Happy reading ✨
*
*"Panas banget di luar gila, mataharinya kayak mau bakar gue hidup-hidup," celetuk Giovanni yang baru masuk ke bangunan tua, basecamp mereka.
Giovanni memang tidak pernah ikut tawuran atau membuat ulah seperti Ravicca, tapi bukan berarti gadis itu bersikap baik dan polos seperti siswi alim kebanyakan.
Walaupun terkesan anak baik-baik, tapi Giovanni hampir mirip dengan sahabatnya. Sering keluar malam, pergi ke club, atau menjadi salah satu anggota kelompok anak berandalan. Hanya saja, perempuan berambut pendek itu berulah secara diam-diam.
"Apa nih? Muka lo semua kenapa gitu? Geli gue, minta ditampol apa?" tanya Giovanni saat melihat wajah memelas kedua temannya.
"Gak tau gue, dari tadi mereka aneh. Mukanya kayak sesak nahan boker," balas Faisal, yang memang tidak mengerti dengan arah pembicaraan ketiga temannya.
Tanpa aba-aba, Daniel menjitak kepala sahabatnya. "Ehh kutil, makanya kalo temen ngobrol tuh nimbrung, bukannya sibuk makan doang."
"Gue laper upil. Lo lupa gue dihukum gak ada istirahat-istirahatnya?" sanggah Faisal tidak terima di salahkan.
"Tet-"
"Berisik lo berdua," potong Rico. Lelaki itu geram sendiri melihat dua temannya yang gak pernah akur.
"Anak-anak Erut gak terima kalah tawuran, jadi mereka minta tanding ulang hari ini."
Giovanni menaikkan alis guna memperjelas arah pembicaraan Rico, walaupun dia mulai mengerti apa yang ingin disampaikan lelaki itu.
"Lo tau kan kalo wajan gepeng itu gak pernah biarin gue tenang. Nah, gue mau minta tolong ama lo buat alihin perhatian tuh cowok, supaya gak ngintilin gue mulu."
Ravicca sudah memelas dengan wajah yang minta di kasihani, tapi enggak buat Giovanni. Gadis itu malah ingin memukul wajah sok polos sahabatnya ini.
"Gue dapet apa kalo nolongin lo?"
Seketika wajah memelas Ravicca berubah jutek. Kenapa Giovanni gak bisa tulus berbuat baik kepadanya? Sekarang dia meragukan persahabatan mereka.
"Lo kalo sama gue perhitungan banget dah. Anggap aja amal karna bantuin orang yang lagi membutuhkan," balas Ravicca. Pasalnya gadis yang berambut pendek itu gak pernah iklas membantunya.
"Hehh mermed sawah, lo boker aja bayar yakali kayak gini gratis. Pertarungan hidup dan mati ini," jawab Giovanni melebih-lebihkan.
"Heleh alasan lo yang bisaan."
Ravicca menatap teman-temannya yang lain guna minta bantuan. Bukannya membantu, ketiga orang itu malah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Seperti Rico sibuk mengotak-atik ponselnya, sedangkan Daniel dan Faisal sibuk bermain-main dengan cacing yang baru mereka temukan.
"Lo jangan ubek-ubek kayak gitu, ntar dia mati bego."
"Taro di batu aja. Nanti kabur dia nyelem masuk tanah."
"Lo kata renang."
Ravicca jengah akan sikap teman-temannya yang gak waras. Yahh, mungkin Rico agak waras sedikit. Tapi tetap saja, tadi katanya dia mau membatu, cuma sekarang malah sibuk main handphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Solitude
Teen FictionMenceritakan tentang kisah percintaan antara Rivaldo dan Ravicca. Mereka berdua hidup di keluarga yang sangat jauh berbeda. Di mana Rivaldo hidup di keluarga yang berlimpah akan kasih sayang, berbanding terbalik dengan Ravicca. Gadis cantik itu tida...