11. Confuse

311 48 9
                                    

Mobil Naruto memasuki pekarangan rumah kedua orang tua~nya yang besar.

Kushina menyambut kedatangan kedua~nya dengan senyum lebar di depan pintu utama. Sebenarnya, kedatangan Naruto cukup mendadak. Dia memang mengundang Hinata untuk datang lagi.

Namun, dia tidak menyangka bahwa Naruto akan membawa Hinata sore ini. Meski hadiah yang ingin dia berikan pada Hinata adalah hadiah yang telah dia siapkan sejak lama. Dia tetap merasa kedatangan kedua~nya terlalu mendadak.

Jauh sebelum Naruto menentukan calon istri~nya. Sang ibu sudah mempersiapkan segalanya. Termaksud hadiah yang akan dia berikan pada calon menantu~nya nanti.

Namun, apapun alasannya. Kushina tetap merasa senang. Itu menandakan hubungan kedua~nya berjalan dengan baik.

"Selamat datang sayang!" Ibu memeluk Hinata dan mencium kedua belah pipi wanita itu dengan hangat.

Hinata tersenyum kikuk. Ini adalah pertemuan kedua mereka. Dia tidak menyangka ibu Naruto akan bersikap begitu santai bahkan kelewat hangat.

Wanita itu merangkul punggung~nya. Meninggalkan Naruto yang berjalan di belakang sembari menelepon seseorang.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya ibu dengan lembut."Maaf jika membuat kalian repot beberapa hari ini. Aku sangat khawatir kesibukan membuat hubungan kalian berjalan tidak baik." Ucap ibu masih dengan senyum lebar di wajah~nya.

Hinata ikut tersenyum lembut sembari menggeleng.
"Kami baik-baik saja!"Sahut~nya berusaha meyakinkan. "Anda tidak perlu khawatir. Pekerjaan memang merepotkan, tapi semua berjalan dengan lancar."

"Panggil aku ibu!" Sanggah Kushina."Kenapa kau begitu sungkan pada ku? Bersikaplah santai. Kita akan menjadi keluarga."

Ibu terus membawa Hinata pada ruang keluarga. Sementara Naruto memisahkan diri. Pria itu menuju ruang kerja di rumah kedua orang tua~nya.

Hinata mengedarkan pandangan~nya pada ruang keluarga yang terasa hangat. Ruangan ini cukup besar. Dengan Sofa minimalis namun mewah berwarna putih gading. Ada perapian di dekat sofa yang menciptakan suasana hangat.

"Aku tidak punya persiapan atas kedatangan kalian. Hanya makan malam sederhana yang sedang anak-anak persiapkan. Kau bisa bergabung bersama kami setelah ini." Ibu ikut duduk di sebelah Hinata yang mengerutkan dahi~nya mendengar apa yang ibu katakan.
Bukankah Naruto berkata ibu ingin bertemu? Lalu? Kenapa dia terlihat cukup terkejut dengan kedatangan~nya sore ini?

Kemudian ibu bangkit ketika dia mengingat sesuatu.
"Ah, aku lupa. Aku akan mengambil hadiah~nya."Ibu bangkit dengan antusias. Seolah bisa membaca pikiran Hinata.

Hinata menatap langkah ibu yang menjauh. Wanita paruh baya itu penuh semangat. Dia terlihat punya banyak energi. Selalu tersenyum lebar dan wajah~nya selalu cerah.

Hati Hinata menghangat melihat~nya. Seperti diri~nya yang juga selalu bersemangat menjalani semua~nya meski kadang terasa sulit.

Hinata menggelengkan kepala~nya ketika dia sadar dengan isi pikiran~nya saat ini. Tidak seharusnya dia terjerat dengan permainan Naruto. Mereka hanya berpura-pura. Dia tidak seharusnya terlena dengan kebaikan orang tua Naruto.

Dia harus mengesampingkan semua asumsi liar dari pikiran~nya.

Hinata masih sibuk dengan isi kepala~nya ketika dia melihat Naruto berjalan dengan tergesa menuju pintu utama rumah ini. Melewati ruang keluarga dengan pintu yang cukup besar di depan~nya.

Wanita itu mengerutkan dahi~nya. Kemudian bangkit dan mengejar Naruto yang terlihat serius.

Hinata meraih lengan Naruto yang berjalan dengan cepat ketika dia berhasil menjagkau langkah pria itu yang lebar. Membuat Naruto menoleh dengan terkejut.

Miss Congeniatily[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang