Kata-kata Hinata barusan membuat Naruto terdiam. Menatap wanita itu lekat yang kini memasang wajah sinis sembari menyilangkan tangan di depan dada.
"Mari buat semua berakhir secara alami. Katakan pada orang tua mu bahwa hubungan kita tidak berhasil."Sambung Hinata setelah keheningan di antara mereka berdua terasa mulai membuat~nya sesak dan sulit bernafas.
Tidak ada jawaban dari Naruto kecuali dia yang kini menyandarkan punggungnya perlahan pada kursi. Sementara Hinata memejamkan matanya dan menghembus nafas dalam sebelum kembali bicara.
"Sakura! Kekasih mu itu."Sambung Hinata membuat Naruto kembali menatap wanita itu penuh tanya."Sepertinya dia masih menyukaimu. Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang terjadi antara kalian di masa lalu. Tapi terlihat jelas dia keberatan ketika melihat kita bersama. Kau bisa kembali membujuknya untuk bersama sebagai ganti bahwa hubungan kita tidak berhasil. Orang tua kalian akan senang. Kalian akan menjadi keluarga sungguhan."
Ucapan panjang lebar Hinata membuat Naruto mendecih dan dia tertawa hambar. Emosi yang tercipta dari wajahnya sangat sulit di tebak. Hinata tidak tahu apa yang terjadi pada pria itu.
Dia terlihat dingin lalu sesaat kemudian dia tersenyum tipis. Meski dia punya seribu pesona dengan karakter tersebut. Hinata terus berusaha menyangkal pendapatnya sendiri mengenai penampilan pria itu yang berkali-kali lipat lebih tampan saat ini.
"Ya! Dia memang mengatakan beberapa hal yang membuat ku bingung!" Sahut Naruto, dia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum~nya di antara dia dan sakura.
Hinata mengangkat punggungnya dan mencondongkan diri pada pria itu. Meski terselip perasaan keberatan yang aneh di dalam hatinya mendengar apa yang Naruto katakan tadi. Tapi, untuk beberapa alasan dia mulai merasa lega. Artinya hubungan palsu mereka akan segera berakhir.
"Ya! Kembali lah pada~nya. Jika kau begitu mencintainya seharusnya kau berjuang untuk cinta mu. Bukan melarikan diri dan pergi. Terkadang, wanita butuh sesuatu untuk menyadarkan perasaan~nya sendiri."Hinata berusaha memberi dukungan.
Meski itu terdengar seperti setengah hati di telinganya sendiri karena hati~nya yang kini merasa hampa.
Naruto mengangkat sebelah alisnya. Menunjuk Hinata dengan sebelah tangan~nya.
"Lalu, bagaimana dengan mu sendiri? Apa kau juga butuh sesuatu untuk menyadari perasaan mu sendiri?"Hinata terlihat berpikir. Dia kembali menyandarkan punggung~nya dan menyilangkan tangan di depan dada dengan santai.
"Entahlah!"Hinata menghendikkan bahu acuh. "Aku rasa, aku wanita yang cukup rumit. Semua tidak sesederhana itu bagi ku.""Dan sekarang, kita terjerat dalam hubungan yang juga rumit."Sambung Naruto."Bertahanlah sebentar lagi, aku harus meyakinkan sesuatu. Memastikan jika dugaan ku benar. Aku akan memberikan semua yang kau inginkan. Semua kebutuhan mu. Sebagai gantinya, tetaplah di sisi ku untuk saat ini."
Hinata bangkit dari meja makan. Selera makan~nya mendadak hilang. Dia mendudukan dirinya di sofa dan meraih ponsel. Ternyata pembicaraan tadi sia-sia. Akan sulit bicara dengan Naruto. Dia tidak mudah di bantah. Dan itu hanya membuang-buang waktu.
"Aku hanya tidak ingin kita melanggar privasi masing-masing."Sahut wanita itu sembari membaca sebuah pesan masuk di ponsel~nya. Yang seketika membuat wajah~nya sumringah.
Wajah yang sebelumnya tertekuk itu kini bersinar cerah. Membuat Naruto mengernyit penuh tanya.
"Aku harus pergi!" Ucap Hinata sembari beranjak menuju kamar. Membuka lemari dan mengambil jaket hangat~nya."Aku harus bertemu seseorang."
Naruto menghembus nafas dalam sembari memejamkan mata~nya.
"Sedang ada badai! Akan berbahaya berada di luar dengan cuaca seperti ini. Kau bisa terserang Hipotermia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Congeniatily[ON GOING]
FanfictionNaruto punya ide gila untuk menyelesaikan semua masalah yang hadir di hidupnya. Dia membuat cerita untuk menarik Sakura dan menyelesaikan tuntutan kedua orang tuanya. Namun dia lupa, Pasangannya adalah seorang gadis keras kepala yang punya predikat...