:: Bagian 25 ::

160 23 3
                                    

Gista sudah diperbolehkan pulang setelah empat hari dirawat di rumah sakit. Kini gadis itu tengah menunggu Hasta menyelesaikan administrasi, Gista sedang bermain ponselnya saat tiba-tiba Jidan datang menghampirinya. Jidan yang sedang menunggu istrinya memeriksakan anaknya melihat Gista seorang diri di kursi tunggu.

"Gi!"

Gista mendongak, dia sedikit kaget melihat Jidan sudah berdiri dihadapannya.

"Oh! Hai, Dan!" Sapa Gista tanpa rasa canggung sedikitpun.

"Lagi nunggu siapa?"

"Oh, ini, lagi nunggu mas Tata ngurus administrasi! Lo sendiri lagi nunggu siapa? Siapa yang sakit?"

"Anakku lagi di dalem sama istriku, demam dari kemarin. Siapa yang sakit, Gi? Kamu?"

"Iya, kemarin asam lambungnya kambuh."

Jidan memperhatikan Gista lekat-lekat, kalau boleh jujur Jidan sangat merindukan Gista. Tanpa Gista tahu kalau sebenarnya Jidan masih mencari informasi tentang Gista pasca mereka putus. Jidan tahu kalau Gista trauma bertemu dengannya, Jidan juga tahu kalau Gista trauma dengan rumah sakit. Bahkan Jidan juga mengetahui kalau Gista pernah melakukan percobaan bunuh diri setelah mereka putus dulu. Jidan mengetahui semua itu. Entah trauma itu sudah sembuh atau belum yang jelas Jidan melihat Gista sudah lebih tenang bertemu dengannya saat ini dibanding waktu itu mereka bertemu di mall. Jidan bersyukur karena itu.

Mungkin Gista tidak pernah tahu kalau selain Jidan dipukul satu kali oleh Dery sehari sebelum hari pernikahannya, Ajun menghajar Jidan habis-habisan seminggu setelah mereka menikah. Ajun tidak terima Gista diperlakukan seperti itu oleh Jidan. Ajun, Lia, Gista dan Jidan merupakan sahabat semasa SMA dulu, bagaimana kisah Jidan dan Gista, Ajun banyak tahu. Ajun tidak menyangka kalau Gista diselingkuhi oleh Jidan. Dari Ajun jugalah Jidan tahu kalau Gista pernah melakukan percobaan bunuh diri, Ajun sudah memperingatkan Jidan untuk tidak muncul lagi dihadapan Gista kalau tidak mau babak belur lagi.

"Hasta sekarang kerja di Jakarta?"

"Oi, Dan!" Hasta yang melihat mereka berdua dari kejauhan segera menghampiri keduanya karena takut terjadi sesuatu pada Gista.

"Eh, Ta! Apa kabar?" Keduanya berjabat tangan.

"Baik. Lagi nunggu siapa?"

"Anak gue sakit, masih di dalem sama istri gue. Lo kerja di Jakarta sekarang?"

"Enggak, kemarin Gista sakit jadi aku ke Jakarta buat nemenin dia."

"Oh, kirain kerja di Jakarta sekarang. Lo sering ke Jakarta? Mainlah ke rumah gue kalau lagi di Jakarta, Ta!"

"Aku ke Jakarta karena Gista sakit sih, Dan. Seminggu lalu kan dia pulang ke Jakarta ternyata nggak lama setelah itu dia sakit, ya terus aku ke Jakarta buat lihat kondisi dia. Kapan-kapan deh aku main ke rumah kamu kalau nggak sibuk."

"Rencana kapan mau balik ke Malang?"

"Besok atau lusa sih, liat kondisi Gista dulu. Kasihan Gista kalau belum pulih bener udah perjalanan jauh."

"Loh, Gista sekarang tinggal di Malang? Udah nggak kerja sama Lia lagi?"

"Nggak sih, dia kan punya yayasan di Malang jadi lebih sering di Malang jauh sebelum kenal sama aku. Kalau kerja sama Lia masih kok, dia pulang juga kan karena ada kerjaan yang nggak bisa dibahas lewat telpon." Hasta melirik Gista yang masih tenang bermain dengan ponselnya.

"Mas, Lia sama Ajun udah nunggu di luar!" Gista menginterupsi obrolan keduanya.

"Dan, duluan ya! Salam buat istrimu!"

Growing Pain (HaeSelle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang