13. Close

245 48 13
                                    

Hinata tidak bisa berkata apapun ketika Naruto mendekapnya dalam Padding~nya yang hangat.

Tinggi mereka yang jauh berbeda membuat pemandangan itu terlihat seperti sebuah siluet indah dari dalam komik.

Mereka berdiri berhadapan di sisi danau yang mulai bersalju. Dimana pohon pinus menjulang tinggi. Butiran salju jatuh di atas kepala mereka dimana sang Iris Amethys menatap kedalam iris Shapire Naruto lekat. Tubuh tinggi Naruto yang tegap mendekap Hinata yang mungil di dalam jaket hangat~nya.

Tubuh Hinata berhenti bergetar namun kini hatinya berdegup kencang. Dia tidak bisa mencerna semua yang terjadi dengan benar di dalam kepala~nya. Dengan jarak sedekat ini. Dia dapat mendengar helaan nafas berat pria yang berada di depan~nya ini dengan jelas. Terasa hangat menyapu kulit wajah~nya yang mulai membeku karena hawa dingin.

Hinata menggelengkan kepala~nya pelan. Memutus tatapan dimana mata biru Naruto mulai terasa menghanyutkan. Menyadarkan kembali diri~nya jika ini adalah kesalahan. Wanita itu berusaha melepas tangan Naruto yang melingkari lengan~nya di luar Padding pria itu yang tebal.

Namun Naruto menahan lengan~nya. Pria itu menunduk, menatap kembali mata bulan Hinata yang mulai mengembalikan kewarasan~nya dalam sekejap. Mata Hinata mengerjap, kembali menghindari tatapan menenggelamkan mata biru Naruto

"Kau kedinginan!"Ucap pria itu dengan nada sarat akan perintah."Tetaplah diam atau kau akan membeku. Kali ini, menurut lah, Hinata! Jangan terus membantah!"

Sebuah suara berisik dari baling-baling Heli kopter terdengar di balik pepohonan. Membuat kedua~nya mendongak.

°°°

Hinata bergelung dalam selimut tebal yang hangat di lobi hotel yang cukup mewah. Di sebelah~nya, ada Naruto yang sedang bicara bersama seorang wanita paruh baya.

"Kau tidak bilang jika akan datang bersama kekasih mu tadi!" Ucap wanita paruh baya itu sembari tersenyum lebar dan melirik Hinata yang kini sedang menyesap secangkir coklat hangat sembari menarik nafas panjang.

"Kami sedang bekerja! Kami tidak suka mencampur adukan bisnis dengan kehidupan pribadi, bibi!" Sahut Naruto santai. Sembari memainkan I-padnya.

Mebuki Haruno kembali tersenyum lebar. Menatap kembali Hinata dengan mata berbinar seolah dia baru menemukan sebongkah berlian. Dia adalah ibu Sakura yang memiliki sebuah hotel di Osaka.

"Ibu mu akan senang mendengarnya!"Ucap wanita itu lagi."Kalian sangat serasi! Perjalanan bisnis bagi pasangan adalah sesuatu yang menyenangkan. Ah, aku akan upgrade kamar kalian. Kalian harus tidur bersama malam ini."Ucap wanita itu sembari mengambil ponsel~nya.

Hinata menatap Naruto tajam dan refleks meremas lengan pria itu yang berbalut jaket hangat tebal. Dia tidak mengharapkan ini. Tatapan matanya menuntut penjelasan dan sanggahan pada Naruto yang masih sibuk memainkan I-pad dengan wajah datar. Seolah dia tidak mendengar apapun dari Mebuki.

"Ta__tapi Nyonya!" Hinata hendak menolak. Namun tatapan penuh tanya Mebuki membuatnya meringis dan terdiam.

"Panggil aku bibi. Keluarga ku dan Naruto sangat dekat. Kami seperti keluarga." Selak Mebuki. Lalu dia menatap Naruto."... Akan menyenangkan bekerja sambil berkencan! Apa anak muda zaman sekarang tidak tahu apapun mengenai bersenang-senang? Kalian hanya memikirkan bisnis! Benar yang ibumu katakan Naruto. Kalian terlalu sibuk dengan pekerjaan dan melupakan status kalian sebagai pasangan! Lalu, apa ini? Kau memesan dua kamar yang sama."

Miss Congeniatily[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang