:: Bagian 20 ::

153 22 14
                                    

Gista terbangun karena merasa sudah tertidur cukup lama, namun saat dia melihat jam dinding di kamar Hasta, jam baru menunjukkan pukul sepuluh. Itu artinya Gista hanya tidur kurang lebih dua jam. Hasta masih tertidur disampingnya dengan masih memeluknya, Hasta juga masih dalam posisinya menghadap kearah Gista. Gista memandangi wajah Hasta, menikmati setiap inci wajah laki-laki itu. Hasta memang tidak memiliki kulit putih seperti Nathan, Jojo ataupun Raka, kulitnya memang identik dengan mas-mas Jawa yang berkulit Tan tapi manis.

Ada pergerakan kecil dari Hasta membuat Gista segera menutup matanya, takut kalau dia kedapatan tengah mengagumi wajah tampan Hasta. Sebenarnya Hasta tidak tidur, dia sudah bangun sejak tadi, Hasta hanya mencoba untuk kembali tidur namun matanya tak juga terpejam. Hasta mengeratkan pelukannya, dia juga tahu kalau Gista sudah bangun. Gista memberanikan diri membuka mata, mata keduanya bertemu. Gista terkejut saat mendapati Hasta sudah terbangun.

"Mas Tata udah bangun? Aku kira masih tidur," ucap Gista malu.

"Udah dari tadi."

Gista berniat bangun namun tubuhnya ditahan oleh Hasta, laki-laki itu makin mengeratkan pelukannya. Gista mendongak guna menatap wajah Hasta yang berada beberapa inci diatasnya.

"Mas Tata capek ya ngadepin aku yang kayak gini? Maaf, aku cuma bisa ngerepotin mas Tata sama yang lain!"

"Ta, mas nggak suka kamu ngomong kayak gitu! Mama, Windy, Papa sama mas nggak merasa kamu repotin. Jangan pernah menganggap kalau kamu itu beban buat mas! Mas nggak suka, Ta!"

"Maaf!"

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh ya! Kita semua sayang sama kamu!" Hasta mengecup kening lalu pipi Gista singkat.

Gista mengangguk, Gista sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak berpikir macam-macam namun usahanya selalu gagal. Kepalanya selalu saja ramai.

°GrowingPain°

"Dek, beneran nggak pa-pa di rumah sendiri? Mbak anter ke rumah Hasta ya?" Tawar Rere.

Semalam saat Hasta mengantarnya pulang, Gista mengatakan kalau hari ini dia mau di rumah saja dan tidak akan kemana-mana. Namun tetap saja Dery dan Rere khawatir dengan keadaan Gista mengingat kondisinya tidak baik beberapa hari ini.

"Nggak pa-pa, Mbak, aku di rumah aja! Mau nyelesain tugas dari Lia kebetulan nanti juga mau meeting via zoom sama tim aku." Sekali lagi Gista meyakinkan Rere kalau dia akan baik-baik saja di rumah.

"Ya udah, kalau ada apa-apa langsung telpon mbak ya! Beneran jangan kemana-mana loh!" Ucap Rere sekali lagi sebelum berangkat ke toko miliknya.

Selepas Rere pergi, Gista masih berguling sana berguling sini di atas tempat tidurnya. Dia masih malas untuk melanjutkan designnya, dia sedang kehilangan inspirasi. Mungkin scroll Instagram membuatnya mendapat inspirasi, atau nonton drama Korea. Gista meraih ponselnya diatas nakas, alih-alih menonton drama Korea di laptopnya Gista memilih membuka akun Instagram miliknya. Rasanya sudah lama sekali Gista tidak membuka Instagram miliknya.

Karena Gista jarang sekali update di sosial medianya, Gista sampai mematikan notifikasi aplikasi tersebut. Jadi saat Gista membuka akunnya ada dua puluh tiga pesan dari satu akun, tidak perlu menebak siapa karena dari namanya saja Gista sudah tahu siapa dalang yang mengiriminya pesan segitu banyaknya. Gista ragu untuk membuka pesan dari Hana itu namun Gista memberanikan diri untuk membaca semua pesan yang Hana kirim untuknya.

Pesan pertama yang Gista terima adalah di hari pertama mereka bertemu di restoran waktu itu, Hana mengiriminya tiga pesan yang bertanya tentang siapa dirinya dan apa hubungannya dengan Hasta. Pesan kedua Gista terima saat mereka bertemu di kantor Hasta, Hana mencaci maki Gista dipesan itu. Beberapa pesan Gista terima tiga hari lalu sebelum kejadian Gista hampir ditabrak oleh Hana. Dan terakhir kemarin, dimana Hana mengajak Gista untuk bertemu.

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang