Chapter 18

184 11 1
                                    


Ran dan Sonoko tampak betah di rumah Shiho. Mereka jalan-jalan bersama, berkebun bersama dan minum teh bersama. Sementara Takaaki lebih sering berbincang-bincang dengan Shinichi membicarakan kasus-kasus yang paling update. Ran dan Sonoko, walau sudah mulai terbiasa melihat perlakuan Takaaki terhadap Shiho, tetap saja mereka ikut berseri-seri setiap melihat pasangan itu berinteraksi. Takaaki memastikan Shiho makan selalu tepat waktu dan tidur juga tepat waktu. Pria itu tidak pernah absen membuatkan susu hangat dan memijati kaki Shiho sebelum tidur. Untuk jalan-jalan dekat rumah saja atau berkebun, Ran dan Sonoko sampai harus meyakinkannya mati-matian bahwa Shiho akan baik-baik saja dalam penjagaan mereka terlebih Ran juga seorang perawat dan bisa karate. Mereka seperti anak-anak kegirangan setelah Takaaki memberikan mereka ijin jalan-jalan mereka bertiga selama setengah jam, itu pun Takaaki menelpon Shiho setiap 10 menit.

"Shiho-Chan, kau mau sayur apa untuk malam ini.... Eh?" Ran melongo saat melihat Shiho ketiduran di sofa saat sedang membaca buku, kepalanya tergeletak miring di pinggir sofa sedangkan bukunya terbuka begitu saja di pangkuannya.

"Dia tidur? Perasaan baru 5 menit ditinggal..." kata Sonoko ikut melongo.

"Sssh," Takaaki mendadak muncul seraya meletakkan telunjuk di bibirnya, "biarkan saja, sejak hamil dia memang jadi lebih mudah mengantuk dan bisa tidur di mana saja," gumamnya pelan, "biar aku pindahkan dulu ke kamar, atau lehernya bisa terkilir bila dia terus tidur begitu..."

Takaaki memindahkan buku dari pangkuan Shiho. Perlahan-lahan ia meraih Shiho dan menggendongnya. Shiho hanya melenguh sedikit tapi tidak terbangun. Namun ia tahu suaminya menggendongnya, tangannya langsung merangkul leher Takaaki erat-erat.

"Lalu... kalau begitu masak sayur apa? Tadi Shiho-Chan mau sayur..." celetuk Sonoko.

"Biasanya dia akan bangun dua jam lagi, saat itu belum terlambat untuk menanyakan apa maunya," bisik Takaaki.

"Oh... oke..." sahut Sonoko ikut berbisik.

"Aku letakkan dia dulu setelah itu menyiapkan biskuit."

"Biskuit?" gumam Ran.

"Eh, biasanya dia makan biskuit sedikit setelah tidur siang," ujar Takaaki seraya berjalan ke kamar sambil membawa Shiho.

Ran dan Sonoko hanya bertukar pandang seraya nyengir.

"Shiho-Chan benar, dia seperti gadis kecilnya Morofushi-San, bukan istri," gumam Sonoko cekikikan.

"Sonoko!" Ran memperingatkan sahabatnya namun ikut terkekeh geli.

***

Shiho terbangun satu setengah jam kemudian. Selama tidur, Takaaki tak pernah lepas menggenggam tangan istrinya. Menyadari keberadaan suaminya, Shiho melengkungkan tubuhnya semakin meringkuk manja ke arah Takaaki.

"Tidur siangmu nyenyak, Joo-Sama?" tanya Takaaki lembut.

"Eh, Komei-San," sahut Shiho tersenyum.

"Aku sudah membawakanmu biskuit supaya kau tidak kelaparan sebelum makan malam."

"Arigatou. Kau selalu memanjakanku Anata, bagaimana bila aku jadi kebiasaan? Atau lebih parah, keterlaluan?"

Takaaki tersenyum, "tidak. Aku percaya Shiho tidak akan seperti itu. Jadi, aku takkan pernah berhenti memanjakanmu," ucapnya seraya mengecup hidung mancung Shiho.

"Ngomong-ngomong, di mana tamu-tamu kita?"

"Oh Kudo-San sepertinya sedang berputar-putar Shikoku. Mouri-San dan Suzuki-San tampaknya menikmati berkebun. Mereka menitipkan pertanyaan padaku, malam ini kau mau makan sayur apa? Agar mereka bisa memetiknya."

A Love To GiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang