7. Contract

290 42 15
                                    

Naruto memijat pelipisnya sembari mendesah lelah. Dia sedang berada di ruang kerjanya di kantor. Pria itu membaca kembali draft kontrak dengan Growth arsitektur yang akan di tandatangani siang ini.

Dia merebahkan kepalanya pada punggung kursi dan memejamkan mata. Sekali lagi, Naruto mendesah lelah ketika dia mengingat apa yang telah terjadi dua hari lalu.

Flashback

"Kalian sudah lama saling mengenal?"Ibu terus melempar pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepala Naruto sakit sejak tadi.

Setelah insiden Kue, tatapan wanita itu berbeda. Penampilan Hinata tidak penting lagi di matanya. Mungkin dia punya insting yang cukup kuat untuk menilai seseorang. Hingga dia bisa menilai Hinata dalam sekejap karena sifat alami wanita itu yang memang tidak bisa dia tutupi.

Hinata melirik Naruto di sebelahnya, berharap pria itu akan memberikan pertolongan pada pertanyaan ibu yang tidak bisa dia jawab.

Dia takut kembali berbuat kesalahan. Dia mungkin saja membuat situasi semakin rumit jika dia salah bicara.

"Kami mitra bisnis."Sahut Naruto, setelah dia melihat raut wajah Hinata yang cukup tertekan."__ Kami belum lama kenal. Masih tahap adaptasi dan saling mengenal, benarkan sayang?" Tanya Naruto sembari memberi isyarat melalui mata~nya agar Hinata setuju.

Hinata mengangguk, berusaha terlihat meyakinkan. Lalu dia mulai tertawa hambar.
"Ya!"Sahut wanita itu yakin."Kadang, perselisihan mungkin terjadi, tapi itu bukan masalah. Kami suka bertengkar. Dan itu juga bukan masalah bagi kita, iya kan?"Sahut Hinata sekena~nya sembari melirik Naruto. Yang di jawab anggukan oleh pria itu.

Hinata kembali memotong satu potongan besar steak dan memasukannya ke mulut dengan lahap.

Sementara ayah dan ibu malah tersenyum lebar. Melihat sikap Hinata yang apa adanya. Dia bahkan bisa makan dengan nyaman di rumah mereka. Itu semua membuat mereka terkesan.

"Siapa yang bilang itu masalah? Itu bukan masalah!" Ayah kembali tersenyum yang mencapai kedua matanya."Dengan begitu, kalian akan saling mengenal lebih baik lagi. Pertengkaran di antara pasangan itu biasa. Tidak mudah menyatukan dua kepala yang berbeda. Iya kan?"

"Ya!"Hinata kembali mengangguk-angguk. Dia bicara dengan mulut penuh. Hingga membuat wajah bulatnya tampak lucu."Tapi kami benar-benar sering bertengkar." Sahut Hinata, kali ini dengan wajah sinis. Namun malah terlihat menggemaskan di mata kedua orang tua Naruto."... Seperti tidak ada kesamaan. Dia terlalu mendominasi. Dan aku benci di atur. Dia juga cukup keras kepala, dan____"Kata-katanya kembali terhenti ketika dia menyadari kedua orang tua Naruto tengah memperhatikannya dengan seksama.

Dia hampir saja menumpahkan semua keluh kesah dan amarahnya di depan kedua orang tua Naruto.

Dan kini, Hinata kembali tersenyum canggung sembari menatap kedua~nya bergantian. Lalu beralih menatap Naruto dan menyenggol lengan pria itu mengharap pertolongan.

Naruto tidak merasa terusik. Dia malah tersenyum lebar pada Hinata. Mengisyaratkan pada wanita itu untuk terus bicara tanpa perduli apapun. Dia malah mengusap sudut bibir Hinata dimana ada saus mushroom tercecer di sana dengan gemas. Pria itu tersenyum manis, namun wajah~nya tampak geram.

"Kau jorok sekali!" Ucap pria itu berusaha bersikap tenang meski dia ingin mengumpat.
Tapi, bukankah memang tujuannya membawa Hinata agar kedua orang tuanya melihat bagaimana berantakannya wanita itu?

"Kau bisa teruskan kalimat mu!? Jangan sungkan." Tanya ibu dengan senyum lebar. Dia juga terlihat tidak terganggu dengan kata-kata kasar dan kelakuan Hinata yang cukup spontan."... Dalam waktu singkat, kau sudah mengenal putra ku sejauh itu. Aku cukup terkesan."Ucap ibu dengan senyum manis.

Miss Congeniatily[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang