Tak terasa Ujian Kenaikan Kelas sudah menghampiri. Masing-masing orang sibuk dengan kelas tambahan dan les di mana-mana. Berangkat pagi pulang malam sepertinya hal biasa untuk beberapa orang.
Tsukiyama Azayaka, ia mengambil beberapa les bersama dengan Reo.
Mungkin itu sebabnya Nagi kembali menjadi pribadi yang seperti dulu.
Benar, Nagi sekarang sibuk kembali dengan video game nya.
Belajar?
Mungkin laki-laki bersurai putih itu belajar atau tidak begitu memikirkan nilai-nilainya yang sudah pasti memiliki nilai baik dalam satu angkatan.
Tapi di balik kemalasan ada sosok Seishiro Nagi yang benar-benar totalitas dalam belajar. Dirinya sengaja menghabiskan waktunya full untuk belajar jika benar-benar sudah deadline ujian besok.
Bahkan seorang Nagi akan merelakan waktu tidurnya untuk belajar.
"Nagi!"
"Apa?"
Di ambang pintu kamar Nagi, sesosok perempuan berambut panjang baru saja membuka pintu dengan keras.
Panggilannya hanya di jawab dingin oleh sang empu tanpa menoleh sedikitpun untuk menatap seseorang yang memanggilnya.
"Pintu kulkas kenapa tidak di tutup lagi?! Selai dan roti kamu simpan begitu saja di atas meja tanpa di masukkan kembali! Bahkan selai, bisa tidak kau menutup tutupnya kembali!"
"Aku sibuk"
"Aku sudah menegur mu beberapa kali Nagi Seishiro!"
"Aku sibuk Tsukiyama!!!" Balasnya dengan nada yang tinggi.
Baru kali ini Nagi menggunakan nama depannya dengan nada suara seperti itu, Azayaka menghela nafas getir lalu mengeluarkan ponselnya dan memotret laki-laki yang duduk di depan PC nya dengan kondisi kamar yang berantakan.
"Aku akan laporkan pada orang tua mu!"
"Laporkan saja, aku tidak peduli!"
"Jadi ini mau mu Nagi?" Ucap Azayaka, kini pelan.
Mau tak mau Nagi menatap sumber suara karena penasaran. "Iya"
"Baiklah..."
Suara pintu tertutup menggelegar dengan keras saat Azayaka membantingnya, membuat sebuah pigura jatuh dengan suara pecahan kaca yang nyaring.
Sejujurnya perempuan itu terkejut dan sempat berhenti di depan pintu, tapi ia bergidik lalu masuk ke dalam kamarnya kembali seolah-olah tidak perduli.
Nagi menatap nanar sebuah bingkai yang terbuat dari kayu, di dalamnya terdapat potret manis antara dirinya dan Azayaka semasa liburan di kapal pesiar.
Foto ukuran A5 itu sengaja di cetak, di beri bingkai dan di simpan di balik pintu agar Azayaka tidak melihatnya.
Ternyata sekarang justru pecah.
Tidak tahu jika akan ada hal seperti ini.
"Malang sekali nasib mu Sei~" Ucapnya seraya berjongkok mengambil foto itu dan mengusap permukaannya agar bersih dari serpihan kaca.
Helaan nafas berat keluar, desahan kecil dari bibirnya dan matanya terfokus ke dalam potret bahagia itu.
Melihat dirinya yang terlihat tampan dan Azayaka yang begitu cantik membuat hatinya sedikit sakit. "Apa aku segampang itu tergeser oleh laki-laki lain... Tsukiyama Azayaka?"
Setelah beberapa lama memandangi foto itu, Nagi meletakkannya di Meja belajar.
Lagi-lagi seorang Seishiro menghela nafas, melihat ke sekitar. Menatap malas serpihan kaca yang berserakan di mana-mana.
"Sial!"
"Aduhhhh!" Suara itu berasal dari mulut Nagi yang mengambil langkah salah dan terkena pecahan kaca.
Telapak kakinya berdarah, alhasil ia berjalan pincang menuju dapur untuk mengambil tong sampah khusus B3 (bahan berbahaya beracun) dan sapu.
Sebelum itu, dirinya membasuh kaki dan mengobati lukanya sendiri menggunakan betadine serta kain kasa.
Akhirnya selesai membersihkan pecahan kaca itu.
Nagi dan Azayaka berpapasan saat membuka pintu kamar.
Penampilan perempuan itu rapih dan wangi, cukup membuat seorang laki-laki normal terlena.
Berbanding terbalik dengan Nagi, ia bahkan belum mandi. Di tangannya ada sapu dan tong sampah tadi.
Mata mereka bertemu, namun perempuan itu mengalihkan pandangannya ke sapu yang berada di tangan Nagi dan berlalu begitu saja tak peduli.
Saat melihat meja makan betapa terkejutnya Azayaka, isi kotak P3K berserakan di atas meja itu dan ada beberapa tetesan betadine di atasnya.
"Nagi?! Apa yang kau lakukan! Apa yang terjadi?!"
"Bukan urusan mu!"
Perempuan itu menoleh ke arah Nagi, melihat dari atas sampai bawah.
"Kaki mu kenapa?" Tanyanya saat melihat kain kasa yang melilit kaki Nagi dengan asal.
"Sudah ku katakan, bukan urusan mu!"
"Tapi itu- gara-gara ku kan?"
Nagi diam, lalu bergerak menyimpan sapu dan tong sampah ke tempatnya tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan.
"Nagi maa—"
"Pergi saja"
"Tap—"
"Kau mau pergi kan?"
"I-iya"
"Kau pergi saja" Ucapnya dingin sambil membereskan kotak P3K kembali.
Sebuah ketukan pintu membuat mereka berdua menoleh secara bersamaan.
Azayaka segera membuka pintu dan muncullah Reo dengan senyum yang mengembang, penampilannya tidak usah di ragukan.
Tangan laki-laki bersurai ungu itu melambaikan tangan kepada Nagi. "Pagi Nagi~"
Bukannya membalas, yang dilakukan Nagi menatapnya sebentar lalu pergi begitu saja tanpa menjawab sapaan temannya.
Lebih tepatnya, aingan terberatnya.
"Heee~ kenapa dengan dia?" Tanya Reo dengan mata mengikuti punggung Nagi dari kejauhan.
Perempuan itu menggeleng dengan cepat. "Tidak tahu. Semakin hari suasana hatinya semakin buruk"
"Biarkan saja. Kita jangan mengganggunya dulu"
"Tapi aku muak sebenarnya!"
"Sudah sudah... Sebaiknya ayo berangkat, nanti kita terlambat mengikuti les!"
Mereka berdua berjalan menuju mobil, dengan baik hati sang supir membukakan pintu untuk Reo dan Azayaka.
Mobil pun melaju dengan kecepatan normal.
Nagi melihat kepergian mereka melalui jendela. Tangannya mengepal.
"Kenapa kau selalu memilih orang lain Aza!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE WITH NAGI SEISHIRO
FanfictionNagi Seishiro dengan segala kegiatan yang menurutnya merepotkan hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan. Hidupnya menjadi merepotkan gara-gara satu gadis kiriman orang tuanya, tapi lambat laun laki-laki itu malah ketergantungan dengannya. ©TriiyaJ...