Segelintir Kisah (42)

57 17 19
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.


"Apa kau sudah gila melakukan hal nekat semacam itu?" maki Hae Jin pada temannya, Choi Minji.

"Aku tidak ada pilihan. Kau terlalu lama menarik perhatian Seungri, sementara Jiyong sudah memutuskan pertunangan," Minji membela dirinya sendiri.

Hae Jin yang sempat menatap pemandangan kota dari jendela apartemennya agar tidak terlalu emosi kini berbalik menatap Minji dengan geram.

"Tindakanmu itu bahkan mampu membuat orang lain mati. Kau ingin membuat Seungri mati dari tabrakan, tapi hasilnya kau salah. Sekarang Jiyong kritis di rumah sakit. Kau bisa kena tuduhan percobaan pembunuhan!" geram Hae Jin.

Minji melotot ke arah Hae Jin karena tak terima dengan tuduhan pria itu. "Hei, bukan aku yang menabraknya!"

"Memang bukan kau, tapi dalang semua itu pasti kau!" tuduh Hae Jin tak kalah geram.

Minji tak berani membalas perkataan terakhir Hae Jin. Bola matanya kini bergerak gelisah.

"Aku tak peduli soal pernikahanmu dengan anak konglomerat itu. Yang aku pedulikan adalah Seungri. Bahkan jika dia tidak memilihku sekalipun, aku akan tetap jadi temannya!" ungkap Hae Jin masih dalam keadaan berang.

Dia akui memang hatinya telah tertambat oleh Seungri meski dia sudah tahu jawabannya. Seungri akan tetap memilih Jiyong. Setidaknya Hae Jin bisa dekat sebagai teman.

.....

Seungri duduk termenung di dekat jendela di kamarnya. Memandangi salju yang turun pagi itu. Tangannya terjulur dari jendela kamarnya yang sengaja dia buka untuk merasakan dinginnya salju. Seungri suka dengan salju. Putih tanpa noda, namun dingin.

Mengingat soal dingin, salju itu bagaikan Jiyong yang berwajah dingin, tapi Seungri menyukainya. Iya, dia sangat suka. Salju yang jatuh di tangannya mencair dan tak bisa digenggam lagi. Sama seperti Jiyong yang tak lagi bisa dia genggam.

Seungri menangis dalam senyumnya. Senyum getir dan pahit.

"Apa Papa akan sanggup tanpa daddymu kelak?"

Daesung masuk ke kamar Seungri dengan membawakan makanan. Sejak bangun seungri belum juga sarapan atau keluar kamar. Daesung khawatir dengan keadaan adiknya.

Dia meletakan nampan di atas meja kecil. Melihat Seungri yang melamun dan tidak menyadari kehadirannya di kamar. Hatinya pilu melihat wajah adiknya tidak lagi ceria seperti biasanya. Perlahan Daesung memeluk Seungri yang pasrah.

"Seungri-ah, makan yuk!"

Seungri hanya diam, namun kemudian tangisnya malah pecah lagi semakin parah. Dengan memeluk pinggang Daesung dan membenamkan wajahnya di perut sang kakak, Seungri menumpahkan segalanya.

"Hyung, sakit. Sangat sakit. Tolong aku!"

Daesung semula masih kuat, tapi akhirnya runtuh pertahanannya. Dia menangis dalam diam.

"Menangislah sepuasmu. Aku ada di sini," ucap Daesung.

"Aku mengecewakan kalian. Aku telah membawa aib bagi kalian. Tapi, aku sungguh mencintainya. Kukira aku akan bisa menggapainya, tapi ternyata mimpiku terlalu tinggi. Kukira kami akan bahagia setelah ini, nyatanya aku salah. Aku yang membawa bencana baginya."

The Unpredictable Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang