09 - Benci

625 87 8
                                    

[DON'T FORGET TO COMMENT AND KLIK STAR🌟]












Pagi itu Azayaka bangun karena wangi masakan yang sudah lama tidak ia cium.

"Bunda?" Sahutnya sambil bangkit dari tidurnya.

"Ini aku, pacar mu."

Chigiri membawa nampan ke hadapan perempuan yang masih mengumpulkan nyawanya dan menganggap nya sebagai ibunya karena wangi masakan yang mengingat dirinya akan sang bunda.

"Ah~ gomen. Aku kira Bunda, karena sudah lama sekali aku hanya masak makanan instan ketika di rumah."

"Benarkah? Mulai hari ini aku akan selalu memasak untuk mu! Ayo makan, aku sudah makan tadi."

"Nanti."

"Ahh- iya iya, pacar ku ini manja sekali ternyata~" Ucap Chigiri lalu mengambil posisi untuk menyuapi kekasihnya.

"Ayo kita menikah!"

Laki-laki terdiam, lalu tersenyum tulus. Mencium kening Azayaka dan mencubit pipinya dengan gemas. "Ayo kita menikah!"

Mereka berdua tertawa, rasanya Yaka tidak mau pulang ke rumah itu. Rumah itu hanya tempat singgah nya saja, jika tidur di sekolah diizinkan maka akan ia lakukan.

Azayaka mencari ponselnya dan melihat apa ada sesuatu yang mengejutkan atau tidak.

Ternyata tidak ada.

'Aku benci Nagi Seishiro!' Batinnya kesal, sampai ia meremas ponselnya sendiri.

Chigiri yang melihat itu merasa aneh. "Ada apa? Apa orang rumah mencari mu?"

"Tidak ada, sebaiknya aku akan bicarakan kepada orang tua aku untuk mencari rumah sekitar sini."

•••

Nagi masih berdiam diri di taman. Semalaman laki-laki itu mencari Azayaka disekitar taman dan supermarket, ia pikir perempuan itu tidak akan menghilang seperti ini.

Sekarang matahari sudah terbit dan yang ia cari belum menampakkan wujudnya.

Laki-laki itu pun mengutuki dirinya sendiri atas semua ini, ia lupa bahwa ada Azayaka yang tinggal di rumahnya selain dirinya.

Game membuatnya melupakan segalanya, di tambah lagi ada Bachira dan Isagi. Sebenarnya mereka sudah pulang pada pukul 22:00, tapi karena Nagi melanjutkan gamenya tanpa melihat jam sedikitpun membuatnya benar-benar melupakan hal penting.

Yang dirinya pikirkan adalah besok libur sekolah jadi ia bebas bermain game.

"Maaf Aza, maafkan aku."

"Aku melihat sampah yang penuh oleh bungkusan ramen dan onigiri instan, aku sudah begitu jahat kepada mu sampai lupa untuk memasak untuk mu." Nagi meremas rambutnya dengan posisi masih terduduk di ayunan.

Sudah berapa belas kali Nagi berjalan menyusuri jalan, dari pemberhentian bus, taman dan supermarket yang biasa perempuan itu kunjungi.

Nagi Seishiro benar-benar putus asa.

Bahkan nomor Yaka tidak bisa di hubungi sama sekali.

Saat ini laki-laki itu terduduk di halte, padahal sudah menuju sore hari. Ia sungguh buntu harus mencari kemana lagi, mana mungkin dirinya bertanya pada orang tua Azayaka yang jelas-jelas sudah menitipkan anaknya pada Nagi.

LIFE WITH NAGI SEISHIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang