Luka Lecet (63)

63 15 18
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.

.

.

.

.


Sore hari Jiyong bergegas berangkat ke apartemen Seungri untuk melihat kondisi kekasihnya. Sebelumnya dia juga harus membeli piza pesanan Seungri. Dengan senandung ringan Jiyong mengendarai mobilnya. Berhenti di depan toko piza untuk mengambil pesanan.

Dengan wajah senang dan puas, Jiyong menjinjing dus piza yang dipesannya melalui aplikasi. Dia hampir menaruh pizanya di dalam mobil jika seandainya seseorang tidak memanggilnya.

"Oppa!" seru Minji.

Jiyong menoleh dan Minji ada di depan mobilnya. Dia sempat tidak melihat wanita itu karena terlalu terfokus pada piza. Jiyong abaikan saja Minji.

"Oppa, tunggu!" Minji mencegah Jiyong untuk masuk mobil.

"Apa lagi?" Jiyong jengah.

"Oppa, kembali padaku. Aku tidak masalah jika harus jadi istri keduamu," ujar Minji.

"Tapi aku yang bermasalah. Jadi, jangan sembarangan!" ujar Jiyong.

"Jiyong Oppa, aku akan bunuh diri jika kau menolakku," ancam Minji.

Jiyong acuhkan lagi. Dia tak mau ambil pusing ancaman Minji. Namun, wanita itu rupanya tak main-main. Dia mundur dari trotoar tempatnya berdiri. Semakin mundur ke arah jalan yang dilalui kendaraan. Jiyong melihat satu mobil melaju cukup kencang. Pria itu reflek menarik Minji agar tidak tertabrak.

Akibat dari kejadian itu, Jiyong jatuh dengan siku dan lengan yang menyentuh aspal. Jelas akan menimbulkan luka parut karenanya. Sementara Minji jatuh di atas badan Jiyong.

"Berdiri!" geram Jiyong. Tapi, Minji tetap diam tak mau berdiri sesuai perintah Jiyong.

"Aku bilang berdiri!"

Jiyong yang geram akhirnya menyingkirkan badan wanita itu. Dia berdiri dan merapikan pakaiannya yang berantakan dan kotor. Matanya melihat pada kotak piza yang sudah penyok. Minji yang sudah bangun sendiri segera mendekat pada Jiyong.

"Oppa ..."

Jiyong melirik Minji dengan tatapan mematikan. Kegeramannya semakin bertambah saat tahu piza yang dibelinya rusak.

"Diam dan jangan berkata apapun. Aku muak melihatmu! Kau bagai lintah yang perlu disingkirkan!"

Dengan segala rasa kesalnya Jiyong masuk ke dalam toko piza lagi dan memesan dengan menu yang sama. Dia harus menunggu satu jam lagi untuk dapatkan pesanan.

Minji yang mendapat hinaan dari Jiyong akhirnya pergi dengan berurai air mata. Dia sakit hati karena dikatakan seperti lintah.

Saat pesanan telah jadi, Jiyong melihat ke segala arah karena ingin pastikan wanita itu sudah tidak ada lagi. Kali ini dia benar masuk ke dalam mobil dengan aman. Saat di dalam mobil Jiyong baru merasakan perih di siku dan lengannya. Ternyata terdapat luka dan sialnya sore ini dia lupa membawa mantelnya. Jiyong hanya pakai sweater sebagai mantelnya.

....

"Xie Shushu, paman kok belum datang ya? Ini sudah sore lho," ujar Min Jun seraya melihat jam dinding yang menunjukan pukul 5 sore.

The Unpredictable Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang