Setelah kecanggungan yang cukup lama.
"Jadi..." Shinichi memulai.
Shiho menatapnya.
"Selama ini kau di Shikoku?"
Shiho mengangguk, "eh..."
"Aku senang kau baik-baik saja."
"Uhm," Shiho mengangguk lagi.
"Aku juga turut bahagia dengan... pernikahanmu..."
Shiho menelan ludah sebelum menjawab, "arigatou..."
"Aku dan Ran... sudah membatalkan pertunangan dan semua rencana pernikahan..."
"Eh? Kenapa?"
"Ran menyadari kesalahannya... Dia tidak ingin bahagia di atas penderitaan orang lain. Kami akhirnya sungguhan putus baik-baik. Tadinya, aku mencarimu tanpa sepengetahuan Ran. Tapi setelah kami putus, Ran dan Sonoko akhirnya ikut mencari... Kami cemas... entah apakah kau masih hidup atau tidak...
"Ran... Ran juga bilang... dia sudah merelakan... bila kita ingin bersama... tapi aku sungguh terkejut... ternyata kau dan Morofushi-San..." Shinichi tak dapat meneruskan kata-katanya.
"Kau marah dan kecewa?" tanya Shiho.
Shinichi menarik napas sejenak sebelum menjawab, "mungkin... tapi bila pria itu Morofushi-San... aku bisa memahami... Hanya saja tidak pernah terlintas di benakku... bagaimana bisa antara kau dan Morofushi-San bersama..."
Shiho menegarkan diri sebelum berkata tenang, "awal tiba di Shikoku, aku dalam keadaan hancur dan patah hati..." ia mulai bercerita dari awal, "aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku... Takaaki-Kun juga membantuku beradaptasi... mengajakku jalan-jalan ke tempat indah di Shikoku dan memberiku kesibukan dengan naskahnya...
"Kami berteman... bahkan sampai sekarang kami masih berteman..."
Shinichi mengerjap, "kau tidak mencintainya?" tanyanya hati-hati.
Shiho tersenyum penuh arti, "entah bagaimana aku menggambarkannya. Saat mendengar berita pertunanganmu dengan Ran-San, aku menangis sejadi-jadinya dan Takaaki-Kun ada di sisiku untuk mencegahku berbuat bodoh. Aku tidak mengerti, padahal aku tidak pernah bercerita apa-apa, tapi dia seperti bisa membaca pikiranku, memahami perasaanku. Takaaki-Kun juga mengajariku agar tidak mencintai dengan egois... Bahwa aku harus melepasmu demi diriku sendiri...
"Kemudian ketika terjadi insiden itu, ketika ia tertembak demi melindungiku... aku sadar... dia telah menjadi fondasi hidupku... Aku tak dapat membayangkan bila kehilangan dirinya... Takaaki-Kun bagai tiang untukku bersandar... Tempat aku, yang bermental lemah ini mencari penyembuhan...
"Dia mengajakku menikah meski tahu kemungkinan aku masih mencintaimu. Dia bilang, dia tidak mengharapkan penerimaan, baginya mencintai adalah memberi dan dia sungguh-sungguh membuktikan ucapannya...
"Kasih sayang Takaaki-Kun tidak egois. Tidak sekalipun ia menuntutku melakukan sesuatu atau bertanya apakah aku mencintainya. Yang dia lakukan setiap hari, setiap detik hanyalah menjagaku, merawatku dan melindungiku. Bibirnya juga tidak pernah mengucapkan cinta, tapi tindakannya melebihi segala hal yang dinamakan cinta. Aku bagai objek dan penyalurannya untuk memberi... Dia butuh seseorang untuk dilindungi... Untuk dihujani dengan kasih sayang...
"Selalu ada hal baru untuk dipelajari dari suamiku setiap harinya... Takaaki-Kun bagai guru, ayah, kakak, suami sekaligus teman... Aku sendiri tidak mengerti, bagaimana mungkin bisa ada seseorang seperti itu... Begitu mulia... Bahkan aku menganggapnya bagai Kami-Sama..." ucap Shiho dengan suara semakin lirih dan mata berkaca-kaca bila mengingat proses hubungannya dengan Takaaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love To Give
FanfictionA little bit intermezzo of Shinichi-Shiho-Takaaki KOMEN TIDAK PANTAS = BLOCK