Mari kita melakukan kilas balik sejenak untuk memuat secara singkat bagaimana kebingungan Rosela bisa bermula.
Itu masih hari yang sama ketika Shaka menceritakan tentang orang tua kandungnya.
Setelah menikmati makan siang, Shaka mengajak Sela untuk pulang. Namun di tengah jalan, Shaka membawa Sela untuk singgah sebentar disalah satu store.
Sebenarnya, Sela tidak punya ide tentang store tersebut tepat sebelum dia mulai di datangi seorang pegawai dengan pakaian super formal, juga etalase yang penuh dengan perhiasan yang tidak bisa Sela tebak berapa kisaran harganya. Seorang wanita, menyambut dengan senyum ramah, menanyakan apa yang bisa dia bantu.
Sela diminta untuk menunggu di sofa sebentar oleh Shaka, sedangkan laki-laki dengan ekspresi kaku itu mengikuti sang pegawai masuk.
Mungkin hanya sekitar lima belas menit, Shaka kembali dengan sebuah paper bag hitam mengkilat ditangannya. Ukurannya tampak kecil. Sela malas menebak apa yang hendak Shaka lakukan dengan perhiasan yang dia beli. Jadi Sela hanya diam.
Lalu mereka pulang. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang aneh hingga sampai akhirnya Sela akan turun dari mobil Shaka.
"Rosela?"
Gerakan tangan Sela yang hendak membuka pintu mobil terhenti seketika. Gadis itu berbalik. "Ya?"
"Sini bentar."
Sela memiringkan kepala, berinsut sedikit lebih dekat pada kursi Shaka. Dari balik kemudi, Shaka meraih paper bag yang tadinya dia letakkan di bangku belakang. Dia mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dari sana dan membukanya.
Sontak saja Rosela terhenyak.
"DEMI ALLAH, KA, GUE BELUM SIAP BUAT DILAMAR!"
Shaka mengerjap cepat sampai suara tawa seraknya terdengar. Khas sekali, tawanya hangat dengan nada lembut. Persis seperti siraman sirup apel pada kue pie yang masih hangat. "Ini namanya promise ring, Rosela."
"Ha?"
"Gue bukan ngelamar lo. Sini, tangannya."
Apa bedanya, siiiih? Batin Sela sedikit menggerutu.
Kali ini, Sela yang terdiam dengan mata berkedip cepat. Otaknya lelet jika untuk memproses kejadian yang seperti ini.
Di dalam kotak beludru merah yang Shaka pegang, Sela bisa melihat kilau cantik dari permata yang menghias cincin perak itu. Bentuknya simpel dengan berlian putih kecil berbentuk persegi lima menghias bagian tengahnya. Tampak manis namun mewah disaat yang bersamaan. Dalam hati Sela hanya bisa berharap kalau Shaka belum terlalu gila untuk membelikannya berlian sungguhan.
Karena demi apapun, Sela tidak bisa membayangkan dia memakai cincin secantik itu saat membersihkan kotoran pada pasir kucingnya setiap pagi.
"Rosela? Kenapa bengong?"
"Ha?"
"Sini, tangan lo."
Sela menyentuh kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. "Tunggu sebentar, Ka! Ini..."
Biasanya apa respon paling umum ketika cewek diberi sebuah promise ring oleh pasangannya? Senang? Terharu?
Seharusnya begitu, ya. Mengingat promise ring itu satu tingkat dibawa cincin tunangan untuk membuktikan sebuah keseriusan.
Berbeda dengan trend kebanyakan, Sela justru mengernyit oleh kehadiran promise ring. Membuat Shaka ikutan linglung.
"Gue tau hubungan kita serius, tapi ..." Sela mendesah panjang, terdengar lelah. "Promise ring? Kita bakalan nikah suatu hari nanti? Buat apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Law Of Arshaka
RomanceWaktu zaman sekolah, kalau soal fisika, Sela suka beberapa materi meskipun gak begitu menguasai: hukum Newton, hukum Kepler, hukum Archimedes dan sebagainya. Setelah tamat, Sela suka Law Of Attraction yang lagi gencar di suarakan di berbagai sosial...