Happy reading ✨
*
*Sesuai kesepakatan. Ravicca dan ketiga temannya sudah berkumpul di lapangan, tempat yang mereka janjikan untuk tawuran. Bukan hanya keempat orang itu, tapi banyak siswa lain juga berkumpul di sana untuk menunggu lawan mereka datang.
"Jam berapa sekarang?" celetuk Daniel tiba-tiba.
"Tiga. Kenapa?" jawab Faisal setelah melihat jam di ponselnya.
"Perut gue nyanyi," balas Daniel dengan cengiran polos andalannya.
Sontak Faisal menjitak kepala lelaki itu. "Siapa suruh tadi lo gak makan?"
Tidak terima kepalanya jadi korban, lantas Daniel membalas dengan memelintir leher Faisal.
"Disitu gue belum lapar kampret."
Faisal memukul-mukul lengan Daniel guna melepas tangan lelaki itu dari lehernya. "Lepas! Sakit goblok."
"Vanni ada ngabarin lo gak?" tanya Rico.
Ponselnya mati, jadi dia gak bisa mendapat kabar atau bertanya langsung ke gadis itu. Bagaimanapun juga, Rico adalah ketua dari perkumpulan mereka. Sudah menjadi kewajibannya untuk memastikan semua anggota aman.
"Udah."
"Ehh iya Ko, lo dengerin Vanni ngobrol sama cowok dingin tadi kan? Dia ngomong apaan? Kok si Aldo nurut gitu aja?" Kini Ravicca yang balik bertanya. Jujur, dia cukup penasaran bagaimana cara sahabatnya membuat cowok dingin itu nurut begitu saja.
Ravicca kesal, cukup lama dia menunggu jawaban dari Rico, tapi lelaki ini tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Lo bisu seketika?" sindir Ravicca.
"Enggak."
"Enggak apa ini? Gak bisu, apa gak dengerin mereka ngomong?" pancing Ravicca. Lagian, ada apa dengan cowok ini? Kenapa dia jadi dingin sejak Ravicca membahas Rivaldo?
"Duanya."
Ravicca memutar kedua bola matanya. "Bilang aja kalo gak mau kasi tahu."
Rico tidak menjawab. Atensinya beralih ke beberapa siswa dari Erut yang baru sampai ke lapangan. Seperti tawuran sebelumnya, SMA Erut juga kini membawa beberapa senjata tajam.
"Woahh lama gak ketemu Rico, Faisal," sapa Verdon basa-basi. Pasalnya, tawuran terkahir mereka Veron tidak melihat kedua lelaki itu.
"Ehh banci, mulut lo gak bisa di tutup apa? Bawel banget kayak cewek," sindir Daniel yang lelah karena harus meladeni ucapan gak bermutu Verdon.
"Santai dong. Kita harus menjalin silaturahmi," balas Verdon dengan senyum miring di bibirnya.
"Gak terima kalau lo kalah tawuran sebelumnya?" tanya Rico yang baru membuka suara.
Verdon terlihat tidak peduli, lelaki itu hanya mengedikkan bahunya. "Anggap aja tawuran sebelumnya gue ngasi kesempatan sama lo semua."
"Cihh, ngasi kesempatan apaan. Bilang aja lo emang cupu gak terima kekalahan," teriak Faisal mencemooh Verdon dan teman-temannya.
"Ravicca, mending lo mundur aja deh. Kasihan gue kalau ngehajar cewek," ujar Verdon mengabaikan sindiran Faisal.
Sedangkan si cewek yang di maksud hanya menaikkan alisnya. "Lo kasihan sama gue, atau kasihan sama temen-temen lo yang bakal terkapar di tangan gue?"
"Okeyy, jangan salahin gue kalau lo masuk rumah sakit."
Verdon maju bersamaan dengan teman-temannya, diikuti Rico beserta anggotanya yang lain. Tawuran antara dua sekolah itu sangat ricuh. Senjata yang mereka gunakan saling beradu, menimbulkan suara nyaring.
Ravicca memukul semua siswa yang hendak menghajarnya secara membabi buta. Selain melampiaskan kekesalannya kepada Rivaldo, gadis itu juga ingin membungkam mulut Verdon. Cowok banci yang cuma ngomong, tanpa bisa membuktikan omongannya.
Beda halnya dengan Daniel juga Faisal, kedua orang itu menghajar mangsanya secara ugal-ugalan. Dimana Faisal melumpuhkan pergerakannya, dan Daniel yang memukul lawannya menggunakan tongkat bisbol.
"Dasar cupu. Kalo kalah mah kalah aja."
"Malu dong, minta tanding ulang ehh kalah juga."
Sesekali kedua orang itu mengejek lawannya yang sudah tumbang, dan tertawa bersama-sama.
Beralih ke Rico yang dengan lihai menghindar dari semua pergerakan Verdon. Menurutnya lelaki ini hanya bisa menyerang, tanpa perencanaan. Alias, asal menghajar lawan.
Oleh karena itu, Rico tidak berniat melawan. Dia hanya menghindar dan berniat melepaskan benda tajam itu dari tangan Verdon, guna mengurangi resiko cedera.
"Jangan selalu menghindar bodoh! Lawan gue!" teriak Verdon kesal.
Dia menyadari kalau lelaki itu tidak berniat melawannya. Hal itu membuat Verdon kesal. Dia merasa Rico meremehkannya.
"
Kasian gue sama lo."
"Bajingan!"
Merasa tidak puas melawan Rico, Verdon melirik Ravicca dari ekor matanya. Kelihatannya gadis itu lebih menantang daripada lelaki cupu di depannya ini.
Tapi sayang, sebelum Verdon mendekati Ravicca, Rico dengan cekatan menendang pergelangan tangannya guna melepaskan senjata tajam dari tangan Verdon. Dia bisa membaca pergerakan lelaki itu, dan Rico tidak akan membiarkan anggotanya celaka.
Karena tidak siap, Verdon terjatuh dan senjatanya juga terlempar jauh. Rico mendekat dan memandang Verdon dengan tatapan kasihan.
"Udah puas?" tanya Rico.
Tatapan nyalang di lemparkan Verdon ke Rico. Tersirat akan kebencian yang mendalam dari mata lelaki itu. Tidak ada yang tahu apa masalah mereka berdua, tapi Ravicca yang melihat itu tahu kalau hubungan mereka bukan hanya sebatas musuh antar sekolah.
***
Beralih ke sisi yang lain. Setelah mendengar perkataan Giovanni, Rivaldo tidaklah pulang, melainkan sembunyi dan menunggu Ravicca selesai dengan aktivitasnya.
Seperti sekarang, dia hanya melihat segerombolan siswa dari sekolah yang berbeda saling menghajar satu sama lain. Tapi Rivaldo tidak ingin ikut campur dengan masalah mereka. Dia hanya diam dan memperhatikan dari dalam mobil.
*
*Maaf kalau banyak typo bertebaran. Aku terima kritik dan saran dari kalian.
Tunggu update-an selanjutnya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih. 😇💕
~ Jessie ~

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Solitude
Novela JuvenilMenceritakan tentang kisah percintaan antara Rivaldo dan Ravicca. Mereka berdua hidup di keluarga yang sangat jauh berbeda. Di mana Rivaldo hidup di keluarga yang berlimpah akan kasih sayang, berbanding terbalik dengan Ravicca. Gadis cantik itu tida...