Sela sedang duduk termenung di depan laptopnya yang masih menyala, layar laptopnya sedang menampilkan lembar pdf yang kosong, belum ada satu kata pun yang berhasil dia ketik di sana.
Pukul setengah delapan malam.
Otak Sela tidak bisa diajak fokus, masih sering teralihkan oleh ungkapan Shaka beberapa hari yang lalu.
"Gue mau serius kenal sama lo."
Maksud kalimat itu, apa?
Shaka tidak bilang dia tertarik pada Sela. Alih-alih bilang suka, Shaka justru bilang mau serius kenal. Sela kan jadi bingung.
Biasanya, kalau penasaran doang, bahasanya gak akan segamblang ini. Tapi kata yang Shaka pilih tuh masuk kategori jujur dan tidak ambigu.
Mau dibilang love bombing, yakali! Shaka nggak ada ngucapin kata-kata dangdut khas love bombing kok. Jadi Sela yakin kalau dugaannya yang satu ini salah.
Jadi ... maksudnya apa? Kenal yang kayak gimana? Haruskah Sela mulai menyusun CV atau bagaimana?
Sela bingung.
Sore itu, Sela tak memberikan jawaban apapun pada Shaka. Hanya menggeleng pelan dan menganggap kalau pertanyaan Shaka barusan bukan sesuatu yang harus dia tanggapi. Sisa waktu yang ada--yang kebanyakan hanya di isi diam-- Sela gunakan untuk mencari template capcut, yang sebenarnya, gak serius lagi Sela cari.
Fokusnya sudah pecah.
Untung Shaka bukan tipe cowok yang ngebet pengen mendengar jawabannya saat itu juga. Kayaknya Shaka juga paham kalau Sela butuh waktu buat mencerna perkataannya.
Tak lama berselang, Shaka mengajaknya untuk pulang. Langit mulai malam saat Shaka mengantar Sela sampai ke depan rumah, tak lupa juga sekalian memarkir motor matic gadis itu di teras.
Sela sedang sibuk melepas helm saat Shaka memanggil dengan nada pelan khas miliknya, "Rosela..."
"Ya?"
"Jangan berasumsi sendiri. Kalau ada yang mau lo tanyakan, langsung tanyain ke gue." Shaka menyisir ke belakang rambutnya yang kusut akibat membuka helm, lantas mengetuk pelan ujung hidung Sela. "Gue tau lo bingung. Tapi gue gak mau lo menebak-nebak apalagi sampai mikir gue ada niat buruk sama elo."
"..."
"Gue serius sama omongan gue, Rosela."
Sela hanya menyengir kikuk. Menganggukkan kepala karena... sumpah dia gak tau lagi mau menjawab apa! Karena tidak mau makin mati kutu, Sela buru-buru pamit undur diri dan masuk ke dalam rumah.
Setelah itu, mereka belum pernah bertemu lagi.
Tak juga bisa fokus setengah jam kemudian, akhirnya Sela berhenti mencoba menulis bab lanjutan dari web novel yang tengah dia tulis. Dia berniat keluar kamar untuk mencari kucingnya setelah mematikan laptop.
Baru saja berbalik dari mejanya, mata Sela langsung disambut dengan pemandangan Bora yang tengah tertidur tertelentang di atas kasur. Sedangkan Dori, kucing betina kembaran Bora itu malah asik bermain dengan ekor Bora yang bergerak kesana-kemari.
Sela refleks tertawa. Meraih kucingnya itu dan menggendongnya. "Jangan gangguin Abangmu tidur. Mending main sama aku aja, ya?"
Bola mata Dori hanya melebar cantik, tidak menjawab.
"Omong-omong, Dori." Sela mengusap kepala kucing belang hitam putih itu dengan sayang. "Aku tau aku lumayan cantik, tapi gak cantik yang gimana-gimana! Aku cantik yang biasa aja. Wajar gak sih kalau orang kayak Shaka bilang mau kenal lebih deket sama aku? Maksudnya, dia itu bukan kelasnya aku lagi. Dia tuh udah ganteng banget tau untuk ukuran orang lokal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Law Of Arshaka
DragosteWaktu zaman sekolah, kalau soal fisika, Sela suka beberapa materi meskipun gak begitu menguasai: hukum Newton, hukum Kepler, hukum Archimedes dan sebagainya. Setelah tamat, Sela suka Law Of Attraction yang lagi gencar di suarakan di berbagai sosial...