Mereka menunggu dengan kerutan di dahinya masing-masing. “Maksud lo apaan, Yas?” tanya Karel tak mengerti.
Yaskara berpikir sejak memutar otaknya. “Soalnya gini, kalian lihat aja cctv, Vee pulang dari rumah sakit, dia masuk rumah senyumnya lebar banget tapi waktu dia keluar jadi datar kayak kesal gitu mukanya sambil cari sesuatu di luar rumah.”
“Kesimpulannya, Vee marah karena dia nggak kita kasih tau pergi ke mana gitu?” ujar Areksa mendapatkan anggukan Kara.
“Tuh, udah jelas cctv nunjukin waktu dia pulang ke rumah kemarin, lama banget dia tatap mobil yang kita pakai sebelum masuk ke dalam ketemu kita yang udah pulang,” jelas Kara kembali membuat mereka semua menjadi mengangguk membenarkan.
“Terus gimana dong? Vee udah terlanjur ngambek nggak mau ngomong sama kita,” bingung Karel dibuat benar-benar sabar menghadapi seorang gadis.
“Gara-gara Daddy sih, pergi nggak bilang-bilang sama Vee.” kelakar Yaskara langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang pemilik nama.
Titanio menatap anak-anaknya malas. “Kok malah kalian yang nyalahin Daddy? Dari awal yang ngerencanain buat nggak kasih tau Vee siapa kalo bukan kalian sendiri yang minta!” kesalnya tak terima disalahkan begitu saja.
“Pakai segala alasan biar Vee nggak kenapa-kenapa lah, ikut campur, nekat, bla-bla-bla-bla!” cibir Nio membuat mereka menjadi sadar diri.
“Ya mau gimana lagi, Dad? Nggak lihat itu anak udah bucin banget sama Dava, kalo kita paksa dia buat pertemuan keduanya biar dekat juga Vee bakalan nolak mentah-mentah karena jelas dia cintanya sama Dava Sanjaya itu!” cecar Areksa disetujui yang lainnya.
“Asya nggak setuju kalo Daddy sama sahabat Daddy itu berencana buat dekatin Vee dengan anaknya Om itu.” Ujar Argasya menolaknya.
“Yups! Betul sekali, lagi pula Daddy tau sendiri kalo Vee udah kenal lama sama Dava dari kecil, mana mau mereka dipisahin!” tambah Karel berucap.
Titanio merenung sejenak untuk memutuskan hal penting untuk kebaikan putrinya. Mereka menatap serius wajah Daddy-nya mencoba membaca pikiran pria itu.
Yaskara menghembuskan napasnya panjang. “Udah lah, Dad. Kita putuskan aja buat kasih pilihan ke Vee aja. Biar dia nentuin masa depannya sendiri tanpa campur tangan kita.” Ucap bijak Kara mengungkapkan pikirannya.
Karel bergerak maju lebih dekat dengan Titanio. “Jadi penasaran, kenapa Om aneh itu bisa jadi sahabat Daddy? Kayak, hah? Orang sepower full energinya ini bisa jadi sahabatnya seorang tembok berjalan, kok bisa mungkin gitu, bukannya mustahil?” celoteh Karel mulai muncul rasa ingin tahu yang besar.
“Daddy juga nggak tau kenapa bisa sahabatan sama dia, kena pelet kali?” sahut Titanio diiringi tawa kecil darinya setelah menambahkan candaan sedikit membuat mereka menjadi tak terbiasa dengan sikap Nio yang terlalu santai saat ini, tidak seperti biasanya yang selalu memasang wajah tanpa ekspresi.
🥀
Di dalam apartemen, lelaki berhidung mancung itu menyeka keringat yang telah membasahi pelipisnya. Dia telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membuat seseorang menjadi bahagia melihat hasil dekorasi miliknya.
Matanya berkeliling memperhatikan seiri ruangan dengan rasa puas setelah menyelesaikan pekerjaan beratnya.
“Al nyariin gue nggak ya? Mana gue belum ngasih kabar setelah pisah di warung kemarin lagi,” monolognya memikirkan gadis itu.
Drrtt...
Kepalanya tertoleh kesamping saat mendengar getaran dari suara handphone yang ia letakkan diatas meja. Dava mendekat lalu melihat sebuah nomor menghubungi nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALENZA
أدب المراهقينDalam kehidupan yang penuh dengan luka dan kesakitan, Alenza, seorang gadis malang, berjuang untuk menemukan arti hidupnya. Dengan keluarga yang tidak pernah mencintainya, Alenza merasa seperti ombak yang terus-menerus menghantam pantai, tanpa perna...