Bab 2

206 23 12
                                    

Bungkus yang bagus, tidak selamanya menunjukkan isi yang bagus pula.

*
*

Banyak pasang mata melihat aneh ke gadis manis yang tengah bergelayut manja di lengan lelaki dingin primadona sekolah. Sedangkan si pemilik lengan, hanya diam terpaku menatap bingung ke gadis yang tidak dia kenal itu.

"Lo siapa?!" tanya Veronika dengan nada yang sedikit meninggi. Terlihat alis yang menyatu, juga tatapan sinis yang dilayangkan gadis berambut pendek itu ke Ravicca.

Dengan cepat, Vero melepaskan tangan Ravicca dari lengan lelaki yang disukainya. Dia tidak sudi berbagi miliknya dengan perempuan lain.

"Jauh-jauh dari cowok gue!"

Ravicca yang tidak terima, lantas menarik lengan Rivaldo cukup kuat, membuat lelaki itu hampir saja terjatuh jika dia tidak bisa mempertahankan keseimbangannya.

"Cowok lo?! Sejak kapan kalian pacaran? Dodo aja gak pernah bilang kalau dia punya pacar," balas Ravicca tidak kalah sinisnya.

Saat Veronika ingin mengeluarkan sumpah serapahnya, tiba-tiba lelaki yang sejak tadi hanya diam, akhirnya mengeluarkan suara.

"Lo siapa?" Rivaldo dengan kasar melepaskan genggaman kedua gadis aneh di sebelahnya. Cukup satu parasit yang selama ini menganggu hidupnya, dan sekarang tambah satu lagi?

"Dodo, aku Ravicca cewek yang waktu itu nemenin kamu ke hotel. Masa kamu lupa?"

Perkataan Ravicca mampu membuat seisi kantin hening seketika. Sejak tadi mereka memang sudah menjadi sorotan semua orang yang ada di tempat itu. Di tambah lagi ucapan Ravicca, membuat semua murid di sana sibuk dengan asumsi mereka masing-masing.

"Maksud lo?" tanya Rivaldo bingung. Pasalnya dia tidak pernah dengan sembarangan membawa cewek asing. Boro-boro bawa cewek, ke hotel aja dia jarang. Kalau bukan urusan keluarga atau ikut olimpiade, dia tidak pernah menginap di hotel.

"Waktu itu kamu mabuk, terus bawa aku ke hotel. Di sana kita ngela-"

Belum selesai dengan ucapannya, Rivaldo dengan cepat mendekap mulut Ravicca. Lelaki itu tidak ingin mendapat gosip yang tidak-tidak, apalagi kalau gosip itu sampai ke telinga kedua orang tuanya.

Tidak ingin mendapat masalah lebih besar, mau tidak mau Rivaldo menarik lengan gadis yang tidak dia kenal itu ke tempat yang cukup sepi. Tidak lupa tangannya masih setia menempel di bibir Ravicca, guna membungkam perkataan yang akan keluar dari bibir gadis itu.

Tentu saja Ravicca berontak. Tapi sayang, kekuatannya jauh dibawah Rivaldo. Jadi, dengan terpaksa dia mengikuti kemana lelaki itu membawanya.

"Aldo! Kamu mau kemana? Yang dibilang cewek itu bohong, kan? Aldo?!" teriak Veronika frustasi karena kedatangan gadis yang tidak diundang.

Dia hendak menyusul lelaki itu, tetapi tidak jadi karena Rivaldo melarangnya untuk mengikuti mereka.

Awas aja lo Rav, gue bakal buat perhitungan sama lo nanti.

Sudah di rasa aman, Rivaldo menyudutkan Ravicca ke dinding di lorong sepi, lalu melepas tangan yang menutup mulut gadis itu sejak tadi.

"Maksud lo apa?" tanyanya dengan menatap sinis dua bola mata bulat di depannya.

"Gak ada maksud apa-apa kok."

"Ucapan lo di kantin?"

"Cuma iseng doang."

Rivaldo semakin kesal dengan gadis ini, apakah dia berfikir itu adalah hal yang lucu? Jujur saja, Rivaldo tadi sempat khawatir, kalau yang di katakan Ravicca itu benar.

Dia ingat beberapa hari yang lalu, lelaki itu minum-minum karena merasa terbebani dengan semua tuntutan orang tuanya. Rivaldo takut, kalau dia dengan tidak sengaja membawa gadis ini untuk bermalam dengannya.

"Mau lo apa?"

Bukannya menjawab, Ravicca balik menatap Rivaldo dengan alis yang dinaikkan. Gadis itu seakan-akan ingin bermain-main dengan si lelaki.

"Lo."

"Gue serius." Tatapan intimidasi dia layangkan ke perempuan manis di depannya, dia tidak tertarik bermain-main dengan gadis gila ini.

Bukannya takut, Ravicca malah tersenyum lalu mengalungkan lengannya di leher Rivaldo. "Gue juga serius."

Tidak nyaman dengan posisinya saat ini, lantas Rivaldo memundurkan badannya dan langsung melepas lengan Ravicca yang menggantung di lehernya.

Cewek gila.

Dia memasukkan satu tangannya ke kantong, lalu berjalan cepat hendak pergi dari lorong yang sepi itu. Tapi, kelihatannya memang Ravicca tidak bisa membiarkan Rivaldo lolos begitu saja. Dari belakang, gadis bermata bulat itu mengikuti langkah kaki lelaki berwajah datar di depannya.

"Dodo, nanti pulang sekolah antar gue pulang ya?"

Tidak ada jawaban, lelaki itu hanya diam dan menatap lurus ke depan guna mengabaikan gadis gila di sampingnya.

"Dodoo, gue takut pulang sendiri. Lo gak kasihan apa sama cewek manis, imut, lucu dan gemesin kayak gue? Nanti kalau gue pulang sendiri, terus ada om om pedo yang mau nyulik gue gimana?"

Rivaldo berhenti sejenak, dia teringat akan kejadian kemarin. Kejadian dimana, seorang gadis yang dengan tiba-tiba mengganggu aktivitas belajarnya.

Mau tidak mau Ravicca juga berhenti karena lelaki yang dia ikutin juga berhenti. Baru saja ingin mengeluarkan celoteh tidak bermutunya, Rivaldo tiba-tiba berbalik dan menatap tajam ke arahnya.

"A-apa? M-mata lo k-kenapa gitu amat? G-gue bukan daging segar yang bisa dipotong kapan aja."

"Lo cewek yang kemarin dikejar-kejar preman itu, kan?" tanya Rivaldo memastikan.

Mampus, kok dia bisa inget sih? Gue kirain dia bangkotan yang kagak bakal inget kejadian semalem.

Cukup lama berdiam diri, Rivaldo memajukan badannya untuk menyudutkan Ravicca ke tembok berwarna putih di belakang gadis itu. Dia ingin gadis itu dengan cepat menjawab pertanyaannya.

Reflek Ravicca memundurkan badan, tangannya juga menopang badan lelaki berwajah dingin itu agar tidak terlalu dekat dengannya.

"T-tunggu! Lo ngapain maju-maju?"

Cukup kuat Ravicca mendorong dada Rivaldo sampai lelaki itu mundur beberapa langkah darinya.

"Iya! Itu gue! Puas lo?!"

"Balas dendam?" Sekarang dia mengerti kenapa gadis gila ini mulai muncul di hadapannya sekarang, dan malah membuat masalah yang tidak penting.

"Bodoamat, pokoknya hidup lo gak bakal tenang. Mulai sekarang, gue bakal selalu gangguin lo."

Ravicca berdecak, lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Rivaldo sendirian. Sedangkan lelaki itu menatap datar punggung Ravicca yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.

Gila.

*
*

Haiii maaf yaa aku up nya kemaleman hari ini, tapi up selanjutnya aku usahain cepet kok. Terimakasih udah mau mampir. 🤗

✨✨

Tunggu update-an selanjutnya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih. 😇💕

~ Jessie ~

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang