35 - Heart Attack

247 17 3
                                    

Pagi yang dingin ini Nagi dan Azayaka sedang Jogging bersama, entah mengapa tiba-tiba laki-laki yang biasanya ingin bermalas-malasan saat hari libur begitu bersemangat.

Beberapa hari terakhir Nagi begitu nempel pada Azayaka, apapun itu ia akan selalu ingin tahu dan selalu ingin terlibat di dalamnya.

"Kak Sae~"

"Oh- Azayaka... Dan Nagi."

"Bagus jika ingat nama ku." Celetuk Nagi sambil membenarkan rambutnya yang mulai agak basah karena keringat.

Sae hanya mendengus lalu tersenyum kecil ke arah Azayaka dan mengambil alih tempat Nagi sambil melanjutkan jogging nya.

"Hei!" Nagi hanya bisa mendengus dan cemberut sambil mengerutkan kening, merasa kesal karena Sae kini berada di samping sahabatnya.

Obrolan mereka hanya sedikit karena Sae kurang nyaman dengan tatapan Nagi yang seperti menunjukkan ketidaksukaannya.

"Kalau begitu aku duluan..." Tangan Sae terangkat menunjukkan bahwa ia akan pamit.

Azayaka tersenyum dan membalas lambaian tangan itu sambil menghentikan langkahnya.

"Hmpf... Ayo joging terus!" Ucap Nagi berusaha menyembunyikan ekspresi cemburu. Ia membuang muka sambil menunggu Yaka mulai joging lagi.

Suara lucu itu membuat Azayaka ingin melihat wajah Nagi, tentu ia menahan tawa. "Hahahaaa... Ada apa? Kenapa?"

Nagi tidak bisa memaksa dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya, jadi ia hanya menggunakan alasan apa pun yang bisa di pikirkan.

"Tak ada alasan." Jawabnya bergumam, mengalihkan pandangannya.

"Sae senior mu di club sepak bola kan?" Tanya ku sambil mulai berjoging kembali.

Nagi tidak mengharapkan Azayaka untuk mengungkit Sae lagi, meskipun ia seharusnya sudah menduga sejak awal. Ia mendengus, ekspresinya berubah agak masam.

Seishiro ingin gadis itu berhenti menyebut Sae, berhenti berbicara dengannya. Apalagi di hadapannya.

"Ya, dia adalah senior di klub kita. Jadi, kenapa?"

"Tidak tidak... Aku hanya penasaran."

Padahal Azayaka sudah tahu sejak awal.

"Kamu tidak bermain game lagi?" Tanya perempuan itu tiba-tiba, karena akhir-akhir ini Nagi sibuk mengganggu hidupnya yang tenang itu.

"Ah t-tidak, aku berhenti bermain sesering dulu. Masih bermain hanya saja tidak begitu sering." Iaa menjawab, memikirkan kebohongan putih.

Sebenarnya Nagi juga berusaha menyembunyikan fakta bahwa ia mengurangi bermain game akhir-akhir ini, agar Azayaka tidak menghabiskan waktunya dengan laki-laki lain selain dirinya.

"Itu bagus. Jangan bermalas-malasan oke?" Senyumannya terpancar cerah seperti pagi itu, terlihat sangat indah.

"M-Mmpph, t-tentu saja." Ia bergumam.

"Oh ya... Terimakasih untuk buku-bukunya... Sepertinya sepulang nanti aku akan mulai membaca."

Saat ini mereka berdua sedang berjalan santai menuju minimarket terdekat, untuk istirahat.

"Sei kamu ingin minum apa? Lemon Tea kan kesukaanmu?"

"Ya! Benar sekali!"

Mereka terpaku di depan etalase yang menampilkan berbagai macam minuman, Azayaka mengambil dua minuman itu.

"Sepertinya aku akan belanja untuk keperluan seminggu ke depan..."

Tanpa aba-aba Nagi segera mengambil keranjang, meletakkan minuman tadi di dalamnya lalu menuntun Azayaka ke tempat lainnya.

"Kira-kira aku akan masak apa ya nanti malam... Hmmmm..."

"Bagaimana dengan Ayam Parmigiana? Aku akan membantumu memasaknya karena kamu masih belum tahu cara memasaknya kan?"

"Kedengerannya enak! Ayo kita buat nanti, aku belum pernah mencobanya."

Nagi mengambil belanjaan yang ia perlukan untuk membuat Ayam Parmigiana lalu berjalan menghampiri Azayaka yang mengambil belanjaan lainnya untuk seminggu ke depan.

Kalian berdua selesai membeli semua yang di butuhkan.

Saat sedang berjalan santai tiba-tiba mana Nagi menangkap sesuatu. "Hei- tunggu sebentar di sini!"

Tiba-tiba ia berlari dengan cepat membawa dua kantong belanjaan, menyuruh Azayaka duduk menunggu.

"Aishh... Sei itu!"

Beberapa waktu kemudian laki-laki itu muncul dengan wajah sumringah.

"Maaf sedikit lama... Tadi mengantri, ini untuk mu Aza..." Katanya sambil menyerahkan sebuah bungkusan dan ternyata itu burger.

"Ternyata kamu membeli ini... Terimakasih."

Laki-laki bersurai putih itu mengangguk sambil memakan burgernya dengan tenang. Sedangkan Azayaka tersenyum tipis menatap teman kecilnya itu secara diam-diam.

Terkadang ada kalanya Azayaka merasa seseorang yang di sampingnya ini sangat mengerti akan dirinya, tapi satu sisi tak jarang ada jarak di antara mereka berdua.

Tanpa aba-aba Nagi melirik ke arah perempuan yang tengah menatapnya, menaikkan satu alisnya.

"Ada apa?"

"A- tidak ada apa-apa... Oh ya. Ini burger ku kamu habiskan saja, aku kenyang!"

"Dengan senang hati~"

Pipi gembul Nagi membuat Azayaka gemas, ia menekan pipi itu dengan jari telunjuknya sambil terkekeh kecil.

Tangan kiri laki-laki itu menarik tangan orang yang gemas padanya tadi, meletakkan tangan itu ke pipi dengan seutuhnya tidak hanya jari telunjuk.

"Kamu bisa memegang pipi ku bahkan wajah ku kalau kamu mau."

Jantung perempuan itu berdegup dengan kecepatan yang tidak normal, darahnya terasa seperti mengalir cepat saat mendengar sebuah kalimat sederhana yang menghangatkan wajahnya saat ini.

Tangannya yang semula tiba-tiba membeku di wajah Nagi, kini ia dapat menggerakkannya dengan kesadaran penuh.

"Aku akan... Mencubit mu seperti ini!"

"Aww~"

Azayaka tertawa saat Nagi kesakitan.

"Kamu pikir aku akan diam Nona?" Tangannya meluncur ikut mencubit pipi Azayaka sebagai balasan, tapi tentu dengan perasaan tidak seperti sang empu yang mencubitnya dengan kekuatan super meninggalkan bekas merah.

Perempuan itu menelan ludahnya, terjebak oleh permainannya sendiri.

Entah mengapa jantungnya selalu berpacu saat berinteraksi dengan laki-laki yang kini mencubit cubit pipinya.

Perasaan aneh yang baru-baru ini muncul.

Padahal biasanya tidak pernah seperti itu, bahkan terkesan biasa saja walaupun Nagi berkata ini itu.

Kali ini sangat berbeda.

'Tidak! Jangan sampai aku- suka pada Sei!' Batinnya sambil menggelengkan kepala beberapa kali dan mendapat tatapan aneh dari Nagi.

"Aza? Kamu kenapa?"

"Oh- tidak Sei... Sepertinya kita harus segera pulang."

"Ayo!"

Mereka berdua jalan beriringan, Nagi membawa tentengan kresek belanjaan seperti tadi. Sedangkan Azayaka berjalan pelan, bahkan beberapa kali tertinggal oleh laki-laki jangkung itu.

"Kamu kenapa Aza? Mau ku gendong?" Tawarnya sambil menghentikan langkah dan menatap ke bawah menunggu reaksi gadis yang lebih pendek darinya.

Matanya berkedip beberapa kali lalu menggeleng cepat. "Tidak! tidak! Aku bisa jalan sendiri." Lalu berjalan cepat melewati Nagi begitu saja sambil menggerutu tidak jelas di batinnya.

"Ngomong-ngomong... Kamu semakin lucu saja Aza!"

Sang empu pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan, bisa-bisa Azayaka serangan jantung jika terus menerus seperti ini.

LIFE WITH NAGI SEISHIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang