Gista terbangun saat mobil Nathan berhenti di depan gerbang sebuah rumah berlantai dua, Gista mengerjap karena seingatnya itu bukan rumah Dery. Tidak mungkin juga Hasta tahu alamat yayasan miliknya. Hasta sedang membuka kunci pagar sedangkan Nathan menurunkan koper milik Gista dari bagasi. Begitu pagar sudah terbuka, Hasta kembali ke mobil.
"Udah bangun? Mas sengaja nggak ngebangunin kamu tadi tapi mas udah beliin kamu nasi goreng. Dan untuk malem ini kamu nginep di rumah mas dulu ya, mas nggak enak kalo harus ngebangunin mas Dery, kasian mbak Rere juga butuh istirahat. Nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa, Mas!" Gista bersiap untuk turun, Hasta dengan sigap memegangi tangan Gista, takut kalau gadis itu oleng karena baru bangun tidur.
"Nat, thank you ya! Sorry udah ngerepotin kamu malem-malem!"
"Biasa aja, Ta kayak sama siapa sih! Gista, aku balik dulu ya!"
"Iya, makasih ya, Nat! Hati-hati dijalan!"
Nathan kembali masuk ke mobilnya, sedangkan Hasta mengajak Gista untuk masuk ke halaman rumah. Rumah sudah dalam keadaan gelap, sepertinya keluarga Hasta sudah tidur semua. Hasta kembali mengunci pagar. Hasta menggandeng tangan Gista, keduanya berjalan menuju pintu utama. Tina sepertinya sangat menyukai tanaman, ada banyak sekali jenis tanaman di halaman depan rumah Hasta.
"Mama mas Tata suka banget sama tanaman ya?"
"Di belakang malah lebih banyak lagi, besok liat aja!"
"Kalo mas Tata sukanya apa?"
"Mas sukanya kamu!"
"Mas Tata, ih! Aku nanya serius!"
"Ya mas juga jawabnya serius!"
"Ya tapi bukan itu maksudku! Tau ah!" Gista sebal sendiri mendengar jawaban Hasta.
"Mas nggak begitu suka sama tanaman tapi kalo nanti kita nikah terus kamu mau nanem bunga di halaman rumah kita ya nggak apa-apa!"
Gista terdiam, bukan itu jawaban yang ingin dia dengar. Gista ingin tahu apa saja kesukaan Hasta dan apa saja yang tidak dia sukai.
"Kalo aku pengen punya kolam ikan yang gede?"
"Ya mas bakal buatin buat kamu."
"Kalo aku pengen punya aviary kayak punyanya Irfan Hakim?"
Hasta tidak langsung menjawab karena kini dia sibuk membuka kunci pintu utama, "mas buatin, Ta. Tapi masalahnya kamu mau nikah sama mas?" Hasta berbalik menatap Gista, Gista salah tingkah ditatap seperti itu oleh Hasta.
"Y-ya mas Tata emang mau nikahin aku?" Gista menunduk tak berani menatap balik mata Hasta.
"Mau nikah kapan? Besok?" Goda Hasta.
"Ya nggak besok juga! Ini aku nggak disuruh masuk?" Gista mencoba mengalihkan topik.
"Jawab dulu, kamu mau nikah sama mas?"
"Kalo aku nggak mau?"
"Ya udah, jangan masuk!" Tapi meski begitu Hasta tetap membawa koper Gista memasuki rumahnya.
"Ya udah siniin koperku!" Gista berusaha merebut koper miliknya yang dibawa masuk oleh Hasta.
"Bercanda, Ta! Gitu aja ngambek sih, tapi kamu tambah cantik kalo lagi ngambek gini!"
"Mas udah malem, jangan gombal terus!"
"Siapa yang gombal? Memang kamu cantik, bangun tidur aja masih cantik!"
"Jangan dipuji Mulu nanti aku terbang!" Gista semakin salah tingkah.
"Terbangnya sama mas, mau?"
"Apa sih, mas Tata!" Gista memukul pelan lengan Hasta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pain (HaeSelle)
Storie d'amoreKita tidak pernah tahu akan seperti apa takdir kita. Entah apa yang diperlihatkan Tuhan saat kita masih didalam kandungan sehingga kita memilih untuk terlahir ke dunia ini dan memilih bertahan ditengah badai kehidupan kita. Apakah yang Tuhan perliha...