Bab 12

107 14 0
                                    

✨ Hidup menyendiri itu tidak menyenangkan. ✨

*
*

"Riv, kita mau nongki. Lo ikutan gak?" tanya Leo yang sibuk menyusun barang-barangnya.

Rivaldo mengangkat kepala, menatap sahabatnya bergantian. "Kemana?"

"Tempat biasalah, di mana lagi?"

Kali ini Ganta yang menimpali, aktivitas lelaki itu tidak jauh beda dari cowok di sampingnya. Dia juga tengah sibuk memasukkan barangnya ke dalam tas. Walaupun itu hanya buku sebiji dan pulpen, jangan lupakan pulpennya juga hasil nyolong dari Leo.

"Gak." Baik Ganta maupun Leo sama-sama mengerutkan kening mereka.

"Kenapa?"

"Olimpiade."

Kalau ujungnya gak mau ikut, kenapa harus nanya. Mungkin aja, sahabat mereka satu ini bakal ikutan gesrek kaya mereka.

"Si dodol. Kalau gak mau ikutan ngapa basa-basi, Om."

Tidak ingin membalas, Rivaldo malah melangkahkan kakinya keluar kelas diikuti Leo dan Ganta dari belakang. Walaupun nanti mereka akan pisah, tapi mobil tempat mereka parkir searah.

"Btw Al, lo beneran gak pacaran sama Ravicca?" tanya Leo yang sudah berjalan tepat di samping sahabatnya.

"Gak."

"Boong. Terus yang lo jemput dia, mana sekalian bawain tasnya lagi," balas Ganta yang juga sudah berdiri di samping cowok dingi itu.

Tumben nih bocah bawa otaknya, biasa ditinggal mulu. Tapi gak papa, mumpung lagi waras, kenapa gak dimanfaatkan.

Leo bingung karena ucapan Ganta cukup masuk akal hari ini. Biasanya cowok itu selalu bertanya hal-hal konyol setiap saat.

"Gak papa."

"Sok misterius nih bocah," celetuk Leo lagi, yang dibalas anggukan oleh Ganta. Kali ini mereka harus bekerja sama untuk menyudutkan kulkas berjalan itu.

Tidak tahu kenapa, tapi kedua orang ini benar-benar penasaran. Gak biasanya seorang Rivaldo menuruti perkataan gadis asing, apalagi ini Ravicca. Sifat cewek yang sangat tidak di sukai Rivaldo.

"Kalian kenapa ingin tahu?"

"Yahh, soalnya lo aneh. Biasanya juga lo gak pernah senurut itu, lahh ini malah dengan senang hati jemput Ravicca. Lo gak lupa kan dia cewek berandalan? Seisi sekolah aja pada takut sama dia," jelas Leo panjang lebar. Sedangkan Ganta, hanya ikut-ikutan mengangguk saja.

Rivaldo menghela nafas. Yah inilah mereka, walaupun kedua sahabatnya tidak terlalu banyak nanya, tapi kalau mereka melihat sikap Rivaldo agak berbeda, pasti mereka akan memaksanya untuk cerita.

"Nanti gue jelasin."

"Lahh kenapa kaga sekarang?" tanya Ganta, tidak terima informasi setengah-setengah.

Leo menyenggol lengan Ganta. "Yaudah nanti sore kumpul di tempat biasa aja."

Rivaldo hanya mengangguk, dan mempercepat langkah menuju mobil Tesla yang berwarna hitam miliknya.

***

Mengalahkan murid banyak gaya itu bukanlah hal yang sulit untuk Ravicca. Walaupun dia hanya seorang gadis, tapi banyak siswa yang terkapar tidak berdaya karena ulahnya. Bahkan, Ravicca tidak mendapat luka satupun di sekujur badannya.

"Ahh cape banget gue," celetuknya yang baru saja menjatuhkan badan di atas kasur.

Seperti biasa, daripada pergi ke sekolah, gadis itu lebih memilih pulang saja. Kalaupun dia tetap pergi ke sekolah, yang ada dia hanya kena hukumuan.

Tohh ujungnya dia akan mendapat hadiah dari pak Bondan, mending hari ini dia mengisi dayanya untuk menjalankan perintah guru kiler itu besok.

Ravicca mempertajam telinganya, setelah mendengar ketukan di pintu kamarnya. Tumben bi Sumarni mengetuk pintu kamarnya.

"Non Vicca, ada temennya yang nyariin di bawah. Saya bilang tunggu dulu, mau saya panggilin!" teriak bi Sumarni.

Baru ingin bermalas-malasan, gadis itu harus bangun lagi karena tamu yang tidak di undang. Bisa saja dia minta bi Sumarni untuk mengusir orang itu, tapi Ravicca kasihan dengan bi Sumarni yang dengan polos mengatakan kalau dirinya ada di rumah.

"Siapa, Bi?" tanya Ravicca bingung.

Pasalnya, teman Ravicca yang datang ke rumah hanya Giovanni, sedangkan gadis itu kalau bertamu langsung masuk ke kamarnya tanpa embel-embel permisi.

"Saya tidak tahu, Non."

"Yaudah Bi, saya ganti baju dulu!" balas Ravicca juga dengan teriakan teriakan.

Sejak tadi gadis berambut panjang itu masih setia memakai kemeja putih, dan celana panjang. Dia belum mengganti baju, malah langsung naik ke kasur. Bahkan sepatu saja masih tergantung di kakinya.

"Hais, siapa sih? Bertamu kok sekarang? Gue kan mau tidur, cape baru selesai tauran ini," gumamnya dengan wajah kesal karena jam istirahatnya terganggu.

Setelah selesai dengan urusan ganti bajunya, Ravicca turun dari lantai dua. Gadis berambut panjang itu mengenakan kaos hitam, celana selutut yang berwarna senada dengan bajunya. Tak lupa wajah kesal gadis itu sangat terlihat jelas.

Rumah terlihat sangat sepi, karena memang penghuninya tidak banyak. Kedua orang tua gadis itu sibuk cari uang di negeri orang, sedangkan dirinya hanya ditinggal dengan beberapa ART dirumah.

Pandangan Ravicca jatuh ke lelaki yang sudah duduk anteng di ruang tamu, lengkap dengan baju putih dan celana coklat kotak-kotak. Seragam sekolahnya.

"Lo lagi? Ngapain ke rumah gue? Dan lagi, lo tau rumah gue dari mana?"

Lelaki yang tadi tengah menyesap minumannya, langsung berhenti dan menatap lurus ke anak tangga terakhir. Tempat Ravicca berdiri.

*
*

Untuk nebus kesahana aku yang kemarin gak up, hari ini aku update 3 bab sekaligus. Heheng, itu juga karna kena hukuman sih. Katanya, makin sering kena hukuman, makin cepet ceritanya end. Lebih cepat, lebih baik.
Kaya biasa, pasti banyak typo yang bertebaran. Jadi, harap maklum ya.

✨✨

Tunggu update-an selanjutnya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih. 😇💕

~ Jessie ~

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang