3. Friend are Foe

281 39 8
                                    

"Dia sedang patah hati! Abaikan saja mulutnya yang terus protes pada segala hal, oke!" Ucap Shikamaru pada Sai dan Sasuke yang ikut masuk ke dalam ruang kerja Naruto.

"Sakura itu memang tidak tahu di untung!"Sambung Sai dengan mulut ajaib~nya."... Pria sekelas Naruto dia campakkan. Belum lama ini dia muncul di kantor Bos Uchiha tanpa permisi. Dia berlari ke sisi Sasuke ketika dia mulai bosan padamu. Um, apa namanya jika seorang wanita bersikap seperti itu? Playgirl? Oh, bukan! ada sebutan yang sedang trend saat ini. Apa ya?!" Sai menopang dagu dengan tangannya sembari berpikir.

Shikamaru memukul kepala pria itu dengan Map yang ada di tangannya. Menghentikan ocehannya mengenai topik sensitif untuk mereka bicarakan.

Belakangan Sakura menghilang bak di telan bumi bagi hidup Naruto. Ternyata dia kembali muncul di Hidup Sasuke. Shikamaru mendecak sinis. Sudah dia perkirakan semua akan berakhir begini.

Wanita itu tidak serius dengan Naruto. Dia hanya ingin  memuaskan rasa kesepiannya yang tidak pernah bisa di penuhi oleh Sasuke.

Ya, Sasuke tidak menyambut baik Sakura di hidupnya. Cenderung mengabaikan wanita itu yang memujanya sejak lama.

Dan beginilah akhirnya, dia bingung harus berdiri di pihak mana. Melihat Naruto yang tidak perduli dengan ocehan Sai. Dia malah asik meneliti meja kerja dengan telunjuknya. Meyakinkan jika tidak ada setitik debupun yang hinggap di sana. Lalu Sasuke, pria dingin itu hanya duduk di sofa dengan santai sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Pertemanan yang aneh!
Desis Shikamaru dalam hati.

"Sudah pernah ku bilang, kau lebih baik melajang! Aset Negara seperti mu harus di lestarikan. Bisnis lebih menarik ketimbang perempuan." Ucap Shikamaru.

Berusaha berada di tengah-tengah keduanya yang bahkan tidak perduli apa yang Sai dan Shikamaru ributkan.

"Aku menagih janjimu!"Ucap Sasuke tiba-tiba."Ayah ku terus bertanya mengenai kelanjutan proyek di China. Tidak mudah menembus pasar lokal. Berikan keputusan mu segera. Aku Lelah terus beralasan pada Ayah!" Gerutu Sasuke sembari mendesah frustasi.

Naruto dan Sasuke bergelut di bisnis yang sama. Kedua orang tua mereka juga pemilik perusahaan masing-masing yang bergerak di bidang konstruksi. Persaingan ketat dalam bisnis selalu di menangkan Naruto. Namun tidak dengan kisah cinta mereka. Naruto hanya mampu menjadi bayang-bayang Sasuke di hidup wanita yang dia cintai.

Pria bermata biru sedalam jelaga itu sudah duduk di kursi kerjanya. Fokus pada monitor yang ada di depannya.
"Itu proyek besar yang tidak bisa di pikirkan dalam satu malam, Sasuke! Semua tidak mudah. Beri aku waktu lebih lama lagi. Banyak hal yang harus ku pelajari."

"Sayangnya Tuan Fugaku sudah berada di kantor sore ini."Selak Sai sembari memikirkan apa yang akan Bos besarnya itu lakukan."... Dan bisa kau tebak, semua ocehannya adalah tentang invasi pasar China! Itu sangat mengganggu. Cenderung di luar nalar. Dan akan sangat sulit di lakukan! Dia punya obsesi setinggi langit!"

"Anak sulung sudah menyerah! Dan kini dia menyiksa anak bungsunya. Sungguh orang tua yang bijak!" Sarkas Shikamaru.

"Jika ini pertemuan bisnis. Kau seharusnya datang secara resmi!"Protes Naruto dengan wajah datar."Datang kembali dan buat janji temu dengan sekretaris ku. Tentukan waktu dan kita akan bicara sesuai kesepakatan. Jangan menerobos masuk seenaknya, aku punya jadwal padat yang tidak bisa kau sepelekan!"

Sasuke mendecih keberatan. Mendengar ucapan Naruto yang sinis padanya. Sekarang dia benar-benar yakin apa yang Shikamaru katakan. Pria itu sedang patah hati. Karena itu segalanya harus sesuai aturan dan sikapnya meledak-ledak. Dia korban kedua hari ini setelah wanita yang terjatuh dengan mengenaskan di luar sana tadi.

Miss Congeniatily[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang