Hukum 7 Arshaka

292 30 0
                                    

Apakah kalian tau kalau 98% orang memiliki skor IQ dibawah 130 dan 2% lebihnya adalah orang-orang yang biasa kita sebut 'jenius'?

Salah satu orang jenius yang Sela tau memiliki nama yang persis seperti main lead novel adalah Ainan Caleste, dengan skor IQ mencapai 263. Kalau mau lebih akrab dengan sosok figur yang memiliki IQ jenius, di Indonesia kita punya Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie dengan skor mencapai 200 point, melebihi Albert Einstein yang hanya menyentuh 160 poin.

Oke, mungkin terdengar agak random. Tapi yang mau Sela katakan adalah, meskipun skor IQ sela hanya 88 yang berarti dia gak pinter-pinter amat, tapi Sela sadar ada beberapa aturan atau semacam "norma" tidak tertulis dalam menjalin sebuah pertemanan.

Ada beberapa poin pada bagian asmara yang dia sepakati dengan Nisa, yaitu: satu, untuk tidak dekat dengan pacar teman. Dua, tidak mem-follow media sosial pacar teman apapun alasannya. Ketiga, tidak pacaran dengan mantan teman. Ke empat, harus mengkomunikasikan siapapun cowok yang mendekati keduanya dan berbesar hati tanpa perlu merusak pertemanan mereka jika seandainya, si cowok ini memilih satu di antara mereka berdua.

Karena hei, kadang cowok tuh agak bangsat dikit. Deketin sahabat baiknya si cewek buat nanyain info sang gebetan, ujung-ujungnya yang baper jadi dua orang.

Hukum yang ketiga ini awalnya Sela pikir bukan sesuatu yang perlu mereka bahas. Karena mau bagaimana pun, Sela tidak berniat mendekati cowok-cowok yang pernah menjalin hubungan dengan sahabatnya itu. Lagi pula, buat apa?

Tapi ternyata, kasusnya malah terjadi sekarang.

Tapi respon Shaka amat sangat santai. Sambil selonjoran kaki dengan kedua tangan di letak kan pada kursi, dia bilang, "Coba tanya aja sama Nisa. Kalau dia keberatan, lo boleh jauhin gue. Tapi kalau seandainya Nisa bilang gak ada masalah." Shaka menatap Sela lurus-lurus, tatapannya tegas dan serius. "Lo gak ada alasan lagi buat kabur-kaburan dari gue, apapun kondisinya."

Gak tau deh.

Sela pusing.

***

Rosela:
nisaaaaa
mau cerita!

Nisa:
Bentar, njir, gue di vc cowok gue
Janji, ntar selesai vc, gue ladenin chat lo

Rosela:
wkwkwk, sialan lu
y

Pandangan Sela terkunci beberapa saat pada layar ponselnya. Roomchat itu membuatnya menyadari sesuatu.

"Dih? Kenapa gue jadi ngikutin gaya typing Shaka gini? Sejak kapan?" gumam Sela. Tanpa sadar typing-nya menjadi lebih ganteng dari pada typing Shaka. Sela menghela napas panjang. Melempar ponselnya ke atas meja sebelum mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Langit malam tampak dingin di selimuti awan-awan mendung. Sedangkan Sela disini, duduk di mejanya sembari memikirkan apa yang akan dia tulis di laptopnya malam ini.

Kira-kira Shaka lagi apa, ya?

Mereka memang sering chattingan--sebelum insiden Whatsapp Shaka di blokir. Ya sebagai orang yang amat sangat menerima orang baru, Sela gak segan meladeni chat Shaka. Niatnya juga cuma nambah kenalan, makanya Sela gak canggung dan menganggap Shaka sebagai teman.

Tau-tau, malah berakhir jadi seserius ini.

Kata law of attraction alias hukum tarik menarik sih, ketika kamu gak terlalu memfokuskan sesuatu yang benar-benar kamu inginkan, maka sesuatu itu akan datang dengan sendirinya.

Mungkin ini kali, ya, hasil manifestasi Sela selama ini? Setelah lelah di pecundangi pria-pria tak jelas asal usul rimbanya. Sela selalu bilang kalau dia maunya yang ganteng, yang gak ribet, yang bisa komunikasi lancar dan gak terlalu menuntut. Pemikirannya dewasa dan punya penghasilan jelas dan pekerja keras, plus bukan cowok yang dikit-dikit insecure dan udah selesai sama dirinya sendiri. Syukur-syukur kalau Sela dikasih bonus cowok yang berumur lebih tua darinya.

Law Of ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang