Naruto sedang duduk di balik meja kerjanya di Apartemen. Pria itu berpikir sembari mengusap bibirnya pelan. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya tidak habis pikir.
Dia bertemu lagi dengan wanita aneh itu. Wanita yang membuatnya heran karena sikapnya yang kelewat kasar. Lalu, dia datang pada rapat lelang dengan sikap yang berbeda.
Setelahnya, semua terjadi begitu saja hingga mereka terlibat dalam kekacauan yang akhirnya menarik Sasuke dalam permasalahan mereka.
Pria itu hadir begitu saja dan menawar design yang Hinata dan Tim buat untuk projek perusahaan~nya. Dia mulai berpikir jika Sasuke sungguh ingin bersaing dalam segala hal. Hingga pria itu bisa begitu saja membajak calon mitra bisnisnya.
Sebenarnya, wanita itu membuat semua nyaris sempurna jika bukan karena Kontur tanah yang kurang sempurna dengan material yang dia pilih. Hanya perlu menyesuaikan design sedikit lagi dan dia akan memenangkan tender tanpa keraguan.
Tapi, Naruto dengan sikapnya yang terlalu mendominasi tidak menyukai kekeliruan barang sedikitpun. Dengan statement~nya yang kurang sopan di depan mitra bisnis, dia sangat tahu dia telah membuat Hinata dan Tim malu.
Pria itu menghembus nafas lelah sembari menyandarkan kepalanya. Pikirannya di penuhi kemarahan jika dia mengingat perangai Hinata. Dia sangat membenci karakter yang seperti itu. Dia terlalu blak-blakan dan tidak punya aturan. Meski kegigihannya patut di beri apresiasi. Tapi, sikapnya yang meledak-ledak bisa membuat masalah.
Dia benci kesembronoan. Dan wanita itu sangat ceroboh. Sikapnya, cara bicaranya, tatapannya. Semua membuat Naruto mendecak sinis.
Naruto sedang mengeram kesal. Ketika tiba-tiba sebuah pesan masuk pada ponselnya. Pria itu meraih ponsel di depannya. Apa yang dia baca membuat pria itu kontan membulatkan matanya terkejut.
Dia mengangkat punggungnya tiba-tiba. Menekan nomer dan menelepon dengan wajah cemas.
"Aku sedang sibuk! Kau bisa hubungi aku melalui sekretaris ku!" Pekik seorang dari seberang sana tanpa basa basi. Ketika sambungan telepon Naruto mendapat jawaban.
"Bagaimana bisa Ayah bersikap seperti ini pada ku?"Protes pria itu pada Ayahnya. Dia mengerutkan dahinya kecewa."Aku telah mengerahkan semua usaha ku untuk bisnis ini, Ayah!"
"Karena itu, kami sudah memutuskan. Kau harus mulai melupakan pekerjaan. Dan fokus pada kehidupan pribadi mu."Sahut Ayah tidak mau kalah."Aku memberi mu cuti. Bukan melemparmu dari perusahaan. Ayah rasa, sebulan cukup untuk membawakan ibu mu calon menantu. Dia akan senang jika kau membawanya lebih cepat dari itu."
"Kenapa kalian melakukan semua sejauh ini?"Tanya Naruto tidak habis pikir."... Aku, akan menikah. Kalian tidak perlu takut. Tapi, tidak dengan cara seperti ini. Mengeluarkan aku dari perusahaan akan membuat semua kacau. Kita akan merugi sangat besar. Banyak proyek sedang aku tangani. Ayah, tolonglah!" Naruto mulai mengiba. Wajahnya meringis kasihan.
"Yaak!" Pekik Ayah, tidak terima dengan ucapan sang putra. "Aku hanya memberi mu cuti selama sebulan. Bukan menendangmu dari perusahaan."
"Aku sedang mengerjakan banyak proyek! Semua tergantung keputusan ku!"Ulang Naruto.
Sebenarnya, dia sangat frustasi hingga tidak memiliki bantahan lain lagi untuk sang ayah. Dia telah mengutarakan semua alasan. Yang tentu, tidak bisa di terima oleh kedua orang tuanya.
"Heiii, Naruto!" Ayah mengucap tegas."Sebelum kau berada di posisi itu. Ayah mu ini, Namikaze Minato yang membangun semuanya. Di usia mu. Aku berhasil membangun perusahaan dan keluarga. Kau bahkan di usia ini belum serius memikirkan pernikahan. Kau gagal untuk berada setinggi itu. Ayah ingin memberimu penyegaran untuk kesempatan berikutnya."Ucap ayah tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Congeniatily[ON GOING]
FanfictionNaruto punya ide gila untuk menyelesaikan semua masalah yang hadir di hidupnya. Dia membuat cerita untuk menarik Sakura dan menyelesaikan tuntutan kedua orang tuanya. Namun dia lupa, Pasangannya adalah seorang gadis keras kepala yang punya predikat...