Bab 18

154 21 3
                                    

Happy reading ✨

*
*

Kini Ravicca hanya menundukkan kepalanya. Di dalam mobil, kedua orang itu saling berdiam diri, sibuk dengan urusan masing-masing.

Rivaldo yang tengah mengendarai mobil mengabaikan Ravicca, dia hanya melajukan mobilnya sesuai petunjuk dari gadis itu. Sedangkan cewek berambut panjang hanya diam dan sesekali mengarahkan jalan yang mereka lalui.

Sesuai dengan perkataannya sewaktu jam istirahat, Rivaldo akan mengantar Ravicca untuk menemui teman-temannya yang di kenal berandalan sama dengan dirinya.

Tapi Rivaldo hanya memberikan waktu sebentar agar Ravicca dapat menyelesaikan urusannya. Alias, Rivaldo akan menunggu gadis itu.

"Di bangunan depan itu, lo turunin gue di situ aja," ujar Ravicca setelah melihat bangunan tua yang biasa dijadikan Daniel basecamp mereka.

Tanpa ingin mengatakan apapun, Rivaldo hanya menurutinya. Lelaki itu mengendarai mobilnya menuju bangunan tua yang tadi ditunjuk Ravicca.

Gadis berambut panjang turun dari mobil hitam itu, lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Gue tunggu di sini."

Mendengar perkataan itu, Ravicca berbalik melihat Rivaldo berdiri di antara pintu mobil yang terbuka.

"Maksudnya tunggu di sini?" tanya Ravicca bingung.

"Gue tunggu di sini."

Sekarang Ravicca tahu kenapa cowok ini berbaik hati ingin mengantarnya. Rivaldo memang tidak akan membiarkan Ravicca bebas begitu saja. Dia menyesal karena berpikir ada sisi baik dari cowok itu.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri," balas Ravicca mencoba bernegosiasi.

"Tiga puluh menit."

Bukannya menjawab sesuai keinginan Ravicca, Rivaldo malah mengatakan hal lain yang membuat si gadis berambut panjang semakin bingung.

Nih bocah ngomong apaan sih? Gue ngomong apa, dia balas apa.

"Lo ngomong yang jelas dikit kenapa sih? Gue gak ngerti."

"Gue tunggu tiga puluh menit," balas Rivaldo yang membuat Ravicca semakin kesal.

Apaan nih cowok sok ngantur.

"Kalau gue gak mau?" tantang Ravicca. Dia ingin tahu apa yang akan di lakukan cowok gila itu kalau dia tidak menurut.

"Gue seret dari dalam."

Setelah mengatakan itu, Rivaldo langsung masuk ke mobil mengabaikan teriakan Ravicca yang kesal karena perkataannya.

"Dadar cowok aneh!!" teriak Ravicca frustasi.

Dia sungguh lelah harus dihantui cowok itu setiap hari, setiap menit bahkan setiap detik. Ravicca tidak tahu apa kesalahannya, kenapa dia selalu di ganggu oleh lelaki berwajah dingin bak kutub utara itu?

Tidak ingin emosinya semakin membuncak, Ravicca lebih memilih masuk ke bangunan tua meninggalkan Rivaldo yang menunggunya di dalam mobil.

"Kenapa tuh muka kucel banget, udah kaya bocah yang lima taun gak dikasih jajan aja."

Ravicca mendengar ejekan Daniel yang duduk di atas batu. Sama halnya dengan Daniel, kedua temannya yang lain juga duduk di beberapa batu reruntuhan itu.

Bangunan itu sudah menjadi basecamp banyak anak berandalan. Kelihatan dari siswa yang berkumpul di situ bukan hanya Daniel dan teman-temannya, melainkan ada beberapa gerombolan siswa lain yang juga ikut berkumpul. Hanya saja, setiap gerombolan memiliki kelompok mereka masing-masing.

"Bu, teh manis sama nasi goreng satu!" teriak Ravicca ke ibu paruh baya yang di kenal bu Siti.

Wanita itu sudah lama berjualan di sana. Selain mencari nafkah, bu Siti juga membantu anak-anak berandalan itu supaya tidak perlu jauh-jauh untuk mengisi perut mereka.

Setelah mendapat anggukan dari bu Siti, Ravicca mendekati Daniel dan menjitak kepala cowok itu. "Berisik lo."

"Yee, gue bener. Tanya aja noh sama Faisal."

Sedangkan si cowok yang di panggil, hanya menganggukkan kepalanya. Dia masih sibuk memakan pesanannya yang baru di antar bu Siti.

"Emang lo kenapa, Vic?" tanya Rico, salah satu teman Ravicca yang berada di situ juga.

"Cowok yang gue ceritain waku itu ngulah lagi," balas Ravicca, membuat kedua temannya mengernyitkan dahi, kecuali Faisal karena dia masih sibuk dengan makanannya.

Kali ini Daniel yang bertanya, "emang dia kenapa?"

"Kalian tahu kan dia suka banget ngintilin gue akhir-akhir ini?" ucap Ravicca yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Nah, hari ini juga. Tadi pas jam istirahat pertama dia bilang mau anterin gue ke sini. Gue mikir dia cuma  nganterin doang, ehh taunya dia bilang nungguin gue."

"Mana cuma dikasi waktu tiga puluh menit doang," jelas Ravicca dengan emosi berapi-api.

Bukannya prihatin, Daniel dan Rico malah menertawakan Ravicca. Lantas gadis itu menatap nyalang ke kedua temannya. Dia kesal karena dua orang itu tidak membantunya sama sekali.

"Ini pesenannya neng Vicca," ujar bu Siti dengan membawa nampan yang berisi satu piring nasi goreng, dan satu gelas teh manis sesuai pesenan si gadis berambut panjang.

Ravicca mengangguk dan mengucapkan terimakasih, lalu bu Siti langsung pergi membawa nampannya.

Mengabaikan dua cowok yang membuatnya kesal, Ravicca memilih menghabiskan makannya. Perutnya sudah menjerit sejak tadi. Walaupun istirahat pertama dia memakan makanan yang dibawa Rivaldo, tapi istirahat kedua dia tidak makan sama sekali karena gadis itu melarikan diri ke perpustakaan.

"Pantesan lo ke sini make rok ya." 

Daniel menyadari kalau temannya ini masih memakai seragam sekolah. Tidak seperti hari biasa, Ravicca yang sudah mengganti seragam dengan baju rumahan sebelum pergi ke basecamp mereka.

"Lo gak bawa baju ganti?" tanya Rico, membuat Ravicca berhenti sejenak dari aktivitas makannya.

"Emang kenapa?"

"Anak-anak erut gak terima mereka kalah, jadi minta tawuran ulang hari ini," jawab Daniel.

Ravicca menghela nafasnya. Bukan karena dia tidak membawa baju ganti, tapi Rivaldo yang gak akan membiarkannya lolos begitu saja. Bagaimana caranya meloloskan diri dari cowok itu? Karena dia tidak main-main dengan ucapannya.

Seakan bisa membaca pikiran Ravicca, Rico menepuk pelan bahu gadis itu. "Gue punya cara buat ngelabuin cowok dingin yang lo ceritain."

Mendengar ucapan Rico, wajah Ravicca langsung berbinar. Kalau Rico yang memberi saran, Ravicca tidak perlu khawatir karena cowok itu bisa diandalkan.

Di antara ke lima temannya, hanya Rico yang berotak encer. Jadi, sudah menjadi kebiasaan mereka kalau segala sesuatu yang bersangkut pautan dengan otak, Rico lah jalan keluarnya.

*
*

Maaf kalau banyak typo bertebaran. Aku terima keritik dan saran.

Tunggu update-an selanjutnya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih. 😇💕

~ Jessie ~

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang