Bab 28

136 21 0
                                    

Happy Reading ✨

*

*

Hari ini Rivaldo kelihatan berbeda, lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Yahh memang biasanya juga cowok itu diam dan selalu datar, tapi kali ini berbeda. Dia lebih terkesan dingin.

"Lo kenapa hari ini?" tanya Ravicca coba mencairkan suasana.

Benar bukan, hari ini dia berubah. Wajah datarnya hilang, diganti dengan wajah dingin dan mata tajam yang menatap lurus ke depan.

Tidak seperti biasa. Walaupun wajahnya datar, tapi atmosfer di sekitar masih terasa hangat. Ada apa dengan cowok ini? Apakah perkataan Ravicca semalam membuatnya marah?

"Apa omongan gue semalem buat lo marah?"

"Oke, gue minta maaf. Tapi lo juga buat apa jagain gue? Gue bukan anak kemarin sore yang harus dikawal terus-terusan," lanjutnya dengan membela diri, berharap Rivaldo tidak marah lagi.

Tapi kelihatannya perkataan itu tidak mengubah apapun. Rivaldo tetap bungkam dan hanya melirik Ravicca dari ekor matanya. Tatapan tajam juga intimidasi yang kuat, dia seakan menyuruh gadis itu untuk diam.

Mengerti suasana hati Rivaldo sedang tidak baik, Ravicca akhirnya diam dan mengalah. Dia tidak ingin menjadi sasaran kemarahan lelaki dingin ini. Bagaimanapun juga, Rivaldo menjadi orang yang mengerikan saat dia marah.

Cukup lama kedua murid itu berdiam diri di dalam mobil, membuat si gadis kesal dan ingin cepat-cepat sampai ke sekolah.

Kondisinya sangat tidak nyaman. Tatapan tajam dan wajah datar Rivaldo sangat mengganggunya. Dan dia harus terjebak bersama lelaki ini berdua saja? Ya Tuhan, kapan situasi ini cepat berakhir?

Nih cowok kenapa sih? Aneh banget, gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba berubah gini.

Setahu Ravicca jarak antara rumahnya dan sekolah tidak terlalu jauh, tapi kenapa perjalanan mereka terasa sangat lama? Belum lagi banyak lampu merah, yang mengharuskan mobil Rivaldo selalu berhenti.

Situasi apa ini? Sesak banget di dalam sini, padahal AC nya hidup.

***

"Aneh banget tuh cowok, dia bermasalah kenapa jadi gue yang kena?" celetuk Ravicca berapi-api.

Gadis itu marah-marah sepanjang lorong yang cukup sepi. Rivaldo menjemputnya pagi-pagi buta, alhasil dia harus bersiap-siap seperti orang kesetanan.

Belum lagi saat mereka sampai di parkiran, lelaki itu dengan santainya meninggalkan Ravicca seorang diri tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tidak seperti biasa, walaupun Rivaldo bersikap cuek, tapi cowok datar itu masih menunggu dan mengantarnya ke kelas.

Membayangkan bagaimana sikap dingin Rivaldo tadi membuat Ravicca ingin mengacak-acak wajah datar lelaki itu. Kalau nyalinya setebal buku paket matematika mereka, mungkin wajah Rivaldo sudah hancur tidak karuan.

"Dasar cowok aneh, gak jelas, ngeselin. Pagi-pagi udah buat orang naik darah!!" teriak Ravicca kesal, tepat saat memasuki kelas mereka.

"Lo kenapa sih? Muka lo kusut amat, lupa disetrika?" tanya Giovanni heran.

Tidak heran sahabatnya itu sudah sampai di sekolah secepat ini, malah kalau Giovanni datang terlambat, perlu di pertanyaan alasannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In Solitude  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang