:: Bagian 22 ::

147 29 8
                                    

Gista sengaja pergi dari rumah sebelum Hasta berangkat ke bandara, dia tidak mau menangisi kepulangan Hasta ke Malang. Dia masih terlalu gengsi untuk mengaku kalau dia tidak mau berpisah dengan Hasta, dengan alasan mau meeting dengan Lia, Gista melajukan mobilnya tak tentu arah. Gista tidak punya tempat tujuan, niatnya pergi dari rumah hanya untuk menghindari bertemu dengan Hasta yang sudah pasti akan berujung dengan tangisan nanti.

Gista berhenti di sebuah pom bensin, memarkir mobilnya di dekat kamar mandi dan mushola. Mungkin dia perlu istirahat sejenak disini, menunggu sampai Hasta berangkat. Setelah mematikan mesin mobilnya, Gista menyandarkan punggungnya pada jok mobilnya sambil memejamkan matanya. Apa yang Gista lakukan saat ini kekanakan memang, tapi apa daya, Gista tidak mau menangis di hadapan Hasta.

Gista melirik ponselnya saat benda hitam pipih itu bergetar sejenak, menandakan ada sebuah pesan masuk dan nama Hasta tertera di layar ponselnya. Gista hanya melirik ponselnya saja tanpa berniat membuka pesan yang Hasta kirim. Bukan hanya satu pesan, tapi Hasta mengiriminya beberapa pesan yang sama sekali tidak ingin Gista buka. Karena tidak mau air matanya keluar di tempat ini, Gista memutuskan untuk pergi ke rumah Lia saja. Meskipun Lia akan mengomelinya nanti tapi setidaknya dia tidak menangis sendirian. Bahaya kalau sampai panic attack nya kambuh.

Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya, Gista sampai di sebuah rumah mewah di kawasan Bintaro. Setelah menyapa satpam yang membukakan gerbang untuknya, Gista segera melajukan mobilnya memasuki pelataran rumah mewah itu. Di garasi Gista melihat ada mobil Ajun, semoga kehadiran Gista tidak mengganggu dua sejoli itu. Gista segera masuk setelah memarkir mobilnya, urusan diomeli Lia, dia hanya perlu mendengarkan saja nanti.

"Ngapain Lo ke rumah gue?" Tanya Lia sinis saat Gista melewati dapur hendak ke kamar Lia, Gista tidak mengetahui kehadiran Lia disana.

"Lo nggak kangen gue emangnya? Udah lama loh kita nggak ketemu, Li!" Gista nyengir tanpa dosa.

"Nyokap Lo nelponin gue dari tadi, tanya Lo udah sampe apa belum! Jarak rumah Lo ke rumah gue nggak harus lewatin samudra ya, Gi, kenapa sampai dua jam Lo baru sampai? Kemana aja Lo?" Tuh, benar kan. Lia pasti mengomel.

"Nggak baik ngomel-ngomel mulu, Li, ntar cepet tua! Tadi gue mampir ke pom dulu!"

"Yang tua juga gue, mau apa Lo? Lo tuh emang hobi banget ya bikin orang khawatir! Hasta tuh takut Lo kenapa-napa, pesan dia nggak Lo bales, dia mau nelpon Lo udah pasti nggak bakal Lo angkat! Dia udah berangkat ke Malang naik kereta, dia ketinggalan pesawat gara-gara khawatir sama Lo!"

"Thanks infonya! Lo nggak mau ambilin gue minum, gue haus, Li!"

Lia menghembuskan napasnya kasar, tidak tega juga melihat kondisi Gista. Sebenarnya dia masih ingin mengomeli sahabatnya itu. Lia yang sedang menyiapkan makan malam untuk Ajun segera mengambilkan Gista air dan menyodorkan gelas berisi air minum pada Gista.

"Lain kali kalau mau kabur itu seenggaknya bilang ke gue biar orang rumah nggak khawatir sama Lo karena gue tau Lo kemana! Di kamar ada Ajun, sana ke kamar gue sama dia!" Lia akhirnya luluh juga.

Gista tak menjawab, dia segera menuju kamar Lia setelah menyerahkan kembali gelas kosong. Pikirannya kembali berkecamuk, dia juga merasa bersalah karena Hasta harus pulang ke Malang naik kereta alih-alih naik pesawat. Apa yang harus dia katakan pada Yuri nanti, mamanya itu sudah pasti akan mengomelinya habis-habisan nanti saat pulang.

Saat Gista memasuki kamar Lia, Ajun sedang berkutat dengan laptopnya. Entah apa yang sedang laki-laki itu lakukan. Gista merebahkan diri diatas kasur king size milik Lia, sedangkan Ajun duduk di meja kerja Lia.

"Dari mana tadi, Gi?" Tanya Ajun, laki-laki itu menghentikan aktivitasnya guna melihat pergerakan Gista menjatuhkan dirinya diatas kasur.

"Muter-muter, gue nggak tau mau kemana tadi, Jun. Pikiran gue cuma gimana caranya menghindar dari mas Tata, gue juga nggak tau kalau tindakan gue tadi bikin dia ketinggalan pesawat. Gue jahat banget ya, Jun?" Gista menatap langit-langit kamar Lia.

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang