02 - Kedatangan

1.6K 144 15
                                    

[DON'T FORGET TO COMMENT AND KLIK STAR🌟]








"Nagi Seishiro, mereka sudah datang."

"Haik haik!" Perlahan Nagi turun dari lantai dua kamarnya dengan perasaan campur aduk, antara senang dan sedih.

Senang karena bertemu Tsukiyama Haru alias ayah kedua baginya, sedih karena harus tinggal dengan perempuan.

Memang benar, Tsukiyama Azayaka adalah teman masa kecilnya, mereka bahkan sangat dekat tapi itu dulu, setelah lulus SD berpisah karena Azayaka pindah rumah ke Okayama sedangkan Nagi di Prefecture Kanagawa dekat dengan Tokyo.

Sebenarnya keluarga Tsukiyama memiliki rumah di Chiba tapi mereka memutuskan untuk menitipkan Azayaka kepada Nagi.

"Ayah Tsuki!" Ucapnya saat sampai di lantai bawah lalu berlari kecil memeluknya.

"Heeeeee~ Na-Nagiiiii?" Tanyanya terkejut sambil membalas pelukan itu.

"Yang benar saja kau sudah setinggi ini?!" Lanjutnya sambil menatap Nagi Seishiro dengan intens.

"Aku terlalu cepat tumbuh sepertinya." Jawabannya sambil menggaruk tengkuknya.

"Bahkan terlihat sangat tampan~" Sahut Nyonya Tsukiyama yang membuat Nagi speechless mendengar itu.

"Ahhhh~ ini sikecil Yaka sudah secantik ini!" Ucap Ibu Nagi yang baru saja membawa minuman dari dapur lalu memeluk Azayaka dengan gemas.

Nagi Seishiro melihat itu, tapi ia memalingkan wajahnya.

Mereka berbincang di ruang tamu sembari tertawa, sudah lama tidak berkumpul seperti ini lebih tepatnya lima tahun lalu.

Nagi dan Azayaka bahkan tidak melempar pandangan mereka sama sekali, atau sekedar tersenyum.

Saat ini, perempuan itu sedang merapihkan baju-baju nya dan peralatan lainnya ke dalam lemari di bantu oleh Bundanya dan Mamahnya (Mamah Nagi).

Kamarnya bersebrangan dengan kamar Nagi, rumah sebesar ini dengan dua kamar cukup luas apalagi kamar berada di lantai dua sedangkan lantai bawah, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi yang cukup luas karena ada Jaccuzi.

Malam ini orang tua mereka akan berangkat bersama untuk pergi bekerja.

'Nagi tolong jaga Yaka, bantu dia di saat kami tidak di sisi nya.' Kata-kata Tsukiyama Haru kepada Nagi.

'Sudah ku duga ini akan merepotkan!' Batinnya.

Saat ini mereka sedang makan malam bersama sebelum keberangkatan. Makanan memenuhi meja itu.

"Akan aku kirimkan untuk kalian berdua uang jajan setiap bulannya, dan uang belanja tentunya." Jelas Tsukiyama sambil tersenyum.

"Oh ya, besok Yaka sekolah dengan Nagi, Mamah sudah daftarkan kamu sesuai dengan keinginan Bunda mu. Seragam nya ada di dalam lemari sudah mamah cuci dan setrika." Ucap Nagi Narumi alias Mamah Nagi seraya mengelus rambut Azayaka dengan lembut.

Mendengar itu Nagi tersedak, apa ia tidak salah dengar? Ibunya sendiri mendaftarkan sekolah anak orang lain. Ya itu tidak masalah, tapi nanti yang direpotkan adalah dirinya.

Waktu berlalu, Azayaka melambaikan tangan pada mobil hitam yang berlalu dengan air mata yang masih menetes. Pertama kali baginya di tinggalkan oleh orang tuanya dan itu sangat berat.

"Hikkkddddsss..."

"Masuk atau aku kunci." Ucap Nagi dingin sambil berjalan meninggalkan Azayaka.

Perempuan itu tertusuk mendengar penuturan Nagi, padahal ini pertama kalinya mereka berbicara namun tidak berbuah manis. Setelah masuk tanpa aba-aba apapun, laki-laki itu melemparkan sebuah kunci pada Azayaka.

Itu kunci rumah.

"Bantu aku bereskan ini lalu kau boleh pergi tidur. Merepotkan." Gerutu Nagi sambil membereskan piring dan gelas, dibantu oleh Yaka.

"Etto... Besok sekolah bag—"

"Jam 7 pagi sudah harus siap, untuk besok kita bisa berangkat bersama menggunakan bus, ingat hanya untuk besok saja!"

"H-haik Sei-san."

"Nagi saja!"

Azayaka menatap punggung Nagi dengan nanar, pertemuan yang selama ini dinantikan tidak berjalan seperti ekspetasi nya.

Sungguh rasanya menyedihkan.

Sikapnya berubah. Bahkan terkesan sangat asing bagi Yaka.

Perempuan itu melangkah menaiki tangga dengan bimbang, ia berhenti di sebuah pintu bertuliskan 'Seishiro'.

"Seiiiii~"

"Ada apa?"

"Aku harus membeli peralatan mandi, aku tidak tahu letak supermarket terdekat. Jadi—"

Pintu terbuka menampilkan Nagi dengan muka datar nya.

"Harus banget sekarang?"

"Karena besok aku harus mandi..."

"Ck! Mendoksa!"

Mereka berdua keluar rumah, berjalan menyusuri trotoar sepi itu. Tidak ada percakapan sama sekali, hanya terdengar suara game dari handphone milik Nagi.

'Apa aku akan bertahan hidup seperti ini setiap hari? Hufttt~ di rumah selalu berisik karena ulahku dan ayah tapi disini benar-benar Nagi (alias Tenang) seperti arti marga mereka.' Batin Azayaka.

Dduuggghh~

"Awww~"

"Haaa? Pffffftttttt~"

Nagi tertawa melihat Azayaka jatuh, hanya tertawa tidak membantu sama sekali karena game telah mengambil semua perhatiannya.

Azayaka sedikit berlari menuju wastafel umum di taman untuk membersihkan lukanya, bagian lutut dan siku.

Perih tapi tidak sesakit ditertawakan tanpa ditolong.

Ingin rasanya berteriak di telinga laki-laki itu 'BRENGSEK KAU NAGI SEISHIRO' Tapi itu tidak mungkin.

Nagi berhenti menatap layar ponsel karena tidak ada suara apapun, ia melirik kesana-kemari mencari sosok Azayaka.

"Kemana anak itu?"

Berlari kecil menuju tempat awal dan menemukan Yaka yang sedang membasuh lukanya di wastafel. Nagi hanya melihat dari kejauhan sambil duduk di sebuah ayunan.

"Parah kah?"

"Bukan urusan mu."

'Damn! Apakah anak ini marah?' Batinnya seraya bangkit lalu berjalan kembali menuju supermarket di ikuti Azayaka dari belakang.

Dengan cepat Yaka mengambil keranjang, memasukkan sabun, shampoo, odol, sikat gigi dan beberapa perlengkapan lainnya yang tidak ia bawa dari rumah.

Langkah nya tiba-tiba berhenti membuat Nagi menabrak punggungnya.

"Jalan memang memakai kaki tapi kau juga harus melihat sekitar dengan mata!" Ketus Azayaka yang kesal karena sedari tadi Nagi mengikutinya dengan matanya fokus pada game, bukan maksud apa-apa hanya saja laki-laki itu terus menabrak dirinya.

"Aahhh warui."

"Sarapan besok bagaimana?"

"Biasanya aku hanya membeli roti di kantin sekolah."

Azayaka memasukkan roti dan beberapa selai, lalu mencari cheese and beef slice.

"Etto~ makan siang disediakan di sekolah kan?"

"Hnnnn."

"Oke done."

Tangan Azayaka mengambil sebuah minuman kemasan, tapi ternyata Nagi juga melakukan hal yang sama dan secara tidak sengaja mereka berpegangan tangan.

"Aku juga mau ini. Anggap saja sebagai bayaran telah mengantarmu kesini." Jelas Nagi sambil menunjuk Lemon Tea lalu berjalan keluar.

"Apa-apa orang itu!"

"Tapi ternyata minuman favorit kita sama sejak dulu." Sambung Tsukiyama Azayaka mengingat hal dulu saat minum Lemon Tea bersama buatan Bundanya dulu.

LIFE WITH NAGI SEISHIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang