Saling Ancam (19)

87 20 18
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


Jiyong melajukan mobilnya lagi ke arah mall yang dimaksud Minji setelah mengantar Seungri. Pria itu sebenarnya enggan jika harus menjemput tunangannya. Namun, dia juga tidak mau jika ponselnya terus-terusan di spam oleh gadis itu.

Choi Minji merupakan anak tunggal keluarga Choi yang sedang menempuh kuliahnya di kampus yang sama dengan Jiyong saat di Paris dan masih menjadi mahasiswi di sana. Hanya karena dirinya akan bertunangan, maka Minji kuliah dengan jalur online.

Gadis manja itu sudah menyukai Jiyong saat masih di Paris. Dia juga terang-terangan minta dilamarkan Jiyong untuknya. Sang ayah pun menyetujuinya, secara Jiyong juga bukan dari keluarga biasa saja. Jadi, pikir ayahnya maka pernikahan ini bisa terjadi dan akan memperkuat kerajaan bisnis kedua belah pihak.

Sayang, Jiyong hanya menganggap gadis itu layaknya adik. Tak pernah lebih.

Setibanya di mall, Jiyong mencari-cari di mana Minji berada. Mereka janjian bertemu di sebuah toko perhiasan dan Jiyong menemukan gadis itu sedang lihat-lihat, bahkan mencob cincin yang menurutnya bagus.

"Sudah?"

"Eoh, Oppa? Kau sudah datang?"

Jiyong hanya diam saja. Semula harinya serasa menyenangkan. Tetapi, bagai cuaca buruk yang kapan saja siap datang. Beginilah yang dirasakan Jiyong sekarang. Bagai kena badai, harinya kelam lagi.

"Oppa, yang mana yang bagus?"

"Ayo, pulang!" ketus Jiyong dan siap meninggalkan toko perhiasan.

Minji mencekal tangan Jiyong. "Tunggu sebentar, Oppa. Aku ingin beli cincin ini."

"Terserah!"

Jiyong dengan malas menunggu gadis itu memilih cincin yang dia inginkan. Kebosanan hampir saja membunuh Jiyong, jadi dia memilih untuk iseng melihat etalase berisi cincin. Pandangan Jiyong tertuju pada sebuah cincin Bvlgari dengan list biru di sekeliling cincin tersebut.

Tidak perlu melihat berapa harganya. Jiyong hanya pikir jika cincin itu sepertinya akan pantas kalau Seungri yang memakainya. Jiyong melihat Minji yang masih fokus pada pilihannya.

"Aku mau yang ini!"

"Ukuran jarinya?"

Jiyong diam. Dia sendiri tidak tahu berapa lingkar jari calon kekasih ... eh, katakanlah begitu. Apa perlu Jiyong jadikan Seungri sebagai simpanan nantinya? Ah, perlu ditanyakan pada sang kakak setelah pulang nanti, pikir Jiyong.

"Tidak tahu."

"Kalau tidak tahu nanti takut di jarinya tidak muat," kata pramuniaganya.

Si pemuda gunung es ini melihat sekitar mencari sekiranya siapa yang memiliki ukuran jari mirip Seungri. Sejauh mata memandang dia hanya melihat satu pramuniaga pria yang perawakannya mirip Seungri. Jiyong langsung menunjuknya.

"Seperti dia," ucap Jiyong.

Pramuniaga wanita itu menoleh ke arah yang ditunjuk Jiyong.

"Maksud Tuan jarinya seperti teman saya itu?"

"Mn," gumam Jiyong.

"Sebentar Tuan," pamitnya, kemudian menghampiri pramuniaga pria itu dan meminta ukuran jarinya.

The Unpredictable Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang