:: Bagian 12 ::

172 21 6
                                    

Selesai makan siang, Gista membantu Tina mencuci piring di dapur meskipun Tina sudah melarangnya namun Gista tetap membantu. Hasta sudah bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah, dia berhenti memperhatikan mamanya dan Gista di dapur yang sepertinya sedang asyik mengobrol, entah obrolan apa yang sedang mereka bahas. Gista terlihat sangat nyaman bersama Tina.

Keduanya segera mengambil wudhu begitu selesai, saat melewati Hasta yang masih berdiri di dekat pintu dapur, Gista tiba-tiba punya ide jahil. Gista tahu kalau Hasta sudah mengambil wudhu, terlihat dari rambutnya yang basah. Gista yang berjalan di belakang Tina menggoda Hasta dengan berpura-pura ingin menyentuh Hasta.

"Ta, jangan rese ya!" Hasta sontak menghindar, dia terlalu malas untuk mengambil wudhu lagi.

"Apa sih, Mas?" Tina sampai menoleh kebelakang.

"Gista nih, Ma!"

"Aku nggak ngapa-ngapain, Ma! Eh, Tante!" Gista sampai keceplosan memanggil Tina mama, hal itu membuat Hasta tertawa. Dia sudah berencana menyuruh Gista memanggil Tina dengan panggilan mama juga.

"Manggil mama juga nggak pa-pa, Gi! Biar udah biasa nanti!" Tina merangkul Gista, mengajaknya berjalan bersisian dengannya.

Gista tidak tahu hidup sebagai apa dia di kehidupannya yang lalu sampai dia dipertemukan dengan laki-laki yang keluarganya menerimanya sebaik ini. Atau entah Gista yang hanya dipertemukan dengan dua laki-laki di hidupnya sehingga dia hanya tahu dua keluarga saja. Bukan ingin membandingkan tapi perlakuan keluarga Hasta sangat berbeda dengan perlakuan keluarga mantannya dulu. Semoga sampai mereka menikah nanti, keluarga Hasta tetap memperlakukannya dengan baik.

°GrowingPain°

"Mas Der, mau ngomong berdua!" Hasta yang baru kembali ke kantor berdiri disamping meja kerja Der, calon kakak iparnya.

"Sekarang? Apa tahun depan?" Dery masih kesal karena Hasta tidak menceritakan tentang rumah itu padanya.

"Habis lebaran aja gimana? Ya sekarang, Mas! Penting ini!"

"Di rooftop aja!" Dery berdiri dan berjalan mendahului Hasta, laki-laki itu mengekor dibelakangnya. Dery jadi semakin kesal, "jalan barengan aja sih, Ta! Kesannya kayak aku lagi ngamuk kamu aja!"

"Lha, emang enggak?" Gantian Hasta yang menggoda Dery.

"Nggak jadi aja deh!" Dery pundung dan berbalik badan tapi langsung ditahan oleh Hasta.

"Bercanda, Mas! Ngambekan kayak lagi PMS aja!"

Kantor mereka hanya terdiri dari empat lantai dimana rooftop ada di lantai empat. Hasta memang suka ke rooftop untuk merokok bersama yang lainnya. Meski Malang sedang terik-teriknya, namun Dery memilih berdiri didekat pagar pembatas, bersandar pada pagar menghadap ke arah jalanan depan kantor mereka.

"Soal Gista?"

"Iya. Kita ketemu sama Hana pas lagi nyari makan siang, terus akhirnya aku ngajak dia ke rumah. Aku takut kalau Hana ngikutin kita berdua dan ngelakuin hal yang membahayakan Gista pas aku tinggal. Karena rencananya kan dia mau ke yayasan tadi, aku suruh tunggu di rumah dulu sampai aku pulang."

"Gimana ya, Ta? Mau diumpetin kayak gimana Gistanya pasti Hana bakal tau juga kamu Deket sama Gista sekarang. Cuma masalahnya kan si Hana nekat orangnya jadi itu yang jadi permasalahan kita kan, sekarang pinter-pinternya Gista aja sih gimana ngadepin Hana."

"Iya tapi tetep aja aku khawatir, Mas! Boleh nggak sih kita langsung nikah aja biar aku bisa jagain dia dua puluh empat jam?"

"Kalian nikah juga kan kamu nggak bisa dua puluh empat jam sama dia, Ta. Udah kamu tenang aja, adiknya mas itu bukan tipe cewek lemah kok. Dia bukan cewek manja yang tiap ada masalah ngadu ke kakak-kakaknya. Dia pasti nyelesaiin dulu, kalau nggak bisa baru minta bantuan orang lain. Percaya sama Gista, Ta!"

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang