Bab 7

138 23 0
                                    

✨ Salah satu hal yang paling menyenangkan adalah, disaat kau melihat lawanmu tidak bisa berkutik. ✨

*
*

"Ravicca, kamu bisa gak sih sehari aja jangan ngulah?" ujar pak Bondan, yang tengah memegang pangkal hidungnya.

"Dan ini lagi, kenapa kamu ikut-ikutan Vero?" lanjut guru pria itu, menatap tajam siswi manis di sebelah Ravicca.

"Maaf, Pak."

Lelaki yang memegang rotan panjang itu hanya bisa menghela nafasnya, dia sudah lelah menghadapi murid-murid bandel seperti Ravicca ini.

"Kalian berdua, pulang sekolah harus bersihkan semua toilet cewek di sekolah ini sampai benar-benar bersih."

Sontak Ravicca dan Vero, langsung menatap pak Bondan dengan pandangan tidak percaya.

Seluruh toilet katanya? Apakah bapak ini bercanda?

"Pak, jangan semuanya juga. Walaupun toilet cewek doang, tapi kan toilet di sekolah banyak. Satu lantai aja ada enam, dan ini ada enam lantai, Pak," ujar Ravicca mencoba meringankan hukuman mereka.

Selain itu, yang salah di sini Veronika. Gadis itu datang-datang langsung langsung menjambak rambutnya, Ravicca melawan karena ingin membela diri saja.

"Tidak ada bantahan Ravicca."

"Tap-"

"Mau ditambahin hukumannya?" tanya pak Bondan membuat gadis itu langsung menutup mulutnya.

Kali ini Ravicca hanya bisa pasrah tidak mau berkomentar. Dia tidak ingin mendapat hukuman, yang lebih berat dari ini.

"Ini gara-gara lo. Cewek gila yang jambak rambut orang sembarangan," ujar Ravicca, menatap kesal ke Veronika.

"Lo juga ngapain deketin cowok orang? Dasar cewek gatel," balas Veronika tidak mau kalah.

"Diam," celetuk pak Bondan yang sama sekali tidak digubris mereka berdua.

"Sejak kapan kalian pacaran? Rivaldo aja gak nganggep lo pacarnya, malu mbak ngaku-ngaku pacar orang. Jadi cewek kok mau jual murah," sindir Ravicca, membuat Veronika menatap jengkel ke arahnya.

"Saya bilang diam!" Kesabaran pak Bondan benar-benar diuji oleh dua siswi di depannya.

Layaknya pajangan, kedua gadis itu mengabaikan teriakan pak Bondan yang sejak tadi menyuruh mereka untuk diam.

Merasa tidak terima dengan sindiran Ravicca, Veronika berdiri dan menarik paksa lagi, rambut kucir kuda milik perempuan bermulut pedas itu.

Tidak mau kalah, Ravicca dengan santainya menyikut perut Veronika. Walaupun pelan, tapi mampu membuat gadis itu melepaskan rambutnya.

"Dari tadi gue sengaja gak mukul lo karna mikir lo cewek. Tapi kayanya lo emang gak bisa dikasihani," kata Ravicca dengan wajah angkuhnya.

Veronika merasa dipermalukan, gadis berambut pendek itu hendak mendekati Ravicca lagi dan ingin membalas cewek berandalan itu.

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang