PROLOG

973 41 15
                                    

Jangan mengharapkan keadilan dalam hidup,
karena semua itu bulshit. ✨

*
*

Terlihat seorang laki-laki dan perempuan, yang sedang asik menatap langit cerah berwarna biru. Banyak burung berterbangan di udara, dan juga angin sejuk yang meniup setiap inci kulit kedua murid itu.

“Apa alasan lo deketin gue?" tanya si lelaki. Matanya masih menatap lurus ke daun yang menari-nari, karena tertiup angin.

"Gue suka sama lo," balas sang gadis dengan santainya.

“Hanya itu?”

Pria itu melirik gadis di sebelahnya. Dia melihat, helaian rambut panjang gadis itu berkibar ditiup angin. Dia dapat  dengan jelas menatap  senyum cerah milik Ravicca, seorang gadis yang berhasil menarik perhatiannya sejak beberapa bulan terakhir.

“Awalnya gue memang berniat balas dendam. Tapi semakin lama gue bareng sama lo, gue lihat sisi lain dari seorang Rivaldo.”

Kini, giliran gadis itu menatap wajah lelaki di sampingnya. Mata mereka saling bertemu. Kedua orang itu seakan bisa berbicara lewat mata, mencoba untuk membaca pikiran satu sama lain hanya dari tatapan.

“Riv, Rav. Kepala sekolah nyariin kalian berdua tuh!” teriakan seorang siswi, yang berada dibelakang mereka.

Mau tidak mau, Rivaldo dan Ravicca harus tersadar dari khayalan mereka. Lelaki itu bangkit dari duduknya, lalu berbalik melihat siswi yang tadi memanggil mereka.

“Iya, kami datang!” teriak Ravicca.

Karena melihat Ravicca susah berdiri, tangan Rivaldo ter-ulur untuk membantu gadisnya. Dengan senang hati, siswi berambut panjang itu menerima uluran tangan cowok tampan di depannya.

***

Baru saja masuk ke kantor kepala sekolah, pipi Ravicca sudah ditampar oleh seorang wanita yang terlihat sangat cantik, juga elegant dengan balutan kain berwarna hijau toska di badan indahnya.

“Ma!!” teriak Rivaldo yang terkejut saat melihat pipi gadis yang dia cintai, ditampar oleh ibunya sendiri.

Bukan hanya Rivaldo, Ravicca juga terkejut. Dia baru saja masuk, tetapi pipinya sudah jadi korban oleh wanita asing tidak dia kenal.

“Jauhi anak saya!” ucap wanita itu dengan bengis.

Raut sinis sangat tergambar jelas di wajah wanita yang tadi menemparnya. Perempuan itu masih terlihat awet muda, walaupun memiliki kerutan tipis di sekitar hidungnya. Mata yang menatap tajam Ravicca, seolah-olah gadis itu adalah mangsa yang siap dikuliti kapan saja.

Rivaldo menarik tangan si cewek berambut panjang ke belakang badannya. Hal itu membuat wajah wanita yang dia panggil mama, semakin merah dan menatap nyala ke anak semata wayangnya.

“Al, minggir kamu! Mama mau bicara sama cewek itu.”

“Sudah saya katakan, jangan pernah ikut campur dengan urusan saya!” desis Rivaldo tidak kalah sinisnya.

Tatapan dingin dan tajam lelaki itu, dia berikan kepada wanita berbaju hijau toska di depannya. Tersirat akan kebencian terhadap wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibu kandungnya.

“Kamu jadi seperti ini karena dia!! Iya kan, Al?!”

Rivaldo berbalik, dia menarik tangan Ravicca untuk keluar dari ruangan yang mencekam itu. Tetapi belum jauh melangkah, dia harus berhenti karena mendengar suara berat dari orang yang sejak tadi hanya diam dan menonton.

“Jika kamu tidak mendengarkan perintah kami, jangan salahkan saya, kalau hidup wanita itu tidak akan aman Rivaldo Alvarendra.”

Nadanya lembut, tapi sangat mematikan. Rivaldo dengan wajah merah, juga tangan yang terkepal kuat berbalik guna menatap tajam wajah  pria yang kerap dipanggil 'papa' olehnya. Dia sengaja menahan diri, untuk tidak memukul atau mungkin membanting barang apapun di depan matanya.

Rivaldo cukup bersabar selama ini. Pria itu tidak lagi peduli dengan semua tuntutan kedua orang tuanya. Saat ini, yang dia pikirkan hanyalah Ravicca. Tidak mungkin dia membiarkan gadis itu mendapat masalah lagi, karena dirinya. Sudah cukup perempuan berparas manis itu menahan penderitaannya selama ini.

"Riv, abaikan gue. Lakuin apa yang mau lo lakuin," ujar Ravicca, mencoba meyakinkan pria yang selama ini dia cintai.

"Lepaskan Ravicca, saya akan mengikuti semua perintah anda, Tuan."

Maafkan aku Rav, ini gak akan mudah. Mereka bukalah manusia.

*
*

Ini cerita pertama aku. Maaf ya kalau banyak typo bertebaran. 🤧
Aku juga menerima kritik dan saran. 🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih. 😇💕

~ Jessie ~

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang