:: Bagian 26 ::

215 32 9
                                    

Note: abaikan typo karena lagi males ngedit karena kemarin dua kali ngetik hilang, untungnya masih bisa dipulihkan. Happy reading!

Gista dan Hasta sampai di Malang pukul enam lebih dua puluh tiga menit, Windy dan Nathan yang menjemput mereka di bandara. Awalnya mereka berdua ingin naik taksi online saja tapi Windy bersikeras ingin menjemput keduanya karena kangen pada Gista katanya. Jadi disinilah mereka saat ini, di tempat nasi goreng langganan Hasta dan Nathan. Gista dan Windy duduk bersebelahan sementara di depannya ada Nathan dan juga Hasta. Gista menunjukkan foto hasil lamarannya pada Windy lewat ponselnya, Windy terlihat sangat antusias melihat foto-foto itu di ponsel Gista.

"Ih, sumpah mbak Gigi cantik banget disini! Padahal pas kemarin itu mbak Gigi kelihatan pucet banget tapi hasil fotonya bagus. Ini cuma file aja, Mbak? Nggak ada versi cetaknya?"

"Kemarin sebenarnya mereka nawarin mau sekalian dicetak apa nggak, tapi mas Tata nggak mau minta file aja, katanya kalau mau cetak nanti bisa cetak sendiri."

"Ih, harusnya minta dicetakin sekalian, Mbak! Mas Tata tuh emang nyebelin orangnya!"

"Ya buat apa sih, Win? Kan bisa cetak sendiri nanti, sayang kertas fotonya kalau dicetak semua. Nanti kan bisa milih mana aja yang mau dicetak, nggak harus semua. Sekalian buat pajangan nanti di rumah baru."

"Iya, mentang-mentang yang udah punya rumah! Tenang aja, Sayang! Nanti mas juga bakalan buatin kamu rumah sebelum kita nikah."

"Kenapa sih? Orang aku juga nggak pamer punya rumah baru, kan aku cuma ngomong doang!"

"Ya tapi dibahas terus tuh rumah baru, nggak di grup nggak ketemu langsung yang dibahas rumah baru mulu, heran deh!"

"Kalian berdua ini lagi kangen karena udah lama nggak ketemu apa gimana sih? Dari masih di bandara tadi berantem terus perasaan, tau gitu mending aku sama Windy naik ojol aja tadi. Ya nggak, Win?"

"Iya, Mbak! Berasa jadi obat nyamuk kita."

"Ya makanya kamu duduk sini, siapa sih yang nyuruh kamu duduk disamping mbak Gigi?"

"Aku kangen sama mbak Gigi, mas Tata kan udah nemenin mbak Gigi di rumah sakit!"

"Udah, Win! Jangan ribut, malu diliatin orang!"

Windy, Hasta dan Nathan melihat ke sekeliling dimana mereka sedang menjadi pusat perhatian karena sejak tadi mereka jadi meja paling ribut. Alhasil mereka jadi tenang sampai pesanan mereka datang. Hasta mengambil piring Gista, mengambili potongan sawi pada nasi goreng Gista karena cewek itu tidak suka sayur, juga mengambil acar dan cabai. Gista tidak suka acar, kalau cabai ya karena Gista habis sakit jadi Hasta tidak mau Gista memakan cabai itu apalagi nasi goreng milik Gista tidak pedas.

"Mas, satu aja cabainya!" Rengek Gista.

"Nggak, Ta! Apa mau mas suapin?"

Mendengar itu Gista diam, tidak mungkin juga dia memilih disuapi Hasta di tempat umum begini. Lain halnya kalau makan di rumah, mungkin Gista akan dengan senang hati menerima tawaran Hasta itu.

"Gimana sih caranya bikin cewek nurut sama kita? Hal kayak gitu nggak berlaku buat adikmu soalnya," bisik Nathan pada Hasta tapi masih bisa didengar oleh Gista dan juga Windy.

"Tergantung ceweknya sih, Nat! Kan emang dasarnya Gista itu penurut jadi ya dia nggak banyak protes kalau aku larang ini itu," Hasta balik berbisik pada Nathan tapi lagi-lagi masih bisa didengar oleh dua perempuan di depannya itu.

"Apa karena masih bocil ya jadi susah diaturnya?"

"Ini kalian mau makan apa mau ngerosting aku?"

Nathan dan Hasta langsung diam dan memilih menikmati nasi gorengnya sebelum ada singa mengamuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang