Mabuk (22)

86 19 17
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

Usai perdebatannya dengan Minji, Seungri membasuh mukanya di toilet demi meredakan emosi yang membuncah tadi. Dia bercermin di sana menatap bayangan wajahnya sendiri yang basah. Masih teringat jelas bagaimana gadis itu berkata akan dirinya.

Seungri tak mempermasalahkan dirinya yang masuk Jiri University dengan beasiswa, karena itu hal wajar bagi siapa saja yang memiliki prestasi. Yang membuat Seungri tak terima dan kesal adalah caranya Minji yang manja itu membuang makanan seenaknya.

Seungri pernah merasakan akan kekurangan makanan. Jadi, dia memilih untuk menghargainya. Sulitnya mencari uang hanya untuk membuat perut kenyang.

"Hahh, dasar gadis manja! Baru jadi tunangan saja segitu sombongnya," gerutu Seungri sendirian di toilet.

"Benar kau kesal karena sandwichnya? Bukan karena dia tunangan Jiyong?"

"Astaga! Kau mengagetkan aku, Glo!" umpat Seungri buru-buru berbalik badan menghadap Glory.

"Lagian siapa suruh kau melamun di sana!"

Seungri mendengus, "Aku bukan melamun, hanya ..."

"Bengong?" sergah Glory.

"Ishhh kau buat aku semakin kesal!"

Seungri mempercepat langkahnya keluar toilet. Glory segera mengejar Seungri.

"Seungri-ah, kau mau ke mana?"

"Toko buku!" jawab Seungri.

"Apa kau kesal setelah tahu pangeranmu itu sudah bertunangan?"

Langkah Seungri terhenti. Bisa dikatakan hatinya sedikit retak saat ini. Mendapati orang yang disukainya sudah akan jadi milik orang.

"Untuk apa?" Seungri menatap Glory dengan memberinya pertanyaan seperti itu.

"Kenapa kau tanya padaku? Kau sendiri bagaimana?"

Seungri lanjut jalan lagi dengan Glory berjalan di sampingnya. Tas ransel tersampir di bahu kanannya.

"Biarkan saja gadis manja itu mau berkata apa. Aku tidak peduli. Kau tidak lihat reaksi Jiyong saat ada gadis itu? Dingin dan tak peduli," ujar Seungri ada benarnya.

"Tapi, bukankah memang sifat Jiyong seperti itu?" balas Glory.

"Iya sih, tapi berbeda jika Jiyong bersama denganku," ucapnya dengan percaya diri.

"Wah, sangat Seungri sekali ckckckck," Glory berdecak lalu geleng kepala.

"Tentu saja!"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang setelah tahu dia bertunangan?" tanya Glory lagi.

"Tidak ada. Memangnya aku harus bagaimana?" Seungri bertanya balik.

Glory segera berjalan di depan Seungri sembari menatap wajahnya, jadi sekarang dia sedang berjalan mundur.

"Seharusnya 'kan kau bersedih atau berpikir untuk melupakan Jiyong," jelas Glory.

"Ah, pria setampan Jiyong rugi jika aku lupakan dan jauhi."

Glory agak kaget dengan pikiran temannya.

"Wah, segitunya kau menaruh hati padanya? Belum tentu juga Jiyong menyukaimu."

The Unpredictable Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang