0.1 : FIRST DATE

507 54 16
                                    

Happy Reading 🖤

Jangan lupa tekan tombol ⭐

_______________________________________________________

Hujan deras malam ini mengguyur kota Jakarta, membuat jalanan menjadi basah dan licin.

Sebuah motor dari lawan arah melaju dengan cepat hingga kemudian pengendara jatuh karena terpeleset pasir yang ada dijalan mungkin karena direm mendadak.

Mendengar suara motor jatuh gadis itu mempercepat langkahnya, seraya menenteng kantong plastik berisi beberapa kebutuhan bahan pokok makanan.

"Kak bangun!" Ayrin berjongkok panik memanggil seorang yang tengah pingsan tak sadarkan diri dijalan tersebut.

Karena melihat orang yang tak kunjung menyaut perkataan nya , dengan tergesa-gesa Ayrin segera menelpon ambulance, selang beberapa menit ambulance datang dan membawa orang tersebut ke rumah sakit agar bisa cepat ditangani.

Dengan terpaksa Ayrin ikut , walau sebenarnya ia tidak ingin akan tetapi petugas memaksa karena pasien tidak ada yang menunggu dan Ayrin lah yang menolongnya.

•>•>•>

Ruang dengan serba putih dan aroma obat yang khas tercium di indera Alza.

Perlahan Ia membuka mata, reflek ia menyipitkan matanya, karena cahaya lampu yang langsung menyambut indera penglihatannya.

Rasa pusing dan sakit pada sekujur tubuh, itulah yang sosok Alza rasakan setelah sadar.

"Lo siapa?" tanyanya to the point pada gadis yang kini duduk tak jauh darinya.

"Em Gue yang liat Lo kecelakaan Kak, terus Gue telfon ambulance dan di suruh ikut kesini. "

"Oh thanks ya!"

Ayrin hanya mengangguk, "Kak Gue pamit pulang dulu , semoga cepet sembuh ya!" ucapnya seraya tersenyum manis, ralat sangat manis itulah yang Alza ucapkan dalam hati.

"Makasih ya Lo udah nolong Gue, btw hati-hati pulangnya udah malem."

"Iya Kak."

•>•>•>

Selang beberapa menit setelah Ayrin pulang , kedua Orang Tua dan Adik Alza, datang ke Rumah Sakit dengan panik.

"Astaga sayang kenapa sampai begini sih? kamu balapan lagi kan?" ucap Karina Bunda Alza dengan panik yang mendominasi hatinya saat ini ketika melihat putranya.

"Engga Bunda, Alza ga balapan cuma kepleset pasir aja jadi begini deh." jawab Alza.

"Masih ada yang sakit?" tanya Hengki yang tak lain adalah Papa Alza.

"Ga ada Pa, aman kok Aku kan jantan." jawabnya seraya menunjukkan otot lengan kanannya.

"Eleh jantan jantan, jewer Bunda juga teriak teriak!" sahut Zilva dengan nada sinis.

"Sirik aja lo bocah ingusan!" protesnya tak mau kalah.

"Sudah-sudah ngga di rumah , ngga di rumah sakit , ngga di manapun ribut terus , mau Bunda lempar kalian ha?" ancam sang Bunda melerai keributan kecil antara Kakak Beradik tersebut.

Papa Alza hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.

Tak lama kemudian ke empat temannya datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alza, kebetulan orang tua dan adik Alza sedang membeli makan malam.

"Buset bos lo kan adiknya rossi kenapa bisa jatuh gini?" tanya Beni heran begitu masuk ke ruangan VVIP itu.

"Namanya juga apes , gimana sih lo Ben?" jawab Devan.

ALZARDA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang