Hukum 10 Arshaka

348 30 3
                                    

Ternyata Shaka berencana mengajak Sela ke puncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata Shaka berencana mengajak Sela ke puncak. Ada satu spot terkenal di pinggiran kota yang terkenal sebagai tempat terbaik untuk menikmati city light dan pemandangan malam. Mirip-mirip naik gunung tapi ini nggak kok, cukup mengendarai mobil selama dua jam dan akhirnya pun mereka sampai ke perbukitan yang di tuju.

Karena mereka datang di hari Rabu alias bukan weekend, hanya ada beberapa pengunjung di sana. Membuat suasana sekitar gak terlalu ramai  dan beberapa tempat malah kerasa kayak private place.

Shaka memarkirkan mobilnya dengan cepat. Saat Sela membuka pintu dan turun, udara dingin malam segera menyergap tubuhnya. Samar-samar bisa dia rasakan titik embun menyentuh kulitnya. Kalau tau dia akan datang ke tempat seperti ini, kayaknya Sela bakalan lebih suka memakai sweater tadi dari pada kemeja lengan pendek.

Lalu secara ajaib, Shaka datang membawa hoodie yang mirip dengan yang dia pakai. Bedanya, ada tulisan LA pada bagian kiri hoodie.

"Jaga-jaga tadi kalau seandainya lo kedinginan."

"Untungnya juga lo ada inisiatif, kalau gak gue bakalan mati kedinginan dan bisa kena hipotermia," Sela mengucapkan terima kasih saat menerima hoodie pemberian Shaka. Tanpa pikir panjang segera mengenakannya karena sungguh, Sela paling tidak tahan dengan cuaca dingin.

Seketika semerbak wangi khas milik Shaka terasa memeluk tubuh Sela. Kini dia terlihat persis seperti tenggelam dalam pakaian yang super kebesaran.

"Lucu," komentar Shaka singkat dengan usapan di kepala Sela. Tangannya meraih ikat rambut Sela hingga membuat rambutnya terurai. Shaka sedikit merapikan rambut Sela dan ditutup dengan senyum puas.  "Nah, perfect. Ayo pesen makanan, gue mulai lapar."

Sela mengangguk, mengabaikan degup aneh yang mulai bermain di hatinya. Suasana di sekitar benar-benar nyaman. Titik-titik lampu kota seperti kerumunan kunang-kunang yang cantik dan Sela bisa menikmati pemandangan tersebut dari segala sudut tempat.

Shaka berjalan di depan, sibuk memesan makanan dan menanyakan tempat yang sudah dia reservasi sebelumnya. Sedangkan Sela di belakangnya malah salah fokus.

Karet rambut Sela kini terpasang cantik  di pergelangan tangan Shaka, hitam pekat yang kontras dengan kulit putih pucat lelaki itu hingga membuatnya kelihatan mencolok. Apalagi lengan jaketnya yang sengaja Shaka gulung hingga bawah siku, membuat ikat rambut Sela jadi barang yang mudah di-notice keberadaannya.

Sela jadi ingat kalau kebanyakan orang sekarang, menganggap gelang hitam polos menandakan jika seseorang sudah memiliki pasangan. Dan karet rambut Sela pun persis terlihat seperti gelang.

"Apasih, Sel? Lo ngarep apaaaa?" teriak Sela dalam hati, tapi tak bisa menyembunyikan semburat merah yang berlahan-lahan di wajahnya.

Kalau ikat rambut Sela gak kembali, untuk kali ini saja, Sela gak keberatan deh.

Law Of ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang