[DON'T FORGET TO COMMENT AND KLIK STAR🌟]
Sepulang sekolah Azayaka ingin cepat-cepat pulang, segera ia merapihkan tasnya.
"Kalian eskul sepak bola lagi?" Tanya Yaka seraya merapihkan seragam lalu rambutnya, takut berantakan.
Chigiri berdiri, merapihkan rambut perempuan manis teman sebangku nya kini. "Iya cantik, kami eskul. Kamu akan pulang? Atau menonton kami bermain"
"Aaaaaaa~ Chigiriii kau baik sekali~" Racauan Azayaka sambil memeluk pinggang Chigiri.
Entah kenapa Tsukiyama Azayaka baru merasakan rasanya di perhatikan lagi setelah kepergian orangtuanya kemarin, hatinya tersentuh mendapat kelembutan itu.
"Aku jadi rindu Ayah." Gumamnya tapi laki-laki yang masih ia peluk mendengarnya.
"Lohh lohh... Aku ingin ikut berpelukan juga!" Sahut Bachira dan langsung berlari kecil memeluk Yaka.
"Eh ehhh~ sorry sorry. Kok jadi melow gini sih."
"Btw Ayah kamu kemana emangnya." Tanya Isagi sudah bersiap menuju tempat kumpul eskul.
"Ayah dan Bunda ku bekerja di Kapal Pesiar kali ini. Pertama kali bagi ku di tinggal kerja, biasanya dulu aku selalu di bawa kemanapun mereka diberi tugas kerja. Ya makanya rumah ku pindah-pindah dan memiliki beberapa rumah di berbagai Prefektur."
"Wahhhh hebatttt!" Isagi menutup mulutnya tidak menyangka jika Azayaka sekaya itu.
"Tapi sekarang aku di titipkan di sahabat Ayahku, bukan di rumah ku. Maybe agar aku aman?" Jelas perempuan itu agak canggung.
"Iya aku mengerti, lagi pula kamu perempuan mana mungkin tega meninggalkan seorang diri di rumah. Ya mungkin itu bisa dilakukan beberapa orang, tapi orang tua mu berat jadi memilih menitipkan anaknya saja." Jawab Chigiri dan mendapatkan persetujuan dari orang-orang di sana.
"Ya sudah kalian cepat sana ke tempat eskul, lain kali aku akan menonton latihan teman-teman ku tersayang ini bermain sepak bola~"
Chigiri, Bachira dan Isagi melambaikan tangannya sebelum benar-benar menghilang di pintu kelas. Azayaka berdiam diri sebentar, memandang langit di sore itu dengan perasaan campur aduk.
Niatnya untuk pulang cepat ia urungkan, Azayaka ingin berkeliling sekolah. Sudah beberapa hari bersekolah disini tapi rute yang ia ketahui hanya, gerbang sekolah, loker, kelas dan kantin saja.
Di tempat lain, Nagi Seishiro sedang berganti baju untuk latihan sepak bola mendengar percakapan Chigiri, Bachira dan Isagi yang sedang memakai sepatu.
"Chigiri kamu menyukainya?" Tanya Bachira terus terang karena sedari tadi mereka membahas Azayaka terus menerus.
Laki-laki berparas manis itu tersenyum sambil menaikan bahunya. "Ahhh~ aku tidak tahu."
"Tapi menurut ku dia memang perempuan yang menarik, aku suka saat dia tersenyum menampilkan gigi-giginya berbeda dari yang lain." Celetuk Isagi seraya berlari di tempat untuk memastikan sepatunya nyaman.
Bachira mengangguk pertanda setuju apa yang diucapkan teman sebangku nya itu. "Oh ya, dia juga mudah bergaul. Sangat ramah, tadi pagi aku banyak mengobrol dengannya."
"Dia juga pintar ahhh~ beruntungnya aku bisa duduk dengannya."
"Kenapa dia tidak mau duduk dengan ku lagi sih! Gara-gara Bachira ini! Kamu pindah saja duduk dengan Chigiri."
"Tidak, aku tidak mau duduk dengan orang pecicilan. Pusing." Tolak Chigiri mentah-mentah sambil bergidik.
"Aku ini pendiam tahu!" Sahut Bachira dengan bangga.
Laki-laki berambut oranye menghentikan aktivitas nya. "Apa aku tidak salah dengar seorang Bachira Meguru pendiam?"
"Diam kau pahlawan kesorean!"
Mereka semua tertawa setelah mendengarkan percakapan adu mulut Bachira dan Kunigami Ryosuke.
"Ayo kelapangan." Ucap Nagi sambil keluar ruangan.
Azayaka menyusuri lorong ruangan ekstrakurikuler yang terlihat sangat sepi, sebab bukan jadwal mereka untuk kumpul.
Di lorong Yaka berpapasan dengan Nanami Kento yang baru saja keluar dari ruang English Club.
"Senseiii~"
"Ah~ Tsukiyama Azayaka. Sedang apa?"
Perempuan itu tersenyum kikuk. "Panggil saja Azayaka sensei, sedang berkeliling sekolah baru sempat sekarang hehee..."
Pria dewasa itu mengangguk paham.
"Ahh- iya sensei, aku ingin bergabung English Club."
Nanami Kento tersenyum lalu mengusap kepala Azayaka. "Sudah ku duga kamu akan bergabung. Aku sudah berbicara dengan ketua club, ambil saja formulir padanya sudah di siapkan khusus."
"Terimakasih banyak sensei."
"Itoshi Rin ketua club, seperti dia sedang mengikuti eskul sepak bola."
"Ahh baik, saya akan meminta formulirnya sekarang, agar besok bisa saya serahkan kepada anda."
"Besok saya tidak akan masuk, serahkan saja langsung kepada Rin."
"Baik sensei~"
Nanami tersenyum, membuat Azayaka ingin berteriak kencang. "Saya duluan."
Setelah kepergian sang guru, Azayaka melanjutkan mengelilingi sekolah tapi tujuannya kali ini adalah lapangan sepak bola di samping gedung ruang eskul.
Dari lantai dua, perempuan itu bisa melihat permainan laki-laki berambut putih dengan lihainya menguasai bola.
Dulu di depan dirinya Nagi hanya melakukan beberapa teknik seperti juggling, ia bahkan menemani laki-laki itu latihan passing, dan shooting yang menjadi kiper tentu Yaka. Tapi baru pertama kalinya bagi Azayaka melihat permainan Nagi dengan langsung.
Ada rasa bangga tersendiri.
"Kamu benar-benar tumbuh lebih cepat dari ku Nagi... A-aku tidak bisa mengambil bagian apapun lagi." Gumamnya dengan raut wajah sedih.
Rasa ingin dibutuhkan oleh teman masa kecilnya begitu besar, tapi apa boleh buat. Anak laki-laki yang manja sekali sudah tidak menginginkan apapun dari dirinya.
Yang ada, saat ini ia hanya menjadi benalu.
"Aku menginginkan Sei yang aku kenal..."
Satu tetes air mata turun tanpa sengaja, mengingat betapa dekatnya mereka dulu dan betapa jauhnya mereka saat ini. Berbicara dengan dirinya saja terlihat sangat enggan.
Mengusap cepat air mata itu dan menuruni tangga, berlari kecil ke pinggir lapangan saat Azayaka melihat bola menerjang wajah Nagi dengan begitu keras.
Azayaka benci ini, benci reflek nya jika berhubungan dengan Nagi.
Saat ini bahkan ia menjadi pusat perhatian karena tiba-tiba datang menerobos teman-temannya yang sedang mengerumuni laki-laki yang terluka itu dengan bekal sapu tangan miliknya untuk menghentikan pendarahan pada hidung Nagi.
Tanpa berkata apapun Nagi menuruti perintah Yaka.
"Siapa kamu?" Tanya sang pelatih.
"A-anu maaf~" Ucap Azayaka terbata lalu berlari kecil keluar lapangan.
Tangannya ditarik oleh seseorang, itu Nagi. "Aku ikut."
"Oke sebaiknya kamu obati lukamu terlebih dahulu. Ayo mulai kembali latihan nya!" Lanjut sang pelatih sebelum berbagai pertanyaan muncul dari para pemain.
Nagi berjalan di samping Yaka, tangannya masih memegang sapu tangan untuk menutupi hidungnya.
"Kenapa kamu kemari?"
"Aku sebenarnya berniat mencari Itoshi Rin, tapi tak sengaja melihat mu jadi aku reflek membantu, maaf itu memalukan."
Nagi terdiam, mengingat dulu saat dirinya cedera saat berlatih selalu ada Azayaka yang siap menolong. Dan setelah sekian lama tidak pernah cedera, baru kali ini ia cedera lagi dengan seorang penolong biasanya, yaitu Azayaka.
"Terimakasih, kamu selalu menjadi orang pertama yang selalu menolong ku saat aku cedera selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE WITH NAGI SEISHIRO
FanficNagi Seishiro dengan segala kegiatan yang menurutnya merepotkan hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan. Hidupnya menjadi merepotkan gara-gara satu gadis kiriman orang tuanya, tapi lambat laun laki-laki itu malah ketergantungan dengannya. ©TriiyaJ...