:: Bagian 6 ::

200 29 9
                                    

"Maaf, Mas aku nggak bisa jagain Gista!" Sesal Hasta. Hasta sedang mengobrol berdua dengan Dery di halaman belakang rumah orang tuanya.

"Bukan salah kamu, Ta! Tadi di mall ada ketemu sama cowok nggak Gistanya?"

"Nggak ada tuh, Mas. Tadi dia pamit ke toilet, aku anterin dan aku nunggunya nggak jauh dari toilet. Kalopun dia ketemu sama cowok aku pasti ngeliat, habis dari toilet dia langsung nyamperin aku tadi. Emang kenapa, Mas?"

"Nggak. Mas takutnya dia ketemu sama mantannya."

"Sebentar, Mas. Nama mantannya Gista siapa?"

"Jidan, dulu kuliah di UGM. Satu angkatan sama kamu kayaknya, tapi mas nggak tau sih dia dulu ambil jurusan apa."

"Jidan?" Hasta meraih ponselnya, mencari akun Instagram milik temannya itu. "Yang ini bukan?" Hasta memperlihatkan foto Jidan pada Dery. Dery mendekat, betapa terkejutnya dia bahwa Jidan mantan Gista adalah seseorang yang Hasta kenal.

"Kamu kenal sama dia?"

"Ini mantannya Gista? Tadi nggak sengaja aku ketemu sama dia, Mas. Dia sama istri sama anaknya, mereka sempet kenalan tadi." Hasta langsung lemas mengetahui fakta bahwa Jidan adalah mantan Gista.

"Ya bukan salah kamu sih, Ta. Kamu kan nggak tau kalo mereka mantanan. Gista selama ini selalu berusaha buat ngelupain dia, ngeliat dia yang sekarang tuh mas sama yang lain lega karena setidaknya dia udah nggak pernah kolaps lagi."

"Maaf banget, Mas aku nggak tau! Aku panik banget tadi pas ngeliat dia tiba-tiba pucet banget padahal sebelumnya ngajakin makan dulu. Pas sampe mobil malah kondisinya makin parah, aku udah hampir telpon ambulance tadi saking paniknya."

"Nggak apa-apa, Ta! Lagian kamu juga nggak tau kan kalo mereka mantanan. Jidan itu cinta pertamanya Gista, Ta. Tapi Jidan juga orang pertama yang nyakitin Gista begitu dalam. Mungkin Gista akan baik-baik aja kalo seandainya Jidan mau jujur sama dia, masalahnya Gista tau Jidan selingkuh dari orang lain bahkan taunya H-1 sebelum dia nikah. Waktu itu Jidan susah banget dihubungin, Gista Dateng ke rumahnya dan sama mamanya Gista disuruh ngelupain Jidan."

"Kebayang sesakit apa jadi Gista, mereka pacaran dari jaman SMA dan Gista disuruh ngelupain Jidan gitu aja. Mas dulu sempet nonjok dia satu kali, waktu itu mas masih punya hati karena besoknya dia mau nikah. Nggak mungkin kan dinikahannya dia mukanya babak belur. Dan kondisi Gista waktu itu benar-benar buruk, dia nggak makan tiga hari dan mengharuskannya masuk rumah sakit. Kamu tau apa yang lebih parah dari dia masuk rumah sakit?"

"Gista mencoba bunuh diri, dia memotong nadi pergelangan tangan kirinya. Untungnya waktu itu ada perawat yang ngeliat jadi dia langsung dapet penanganan, kalo nggak mungkin sekarang mas nggak punya adik perempuan. Kalo kamu perhatiin lukanya masih ada. Gista juga sempet depresi, dia bisa lepas dari obat anti-depresan baru dua tahun ini. Sebelumnya dia selalu bawa obat itu kemana-mana. Sakit, Ta jadi Gista. Mama masih sering nangis tiap liat Gista tidur malem-malem."

Hasta tidak bisa berkata-kata mendengar cerita Dery. Dia mengenal baik Jidan, bahkan Hasta mengetahui cerita cinta teman kuliahnya itu. Bukan dengan Gista tapi dengan istrinya yang sekarang. Dulu Jidan pernah cerita kalau dia menjalin hubungan dengan salah satu mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta. Tentu saja bukan Gista karena dari cerita Gista sebelumnya kalau dia lulusan Ecole nationale superieure des Arts Decoratifs atau ENSAD.

"Harusnya tadi aku langsung sadar pas dia ngenalin diri sebagai calon istriku, Mas."

"Ta, bukan salah kamu. Mungkin Allah pengen Gista sadar kalau udah nggak ada gunanya dia nangisin Jidan. Udah ada kamu sekarang, Mas yakin kalo kamu nggak bakal nyakitin Gista sama kayak Jidan nyakitin dia dulu. Tapi, Ta. Kalo sampai kamu nyakitin Gista, kamu bakal berhadapan sendiri sama mas. Musuhmu bukan lagi Gista atau mama atau papa bahkan kak Tristan sekalipun, tapi mas. Jadi jangan sekali-kali kamu nyakitin Gista, Ta!"

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang