Bab 6

141 19 4
                                    

✨ Jika ingin menaklukkan lawanmu, kau harus memegang kartu As-nya terlebih dahulu.✨

*
*

Terdengar suara sendok dan garpu yang bersentuhan saling bersaut satu sama lain. Kini satu keluarga kecil tengah berkumpul untuk sarapan, sebelum lanjut melakukan aktivitas mereka masing-masing.

"Sebulan lagi kamu ada olimpiade fisika, Al?" tanya suara bariton itu, membuat Rivaldo menghentikan kegiatan makannya sejenak.

"Iya."

"Kamu udah ikut bimbingan dari sekolah? Apa perlu Papa carikan guru private untuk kamu?"

Tanpa ingin mengalihkan pandangan ke anaknya, Baron tetap melempar banyak pertanyaan ke lelaki itu.

"Gak perlu."

Tidak ingin membalas, pria berjas hitam hanya diam dan mengangguk sebagai jawaban dari ucapan anaknya.

Dia cukup yakin dengan kemampuan yang di miliki Rivaldo. Anak laki-lakinya itu sudah langganan, mendapat piala juara satu di setiap olimpiade yang diikutinya.

"Semalam kamu kemana, Al? Mama lihat kamu pulang jam dua pagi."

Saat ingin melanjutkan aktivitas sarapannya, Rivaldo harus berhenti dan meletakkan lagi sendok di genggamannya.

Dia bingung harus menjawab apa, tidak mungkin lelaki itu berkata jujur, kalau dia pergi ke club bersama sahabatnya.

"Kerja kelompok."

Violet mengerutkan kening, wanita itu masih kurang yakin dengan jawabannya.

"Kok sampai pagi?"

"Tugas banyak," jawab Rivaldo dengan wajah datar seperti biasa.

Jangankan orang lain, orang tuanya saja tidak tahu apa yang tengah dipikirkan anaknya. Lelaki itu hanya memperlihatkan wajah datar, dan dingin ke semua orang.

"Ohh."

Tidak ingin memperpanjang masalah, Violet hanya berdehem sebagai jawaban.

Sejak tadi ponsel Rivaldo bergetar, menandakan ada pesan masuk ke benda pipih berbentuk persegi panjang itu. Tetapi Rivaldo hanya cuek, dia lebih memilih menghabiskan sarapannya daripada melihat siapa orang yang mengirimnya pesan.

Sayangnya benda itu tidak kunjung berhenti, mau tidak mau Baron dan Violet melihat anak tunggalnya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa gak di balas? Mana tau penting, Al."

Dengan terpaksa Rivaldo menghidupkan ponselnya, lalu membaca deretan pesan yang dikirim oleh nomor tidak dikenal.

Setelah melihat isi pesan yang dikirim orang itu, barulah Rivaldo bangun dari tempat duduknya.

"Saya berangkat."

"Ehh, makanan kamu?!" teriak Violet yang dibalas lambaikan tangan dari sang anak.

"Sudahlah, mungkin memang ada urusan penting," celetuk Baron yang masih sibuk dengan makanannya.

***

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang