Chapter 28
Gate Between Worlds
"Berhenti." Suara Raia memecah keheningan dunia bawah yang membeku. Langkahnya tenang meninggalkan kastil, setiap tapak kakinya meninggalkan jejak petir merah samar di salju.
Ignora, sang naga putih, menghentikan serangannya. Matanya yang sebiru kristal memicing, mengamati sosok kecil yang berani memerintahnya. Dengan gerakan anggun namun mengintimidasi, ia mengepakkan sayap-sayap esnya yang megah, menciptakan badai salju mini sebelum mendarat.
"Cih..." Ignora mendesis, uap dingin menguar dari mulutnya yang dipenuhi taring es. "Bagaimana gerbangnya, apa kau sudah menemukannya?"
Raia tetap tak bergeming. Matanya yang merah berkilat dalam kegelapan, menatap lurus ke arah sang naga putih.
"Tidak, ya?" Ignora tertawa, suaranya bergema seperti pecahan es yang berjatuhan.
"Cukup." Suara baru memotong ancaman Ignora. Raven perlahan turun dari langit, es hitam menari-nari di sekelilingnya seperti jubah kegelapan. Namun Raia bisa melihatnya—getaran halus di ujung-ujung es itu, ketidakstabilan yang nyaris tak terlihat.
Saat kaki Raven menyentuh tanah, udara di sekitar mereka menjadi jauh lebih dingin. Kristal-kristal es bermunculan dari tanah, menciptakan formasi tajam yang mengelilingi area itu. Tatapannya bertemu dengan Raia, hitam pekat melawan merah darah.
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu," ucap Raia, suaranya tenang meski tekanan energi di sekitar mereka meningkat drastis.
"Kesepakatan?" Raven mendengus. Es hitam berputar lebih cepat di sekelilingnya. "Kau masuk ke wilayahku, mengacaukan keseimbangan yang telah kujaga selama ribuan tahun, dan sekarang kau bicara tentang kesepakatan?"
"Raven—" Ignora mencoba menyela.
"Diam!" Raven mengibaskan tangannya, menciptakan dinding es hitam yang memisahkan Ignora dari mereka. "Tidak ada kesepakatan dengan pemberontak. Kalian semua akan mati di—"
Suara derit pintu kastil menginterupsi ancaman Raven. Sembilan sosok muncul dari kegelapan—para Jenderal Iblis dengan kepala api berbeda warna. Tanpa kata, mereka berlutut dalam formasi sempurna.
"Yang Mulia," Azurius, sang jendral dengan api biru safir memberanikan diri berbicara. "Hamba mohon maaf, tapi hamba telah memberitahu jiwa manusia ini tentang... keadaan Anda."
"Apa?" Raven berbalik cepat, matanya melebar. "Kalian berani—"
"Bagaimana?" Suara Raia memotong, singkat namun penuh makna.
Keheningan mencekam menyelimuti area itu. Bahkan angin seolah berhenti bertiup. Raven terdiam, untuk pertama kalinya terlihat ragu.
----
Pengkhianatan. Itulah yang seharusnya kurasakan saat ini. Para Jenderal—prajurit setiaku selama ribuan tahun—telah membocorkan rahasia terbesarku pada jiwa manusia asing.
Tapi mengapa? Mengapa yang kurasakan justru... kelegaan?
Aku menatap tanganku yang mulai transparan. Kekuatanku—inti dari eksistensiku—mengalir keluar tak terkendali seperti sungai yang bendungannya jebol. Setiap detik yang berlalu, setiap hembusan nafas yang kumiliki, menguras energi yang tersisa.
Dunia bawah yang membeku ini adalah bukti nyata kegagalanku. Neraka yang seharusnya membara, kini tertutup es karena aku tak lagi memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangannya.
Ignora—muridku yang memberontak—dia mungkin mengira sedang bertarung melawan Ratu Kegelapan dalam puncak kekuatannya. Tapi kenyataannya? Dia hanya mempercepat proses yang tak terelakkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/364164652-288-k514762.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrydia
FantasyRaia Astrydia sang penyihir legendaris yang konon mampu menundukkan dunia manusia, tiba-tiba menghilang 500 tahun yang lalu setelah menyerang kerajaan di dunia bawah. Hingga kini, tak ada yang tahu pasti nasib Raia. 500 tahun kemudian, seorang pemud...