Hukum 15 Arshaka

224 30 0
                                    

Ada sebagian hati Shaka yang hancur melihat bagaimana pucatnya wajah Sela yang sedang tertidur. Gadis itu biasanya selalu tampil sederhana dan tidak pernah mengikat rambutnya dengan rapi. Tapi kali ini, rambutnya yang acak-acakan itu justru menambah kesan menyedihkan yang ada pada Sela.

Gadis itu tak pernah terlihat selemah ini. Sela selalu penuh energi dan periang. Melihatnya yang meringkuk kesakitan di atas ranjang Shaka membuat hatinya seperti di remat kuat.

Tangan Shaka terulur, mengecek suhu tubuh Sela. Masih panas. Lalu beralih pada rambutnya yang basah oleh keringat. Saat Shaka menggenggam tangannya, dia bisa merasakan telapak tangan Sela yang dingin dan basah.

Lelaki itu segera turun ke dapur untuk mengambil ember kompresan. Juga beberapa paracetamol.

"Sela udah minum obat tadi, Mas. Tadi Ibu bawa ke puskesmas. Makanya itu lagi tidur," ujar Bu Jaenab saat melihat Shaka sibuk membuka kotak obat, dia masuk ke dapur sembari membantu Pak Heru yang berjalan pelan menggunakan tongkat. "Kamu kapan sampai?"

"Barusan, Bu," jawab Shaka sambil menyingsingkan lengan kemeja hitamnya sebelum mengisi baskom kecil dengan air yang sudah di hangatkan. Wajahnya tampak kelelahan.

"Udah makan?"

"Nanti. Ngurus Sela dulu."

Pak Heru tersenyum teduh. "Jangan lupa istirahat nanti, Ka. Jangan kecapean."

Shaka mengangguk singkat. Memandang Bapak cukup lama. "Maaf, Pak, tadi masuk gak nyapa dulu."

"Gak apa-apa. Bapak paham." Pak Heru mematri senyum penuh arti di bibirnya. Menyuruh Shaka segera naik ke atas untuk melihat Sela.

Sesampainya di kamar, Shaka segera memeras kain kompres dan meletakkannya dengan pelan ke kening Sela. Sengaja Shaka tak menghidupkan lampu kamar karena sejauh pengalamannya, lampu yang dinyalakan hanya akan membuat kepala kian pening. Dengan hati-hati Shaka menarik kursi yang biasa dia gunakan saat bekerja, meletakkannya di sisi ranjang dan terdiam menatapi Sela yang pucat pasi.

Lagi. Perasaan tak enak itu membuat Shaka gelisah. Dia tak suka melihat Sela dalam keadaan lemah dan sakit seperti ini. Apalagi mengingat pertemuan terakhir mereka berakhir dengan tidak menyenangkan, membuat Shaka kian dilanda rasa bersalah.

Tangan Shaka terjulur, mengusap-usap kepala Sela yang terasa hangat.

Dia berjanji. Setelah ini, Shaka akan mencoba perbaiki hubungan mereka.

Tenggelam dalam pikiran, Shaka dikejutkan oleh ringisan pelan yang keluar dari bibir Sela. Mata gadis itu terbuka, tapi kelihatan tidak fokus. Dia menggeliat pelan sebelum berbaring miring, lalu mengusap pinggangnya dengan pelan.

Shaka tau, melihat beberapa obat pereda nyeri haid di atas meja, gadis itu pasti sedang mengalami desminore sekarang.

"Sakit? Mau gue ambilin obat?"

Sela menggeleng pelan. Air mata mengucur jatuh membasahi pipi. Shaka panik. Dia sampai berdiri dari duduknya dan ikut mengusap punggung kecil Sela. Sembari di dalam hati berdoa, semoga saja tubuh rapuh ini segera membaik.

Tampaknya perbuatan kecil Shaka membuahkan hasil. Sela mulai tenang, hingga dia pun kembali terpejam dan tertidur dengan deru napas pelan. Shaka akhirnya bisa mendesah lega melihat Sela yang berhenti meringis. Hingga sepanjang malam, yang Shaka lakukan adalah mengusap punggung Sela naik turun sembari menatapi wajahnya yang sudah tertidur nyaman. Meskipun tubuh Shaka pun kelelahan dan butuh di istirahatkan, namun dia tak jua berhenti hingga malam pun kian larut.

***

Sinar surya mencumbu Sela dari balik tirai jendela yang sedikit tersingkap. Membuatnya mengerjap. Sela membuka matanya berlahan dan rasa pusing mendera seketika. Meskipun demikian, Sela bisa merasakan kalau kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari kemarin.

Law Of ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang