Dery dan Tristan sedang mengobrol dengan Ilham di ruang keluarga saat Gista keluar dari kamarnya. Gista tidak bisa tidur, memikirkan bagaimana besok pertemuan antara dua keluarga. Sebenarnya Gista bisa saja menolak tapi apa salahnya dicoba, toh Yuri juga tidak memaksa Gista untuk menerima anak dari temannya itu.
"Kok belum tidur, Dek?" Tanya Tristan begitu Gista menghampiri mereka sambil membawa laptopnya.
"Belum ngantuk, Kak! Masih mau ngedrakor," Gista duduk di bawah Dery.
"Awas aja sampe besok bangun siang, kakak siram ya!" Ancam Dery.
"Berisik, Kak!" Gista melanjutkan acara menonton dramanya. Kedua kakaknya pun melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda dengan sang ayah.
Dari kedua kakaknya, Tristan terlihat lebih menyayangi Gista. Anak sulung itu sangat memanjakan Gista sekalipun dia sudah berkeluarga, untung saja Sekar bisa menerima itu semua. Berbeda dengan Tristan, Dery pasti selalu mengajak Gista untuk bertengkar kapanpun dan dimanapun. Tapi jangan salah, dulu saat Gista putus dengan mantannya, Derylah yang paling marah. Laki-laki itu bahkan menemui mantan Gista dan menonjoknya sekali.
Sampai sekarang pun Dery yang paling overprotektif pada Gista, dia harus tahu adiknya itu berteman dengan siapa saja. Dery juga tidak akan tinggal diam jika teman Gista akan berdampak buruk pada adiknya itu. Maka saat mamanya mengabari kalau adiknya setuju dikenalkan dengan anak temannya, Dery orang pertama yang ingin bertemu dengan laki-laki itu. Sebenarnya Tristan dan Dery tidak diwajibkan untuk pulang ke Jakarta tapi Dery memaksa dan jadilah kedua kakaknya itu harus memboyong keluarga kecilnya ke Jakarta.
"Kak, ada telpon!" Ucap Gista saat merasakan getaran dari ponsel Dery yang berada di dekat laptopnya.
"Halo, kenapa, Ta?"
"Mas, barusan pak Willy telpon, katanya klien kita minta revisi design villa yang Minggu lalu kita ajuin."
Gista terdiam, sepertinya dia mengenal suara itu tapi siapa? Apakah Gista pernah bertemu dengan salah satu teman kantor Dery?
"Loh, bukannya udah di ACC ya?"
"Udah, Mas! Tapi mereka minta direvisi katanya ada yang nggak sesuai sama konsep villa yang akan mereka bangun."
"Kapan mereka minta deadline-nya?"
"Dek, matiin dulu bentar itu kakakmu lagi nelpon!" Tegur Tristan dan Gista menurut. Gista bahkan menatap Dery yang duduk diatasnya.
"Minggu sore, Mas! Kalau misalnya kita ketemu besok sore gimana? Soalnya aku nggak mungkin tiba-tiba balik ke Malang besok."
"Mas juga nggak bisa langsung balik sih besok, Ta. Ya nggak pa-pa besok sore kita ketemu."
"Ok, Mas! Besok aku kabarin mas Dery lagi!"
"Eh, eh, Ta, tunggu!" Dery menatap Gista penuh curiga membuat adiknya itu menautkan kedua alisnya.
"Kenapa, Mas?"
"Ada yang bisa nolongin kita, bentar!" Dery mengubah panggilan telepon menjadi video call. "Dia ahlinya bikin design dadakan, Ta!"
Dery baru saja akan mengarahkan kameranya ke arah Gista namun sudah dicegah oleh Tristan.
"Baju adikmu kayak gitu mau kamu liatin ke cowok!"
"Tau nih kak Dery!"
"Sorry, Ta! Dia lagi pake baju kurang bahan jadi nggak bisa video callan sama kamu. Ya udah, besok kabarin ya jadi ketemu dimana!"
"Siap, Mas! Sorry ya, udah ganggu waktunya mas Dery sama keluarga!"
"It's okay, Ta!"
"Kenapa, Der?" Tanya Ilham yang sedari tadi hanya menyimak saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pain (HaeSelle)
Lãng mạnKita tidak pernah tahu akan seperti apa takdir kita. Entah apa yang diperlihatkan Tuhan saat kita masih didalam kandungan sehingga kita memilih untuk terlahir ke dunia ini dan memilih bertahan ditengah badai kehidupan kita. Apakah yang Tuhan perliha...