Takaaki dan Shiho akhirnya melangsungkan pernikahan dengan adat Jepang sederhana. Pernikahan dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa Universitas Shikoku. Meski sederhana, namun acara berlangsung meriah dan ceria.
"Tuh kan! Akhirnya jadi menikah! Dosen-dosen favorit kita ini!" seru mahasiswa komunikasi yang jadi MC di malam tahun baru.
"Duo genius ini! Pasti nanti anaknya dobel genius!" yang lain ikut bersorak.
"Cinta bersemi di Universitas Shikoku!"
"Oi sudah sudah... malu itu mempelainya!" seorang dosen melerai.
Takaaki dan Shiho memutuskan bulan madu selama dua minggu ke Hokkaido. Mereka tetap menjadi dosen di Universitas Shikoku. Alih-alih menempati salah satu apartemen mereka, Takaaki dan Shiho sepakat patungan membeli rumah kecil dengan dua kamar di pinggiran kota. Rumah yang terbuat dari kayu dan didesain ala vintage barat kuno campuran oriental. Shiho yang merancang semua desainnya. Rumah itu memiliki halaman cukup luas di belakang dan di depan. Takaaki dan Shiho memanfaatkan halaman-halaman tersebut untuk bercocok tanam seperti sayur-sayuran, buah dan juga bunga. Mereka hidup sederhana namun bahagia. Kehidupan yang selama ini mereka impikan.
Takaaki membuktikan kata-katanya. Love languagenya adalah memberi, ia tidak pernah menuntut Shiho untuk melakukan apa pun. Baginya Shiho seperti objek berharga sebagai penyalurannya untuk memberi dan melayani. Shiho adalah alasannya untuk hidup. Seseorang untuk dia sayangi dan lindungi. Takaaki memperlakukan Shiho seperti ratu dunia. Takaaki menggandeng tangannya ke mana pun mereka pergi bersama, memperhatikan langkah Shiho agar tidak tersandung, bahkan menjadi tameng matahari dari mana pun cahaya matahari menyoroti Shiho. Hal-hal kecil yang bahkan tidak Shiho sadari, Takaaki melindunginya setiap detik. Shiho sampai harus buru-buru ke dapur sebelum Takaaki bila ia ingin masak untuk mereka berdua, karena Takaaki tidak pernah memintanya memasak. Selama dapur nganggur, Takaaki akan bekerja tanpa berpikir. Ia akan membersihkan rumah tanpa diminta. Shiho jadi tidak enak hati sendiri, ia tidak betah berpangku tangan, ia sampai pasang taktik bangun lebih subuh agar tidak keduluan Takaaki untuk mengurusi rumah.
Hati mana yang tidak meleleh diperlakukan bagai ratu seperti itu? Begitu pun Shiho. Ia tidak tahu apakah ia telah jatuh cinta. Ia juga tak pernah mengucapkannya. Takaaki tak pernah memintanya bahkan Takaaki sendiri tidak pernah mengumbar cinta. Sikapnya sudah membuktikan segalanya. Perlahan-lahan, Takaaki menjadi fondasi hidup Shiho. Shiho menghormati suaminya, memujanya dan menganggapnya seperti Kami-Sama. Dadanya mengembang oleh kasih sayang setiap kali berhadapan dengan Takaaki. Ia bersedia melakukan segalanya demi pria itu. Shiho bertekad untuk membahagiakan suaminya dan tidak ingin mengecewakannya. Suaminya adalah hidupnya. Shiho sangat mensyukuri masih dapat menikmati kebahagiaan seperti ini, kesempatan keduanya. Sungguh hidup itu aneh, masa depan tidak dapat ditebak. Siapa sangka ia malah menemukan harta karun di pulau yang jauh, dengan seseorang yang tidak disangka-sangka pula.
"Duhhh sekarang nempel terus yaaa! Pasangan dosen terfavorit abad ini!" ledek para mahasiswa ketika Takaaki dan Shiho bergandengan tangan pulang bersama.
"Morofushi-Senseinya sekarang ada dua!"
Takaaki dan Shiho hanya tersenyum malu-malu menanggapi hal tersebut.
***
Sore itu di kafe Poirot, Shinichi terpana menatap Ran, tak percaya dengan apa yang diucapkan wanita itu barusan.
"Batal?" Shinichi memastikan.
"Eh," Ran mengangguk, "aku ingin membatalkan semua pertunangan dan rencana pernikahan kita."
"Kenapa?"
Ran menunduk muram, "gomene... maaf aku terlambat menyadari kesalahanku... Aku terlalu egois... Mencoba bunuh diri sehingga Shinichi terpaksa bertahan..."
"Ran..."
"Aku... aku sendiri juga khawatir dengan keberadaan Shiho-Chan... Aku... Aku sungguh tidak dapat memaafkan diriku bila terjadi sesuatu padanya..."
Shinichi diam termenung.
"Aku... aku tidak bisa menikah denganmu... dan tertawa bahagia sementara Shiho... entah masih hidup atau tidak..." ucap Ran bergetar dengan mata berkaca-kaca, "aku juga tak bisa... melihat Shinichi terus menerus murung karena memikirkan Shiho... Shinichi yang sekarang bukan lagi seperti Shinichi yang dulu bersamaku... Kau seperti orang lain...
"Aku telah membuat kesalahan besar... aku telah bersikap kekanak-kanakan... maafkan aku Shinichi..." isak Ran.
"Sudahlah Ran... Tak perlu minta maaf. Aku juga turut bersalah dalam semua ini. Aku terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku sendiri, terombang-ambing antara dirimu dan Shiho. Dulu aku selalu memintamu menunggu... Bila aku tidak melakukan hal itu... Mungkin saja kau tidak sakit hati seperti sekarang ini... Aku juga minta maaf..."
"Shinichi..."
Mereka sama-sama terdiam, cukup lama, sampai akhirnya Ran memecahkan keheningan lagi.
"Apa sudah ada petunjuk di mana Shiho?"
Shinichi menggeleng lemah, "tidak ada. Dia seperti menghilang ditelan bumi."
"Aku akan membantu mencari."
"Eh?" Shinichi memandangnya.
Ran memberikan senyum penghiburan, "ayo kita cari sama-sama. Beramai-ramai pasti lebih cepat ketemu kan?"
Shinichi membalas senyumnya, semangat dan kelegaan baru muncul di hatinya, "eh, ayo kita cari Shiho bersama."
![](https://img.wattpad.com/cover/363299442-288-k302333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love To Give
Fiksi PenggemarA little bit intermezzo of Shinichi-Shiho-Takaaki KOMEN TIDAK PANTAS = BLOCK