:: Bagian 14 ::

183 21 14
                                    

Sesuai permintaan Tina, pagi sebelum Hasta berangkat kerja dia menyempatkan diri menjemput Gista di rumah Dery. Semalam saat mengantar Gista pulang, Hasta sudah meminta izin pada Dery kalau hari ini Gista akan diajak orang tua Hasta ke rumah neneknya yang ada di daerah Batu, Malang. Nenek Hasta mengelola villa di sana, bahkan kakeknya punya beberapa villa disana yang diurus oleh adik dari Tina.

Gista tidak menyangka kalau Tina akan mengajaknya mengunjungi nenek Hasta padahal keduanya belum lama kenal. Semalam Hasta meyakinkan Gista kalau neneknya itu sangat baik dan Gista tidak perlu khawatir. Tapi biar bagaimanapun Gista tetap saja takut, takut kalau dia tidak diterima dengan baik di keluarga besar Hasta sama seperti Tina dan Beni menerimanya. Berkali-kali juga Gista minta pendapat Rere tentang pakaian yang ia kenakan. Gista takut dia salah pakai baju dan malah membuat keluarga besar Hasta membencinya.

"Kenapa sih, Ta? Nggak pa-pa, uti nggak sejahat yang kamu pikirin kok! Uti itu baik banget orangnya!" Hasta mencoba menenangkan Gista selama perjalan dari rumah Dery menuju rumahnya.

"Iya tapi aku takut, Mas! Bajuku udah sopan kan? Takut mereka nggak suka sama cara berpakaian ku!"

"Ya Allah, Ta! Uti nggak pernah protes baju yang cucu-cucunya pake, bahkan Windy berenang di rumah pake bikini aja nggak dimarahin. Kamu itu udah takut duluan sebelum ketemu sama uti, kamu udah overthinking duluan. Ta, berhenti overthinking deh! Dunia itu nggak seserem kayak dibayanganmu!"

"Nggak bisa, Mas! Aku pasti kepikiran terus kalau belum kejadian, nanti setelah ketemu mereka pasti ilang sendiri overthinkingnya."

"Lagian apa sih, Ta yang ditakutin! Kan mas udah bilang, uti bukan orang yang kolot. Gitu-gitu beliau selalu menghargai keputusan yang anak sama cucunya ambil, uti nggak pernah mau ikut campur selama anak sama cucunya ngerti mana yang baik mana yang buruk."

Mereka sudah sampai di rumah Hasta, hari ini Beni sengaja mengambil cuti karena ingin memperkenalkan Gista pada keluarga besarnya. Windy juga sedang tidak ada kuliah, sedangkan Hasta nanti akan nyusul karena hari ini dia ada pertemuan dengan klien. Saat keduanya datang, Beni sedang membantu Tina memasukkan sayuran dan buah ke bagasi. Tina sering sekali membawa hasil berkebunnya untuk mertuanya karena hasil berkebunnya tidak akan habis jika dimakan keluarganya saja. Kadang Tina juga membagi-bagikannya untuk para tetangga.

"Assalamu'alaikum, Om, Tante!" Gista menghampiri keduanya dan mencium tangan keduanya.

"Wa'alaikum salam!" Jawab Tina dan Beni bersamaan.

"Udah sarapan, Gi? Sarapan dulu kalau belum!" Tawar Beni.

"Udah, Om! Mbak Rere nyuruh sarapan dulu kalau nggak, nggak boleh pergi!"

"Ya udah, Gi, tunggu di dalem dulu sama Windy! Tante mau masukin ini dulu!"

"Iya, Tante!"

Hasta mengekor di belakang Gista, laki-laki itu membawakan tas ransel milik Gista karena rencananya Tina mengajaknya menginap beberapa hari di Batu. Gista mau-mau saja tapi Hasta tentu saja protes karena dia harus berpisah dengan Gista. Dia kemarin bahkan sempat ingin mogok kerja dan makan kalau Tina mengajak Gista menginap, tapi tentu saja Hasta kalah. Nenek mereka juga ingin Gista menginap biar calon cucu mantunya itu bisa akrab dengan keluarganya yang lain.

"Ta, pulang aja ya jangan nginep! Besok deh, pulang sama mas biar mama sama Windy aja yang nginep ya!" Hasta masih berusaha membujuk Gista.

"Kenapa sih, Mas? Aku kan juga pengen liburan di Batu, aku belum pernah ke sana!"

"Ya kan liburannya bisa sama mas nanti, ya!"

"Lagian kenapa sih aku nggak boleh nginep lama-lama?"

"Nanti kalau mas kangen gimana? Kan mas kerja nggak bisa nyamperin ke sana!"

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang