecil.
"Seharian? Baru satu jam, ini kan masih pagi," Shiho merajuk. Sejak dirinya hamil, Takaaki semakin protektif terhadapnya. Menjaganya dan memerhatikan asupan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love To Give
Fiksi PenggemarA little bit intermezzo of Shinichi-Shiho-Takaaki KOMEN TIDAK PANTAS = BLOCK