:: Bagian 19 :

159 26 7
                                    

Tadi Hasta meminta Gista untuk menunggu di mobil ketika laki-laki itu memesan nasi goreng ditempat langganannya, mereka memutuskan untuk makan di rumah saja. Tapi entah sudah berapa lama Gista tertidur karena saat Gista membuka mata, mereka sudah berpindah tempat. Hasta sedang mengantri martabak untuk Rere. Hasta duduk disebuah kursi plastik yang memang disediakan oleh penjual martabak untuk pembeli yang menunggu pesanan mereka, laki-laki itu terlihat sedang merokok sambil memainkan ponselnya.

Gista tersenyum menatap Hasta dari dalam mobil, Gista hendak membuka pintu mobil Hasta saat ada dua perempuan menghampiri Hasta. Gista tidak mengenal siapa dua perempuan itu tapi Gista yakin kalau mereka berdua adalah teman Hasta. Gista mengurungkan niatnya untuk menghampiri Hasta, Gista lebih memilih memperhatikan ketiganya dari dalam mobil. Terlihat salah satu perempuan itu mencoba untuk dekat dengan Hasta namun sepertinya Hasta menghindari perempuan itu. Apa mungkin itu mantan Hasta yang lain selain Hana? Kenapa Hasta belum cerita? Apa mungkin Hasta memang sengaja tidak menceritakan perempuan itu karena takut Gista semakin berpikir yang tidak-tidak?

Gista menurunkan kaca mobil berniat untuk memanggil Hasta namun lagi-lagi niatnya terhenti karena Hasta sudah lebih dulu bangkit mengambil pesanan mereka. Dua perempuan itu masih mencoba mendekati Hasta, sampai keduanya melihat Gista. Hasta langsung membuang rokoknya dan menginjaknya agar mati, Gista tersenyum menatap Hasta yang berjalan ke arahnya. Alih-alih menuju kursi kemudi, Hasta berjalan kearah Gista dan membuka pintu.

"Kenapa nggak nyamperin mas aja kalau udah bangun tadi?" Hasta meletakkan dua kantong kresek berisi martabak manis pesanan Dery.

"Tadinya mau nyamperin tapi terus liat mas Tata didatengin dua cewek itu jadi nggak jadi, takut ganggu!"

"Cuma temen SMA, Ta! Kita nganterin martabak sama nasi goreng buat mbak Rere sama mas Dery dulu ya habis itu ke rumah mama!"

Gista mengangguk, Hasta mengacak pelan rambut Gista sebelum menutup kembali pintu mobilnya. Hasta masih sempat menyapa dua teman SMAnya sebelum masuk ke dalam mobil. Entah kenapa dua cewek itu juga belum pergi padahal sudah melihat Gista berada di dalam mobil Hasta. Bahkan tanpa diberi tahu seharusnya mereka tahu kalau perempuan yang ada di dalam mobil Hasta adalah kekasih laki-laki itu. Hasta melirik Gista yang sedang memperhatikan spion mobilnya pasti sedang memperhatikan dua teman Hasta itu.

"Kenapa? Mau tanya apa?" Hasta meraih tangan Gista dan menggenggamnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya sibuk dengan kemudi.

"Hah? Apanya yang kenapa?"

"Kamu penasaran kan siapa dua cewek itu?"

"Temen mas Tata kan? Temen SMA."

"Iya, dulu pernah suka sama mas. Mas nggak cerita karena nggak penting."

"Pernah nembak mas Tata?"

"Siapa? Cewek itu?" Hasta menoleh sekilas pada Gista dan mendapati cewek itu mengangguk, "iya dulu pas kelas sebelas. Tapi mas tolak karena dulu tuh mas nggak tertarik buat menjalin hubungan, mas cuma fokus buat bisa masuk UGM."

"Jadi Hana itu pacar pertamanya mas Tata?"

"Iya tapi bukan cinta pertama kan cinta pertamanya mas kamu!"

"Tapi mas Tata bukan cinta pertamaku!"

"Ya nggak pa-pa, kan jadi cinta terakhir! Kan yang akhirnya nikah sama kamu itu mas."

Gista tersenyum mendengar ucapan Hasta, harus bersyukur dengan cara apa Gista mendapatkan calon suami seperti Hasta? Kenapa bukan Hasta saja yang jadi cinta pertama Gista? Kenapa harus Hasta yang menjadi obat atas luka yang laki-laki itu tinggalkan? Kenapa Gista harus melalui semua ini terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Hasta?

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang