Prolog

2.9K 151 7
                                    

Di sudut ruangan yang terang, seorang perempuan berdiri di depan cermin, menatap sosoknya dengan tatapan datar. Tangannya terus bergerak, menyisir rambut lurusnya yang mengalir hingga ujung yang menyentuh pinggang.

Tubuh semampainya dibalut oleh dress hitam berlengan pendek, ujungnya mengalir indah hingga betis, menciptakan kontras yang memikat dengan warna kulitnya yang putih. Cahaya berkilauan memantul dari lehernya yang dihiasi kalung.

Sebagian sisi rambutnya yang kanan ia gerai di depan, sedangkan sebagian lagi ia gerai di belakang, menciptakan tatanan rambut yang elegan. Sebagai sentuhan terakhir ia mengoles lipcream berwarna peach di bibir tipisnya yang berbentuk hati. Perlahan sebuah senyuman penuh ketulusan menghiasi wajahnya, meruntuhkan tatapan dingin yang sejak tadi ia pertahankan.

"I appreciate my beauty, I deserve the best in my life, I won't be influenced by others opinions, and I'll continue to strive to achieve my dreams and life goals" bisiknya penuh ketegasan

Rambut panjangnya yang mengkilau indah bergerak lembut seiring dengan gerakan tubuhnya yang anggun. Dengan tatapan tajam dan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya, dia mendekati seorang pria yang tengah duduk seorang diri.

Walau seharian ini pria itu sudah berkunjung di dua kota, tidak menghilangkan karismanya yang maskulin. Apalagi saat alisnya menekuk tajam dengan arah tatapannya pada note yang sedang ia tulis.

"Nunggu berapa lama, mas?" Dengan lembut, wanita itu menarik kursi, mendudukan diri, lalu meletakan clutch putihnya di pangkuan

Hazel pria itu terpaku pada perempuan yang baru saja tiba  "Masih ada 5 menit dari jam yang kita sepakati"

"I guess I missed the dress code memo" pria itu menatap lurus kearah perempuan yang tak melunturkan senyum tipisnya, mentapnya penuh percaya diri

"No one said you were messy, Mas Arfan" hanya kemeja yang dibalut jaket berwarna cokelat, dengan kedua ujung bagian lengannya ditarik ke atas

Arfan terkekeh sebelum menekan tombol off pada ipad dan merapihkannya agar tidak menghalangi ia saat sedang makan.

seharusnya Elmira memilih tempat di dalam ruangan alih-alih luar ruangan yang menampilkan kumpulan gedung pencakar langit serta kedipan lampu kendaraan yang terlihat kecil di matanya, angin yang menerpa tubuhnya membuat Elmira sedikit mengigil.

Dihadapannya Arfan berdiri dan melepas jaketnya, ia melangkah ke arah Elmira "Pakai ini" tanpa meminta persetujuan, jaket itu sudah tersampir di bahunya, aroma patchouli woody yang diselimuti musk menguar seakan sedang memeluknya.

Elmira mendongak, menatap tatapan tajam seorang Arfan yang tengah fokus membenahi jaket untuknya "Mas Arfan" panggilnya dengan lembut hingga membuat pria itu membalas tatapannya

Dalam hati Elmira menghitung satu sampai tiga, meyakinkan dirinya kemudian menghela nafas panjang.

"Will you be my husband?"

o0o

B E  M Y  H U S B A N D



Be My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang