18. Confession

228 41 22
                                    

Hinata tidak akan mengalah kali ini. Dia tidak akan menurut pada apa yang Naruto inginkan lagi.

Wanita itu melepas paksa tautan mereka dengan kasar hingga tubuh~nya tersentak ke belakang.

"Kau melakukan~nya lagi!"Pekik Hinata sembari mengusap bibir~nya yang terasa berdenyut. Karena Naruto yang menyesap~nya dengan kuat dan kasar tadi.

Naruto menggelengkan kepala~nya sembari menghembus nafas panjang. Mencoba mengatur nafas dan dia mencoba meraih Hinata.

"Tidak! Maafkan aku! Aku__ tidak bisa mengendalikan~nya."Ucap pria itu yang segera mendapat penolakan kasar dari Hinata.

"Hentikan ini! Kau pikir ada apa dengan semua ini, Naruto? Kau membuat ku takut dengan sikapmu."Hinata menggeleng.

Naruto menghembus nafas dalam. Menatap teduh sorot mata bulan Hinata yang bergetar takut.

Pria itu mengambil nafas panjang. Dia harus mengakhiri kesalahpahaman ini. Sebelum Hinata benar-benar membencinya sampai akhir.

Pria itu memejamkan mata sebelum bicara.
"Aku menyukai mu!"Ucap pria itu akhirnya. Seperti sebuah balon yang akhirnya meledak dan terhempas ke udara. Dia merasa lega atas semua tekanan yang dia rasakan di kepala~nya beberapa hari ini.

Hinata terdiam dari gertakan~nya. Menatap pria itu dengan wajah tidak percaya kemudian mendecih.

"Kau tidak merasakan~nya? Semua yang ku lakukan untuk mu? Awalnya, aku berpikir ini tidak mungkin. Aku harus meyakinkan perasaan ku sendiri pada mu sampai aku berani mengatakan~nya. Aku tidak selalu merasakan hal seperti ini. Hingga aku harus belajar lebih banyak lagi untuk mengendalikan perasaan ku. Maafkan aku, jika___ aku membuat mu takut, Hinata!"

Hinata mengusuk anak rambut di dahi~nya kebelakang dengan sebelah tangan sembari tertawa sumbang. Apa yang dia dengar dari Naruto terasa sangat tidak masuk akal. Dan itu sangat tidak lucu. Jika pria itu ingin mempermainkan~nya. Dia tidak seharus~nya bertindak sejauh ini.

"Hentikan ini!"Desis Wanita itu dengan senyum sarkas di sudut bibir~nya."Ini sangat tidak lucu! Kau bicara seolah ini semua sangat mudah. Kau membuat semua terlihat mungkin ketika kenyataan yang terjadi adalah sebalik~nya."Sudut bibirnya tertarik dengan sebuah decakan tercipta di sana.

Naruto masih terdiam dengan sorot mata biru~nya menatap dalam iris rembulan Hinata yang mulai meredup jengah. Dia terlalu bingung harus melakukan apa. Dia tahu Hinata bukan wanita yang bisa dengan mudah percaya kata-katanya. Mereka selalu terlibat berdebatan sengit yang tidak berujung.

Dia juga bukan pria yang bisa dengan mudah meyakinkan dan menarik hati wanita manapun. Dia dingin dan tidak pandai mengungkapkan perasaan~nya.

Dia bahkan tidak tahu bagaimana perbedaan cinta orang dewasa dan platonis dari segala sisi. Yang dia tahu, rasa takut kehilangan dan kesepian ketika seorang sahabat mengabaikan~nya adalah sebuah perasaan yang aneh yang kemudian dia artikan sebagai cinta.

Padahal, cinta punya banyak bahasa dan definisi yang berbeda yang bahkan tidak bisa di ungkapkan hanya dengan kata-kata sederhana.

Hinata baru akan beranjak pergi ketika tiba-tiba Naruto menahan lengan~nya.
"Dengarkan aku!"

Namun Hinata melepas tangan pria itu dengan sekali hentakan yang membuat Naruto tersentak. Dia telah bertekad. Dia tidak akan mengalah lagi pada Naruto kali ini. Dia tidak ingin terlibat dalam permainan hati yang memuakkan.

Dia tidak ingin berada di antara perasaan bersalah atau terluka nanti~nya. Semua di mulai dengan cara yang aneh. Hubungan mereka bukan hubungan dimana semua berjalan normal. Sejak awal, ini adalah hubungan yang penuh kebohongan dan rasa bersalah.

Miss Congeniatily[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang